Berbeda dengan diri Bora yang seperti biasanya. Ia melakukan kesalahan besar pada ujian kali ini. Ia tidak percaya pada dirinya sendiri. Telah menghafal materi yang kemungkinan akan muncul tapi percuma, semuany akacau karena ia tidak focus. Padhaal, h-1 jam lagi ujian akan dimulai. Namun, ia mengurungkan diri kali ini untuk bekerja keras sedikit lagi. Jarinya menyobek kertas kecil lalu dituliskannya materi pokok yang sulit ia hafal. Saat ujian, ia melihat kertas itu dengan hati-hati. Kali ini ia mengacaukannya. Tempat yang menyesakkan itu terus berjalan tanpa ada harapan.
''Lihat ini! Apa aku bilang, kamu pasti akan bisa peringkat satu. Kamu sudah bekerja keras, mana mungkin nilaimu tidak naik. Kamu baru pertama kali jadi peringkat satu di satu sekolahkan? Luar biasa!'' Kale berkata bangga pada sahabatnya itu.
Gangga hanya membalas temannya itu dengan senyuman yang sangat manis. Ia langsung mengambil handphonenya dan membuka aplika Instagram lalu memberi tahu username dengan nama 'artpreciatetheday' itu bahwa kali ini ia benar-benar menang.
''Untungnya nilaiku naik, ibuku pasti akan senang.''
''Itu bagus! Selamat ya! Kamu bisa berkompromi lagi dengan ibumu soal jurusan yang ingin kamu ubah.''
Lain halnya dengan Bora, baru kali ia merasa sangat kalah. Tidak pernah ada yang mengalahkannya hingga hari ini datang. Seseorang yang pernah menganggapnya bukan saingan kini ia anggap itu pengkhianatan karena Gangga pernah mengatakan ia bukan saingannya.
''Kalau terus-terusan peringkat satu, itu tidak manusiawikan? Lagipula ini bukan ujian akhir, ini hanya latihan ujian. Akupun sama, tetap mengacaukannya seperti biasa.'' Dikta mencoba menyemangati sahabatnya itu karena terlihat murung akibat kejadian hari ini.
Bora masih menyesali apa yang ia dapatkan dan meminta untuk Dikta pergi.
''Bisakah kamu pergi? Aku sedang ingin sendiri.''
Sepulang dari sekolah dengan kabar bahagia itu, Gangga langsung bersemangat untuk membuat laporan rencana hidup yang akan ia presentasikan pada ibunya malam itu juga. Terlihat ia sangat gugup dan bingung. Mundar-mandir di depan kamar ibunya. Namun, akhirnya ia membulatkan tekad dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang ada di depannya. Ia mengajak ibunya keluar kamar dan mulai mempresentasikan tujuan hidupnya.
''Ada yang ingin aku sampaikan pada ibu. Ini adalah pengumuman terpenting di hidupku, aku ingin mempresentasikannya pada ibu. Mungkin ibu sedang lelah. Tapi aku sudah mempersiapkannya, jadi aku harap ibu dapat memahami ini.''