''Aku sudah berniat ke depannya, aku hanya akan menghabiskan waktuku untuk belajar sampai ujian masuk universitas nanti.''
''Wah, ibu giat belajar. Semangat!! Ayo, sekolah pasti masih sepi dan hanya kita yang baru datang.'' Lelaki itu berjalan mendahului Rhea menuju tempat pemberhentian bus berwarna biru.
Dengan hembusan angin dingin kira kira 20 derajat, mereka menaiki bus biru bertingkat dua dengan motif batik yang sedang menunggu penumpang.
Dalam lorong sekolah, tidak terlihat satupun batang hidung teman-teman. Sepertinya memang benar, mereka adalah kedua orang pertama yang datang ke sekolah. Disertai suara langkah sneakersnya, Rhea menggeser pintu kelas 3-A6 dengan suara berdenyit. Ia melihat ke sekitar dan terkejut. Ya, sudah banyak siswa yang duduk di bangkunya masing-masing sambil berhadapan dengan buku tebal dan alat tulis.
''Ternyata tidak, sudah kubilang tidak begitu. Lihat, semua sudah di sini dan kita baru sampai. Memang benar, katanya orang bilang kalau kerja keras tidak akan mengkhianati hasil.'' Sepatah kata itu terlontar dari mulut Rhea.
Tiba-tiba seseorang yang berada di sebelah bangku kosong memanggil namanya disambangi senyum gigi lebar dan lambaian tangan "Rhea! Kamu datang pagi sekali."
Sedikit sindiran canda sahabatnya itu, padahal sudah jelas-jelas ia datang paling akhir walaupun bel masuk masih lama berbunyi. Rhea menghampiri teman sebangkunya itu, Yuri. Yuri adalah seorang gadis populer di sekolah. Semua orang yang mengenal dirinya akan iri atas segala yang dimilikinya. Lalu Dikta menyusul masuk dan berjalan menuju Gangga, tidak lupa ia menyapa Gangga yang sedang focus melihat buku dihadapannya. Meski begitu, Gangga membalas sapaan sahabatnya itu.
Tak lama, terdengar suara langkah Pak Toni dari lorong-lorong beku yang ia dan Rhea lewati tadi. Pak Toni memasuki kelas 3-A6 dengan bersemangat sambil membawa tas jinjing berbentuk kotak berwarna hitam kesayangannya. Lalu disimpannya tas itu di kursi yang berhadapan dengan meja guru dan tanpa basa-basi langsung membuka pembelajaran.
''Baiklah anak-anak, murid kelas 3 SMA itu apa? Ingatlah! murid kelas 3 SMA itu adalah mesin belajar. Ya, mesin. Jika kalian bingung kenapa saya berbicara terlalu sadis, saya paham itu. Tapi, peringkat kalian di bulan Januari tahun ini akan menentukan peringkat kesuksesan di kehidupan kalian. Mengerti?''
''Ya, pak!''
Tak puas dengan nada seperti itu, Pak Toni berusaha membakar lagi semangat siswa-siswanya itu.