Tak terasa motor mulai memasuki desaku, aku mulai flash back dengan kondisi desa ini. Tepat di pinggir perempatan ada sebuah pohon rambutan besar sekali dan mungkin sekarang udah semakin rimbun pohon itu pikirku. Ternyata tebakanku salah, pohon itu sudah ditebang, yah pohon itu sudah hilang. "Berarti ini yang akan diceritakan ibuku tempo hari, tetapi tidak jadi karena kuputus ceritanya", pikirku.
Setelah memasuki gang, aku berhenti di depan rumahku. Setelah kubayar bapak itu langsung pamit pergi. Aku berdiri sebentar di depan rumahku. Masih seperti dulu, rumah peninggalan bapak yang tidak begitu besar, dengan lantai semen yang kulihat di terasnya sudah mulai terkelupas. Warung yang berada di sisi kiri depan rumahpun, aku lihat masih berisi sembako yang tidak seberapa penuh, hanya ada sedikit sayuran yang sepertinya menambah variasi dagangan emakku.
"Assalamualaikum", aku mulai memasuki rumah yang pintunya terbuka.
"Wa'alaikum salam", jawab emakku dari dalam. Kulihat beliau keluar dengan bajunya yang sedikit basah.
"Ya Alloh le, Ridho kamu pulang", seraya langsung memeluk tubuhku.
"Kamu kok ga ngabarin mau pulang, kalo ngabarin kan emak bisa bikin makanan kesukaanmu". Kata emak.
"Gimana kerjaanmu? Seragam doktermu mana? Emak pengen lihat. Terus pasienmu gimana kamu tinggal pulang?".Â
Berondongan pertanyaan emak seperti peluru senapan yang bertubi tubi, lebih dari 1 jam aku melayani pertanyaan emak, belum selesai pertanyaan emak kujawab tiba tiba telfonku berdering, dan kulihat salah satu senior dokter menelfon.
Segera kuputus obrolan emakku dan aku pindah ke teras depan agar lebih konsen menelfon. Selesai menelfon aku masuk kembali ke rumah, "Emak tidak ada, mungkin emak sedang di belakang", pikirku. Aku segera masuk kamar, kamar yang dulunya aku tempati. Masih seperti yang dulu, lemari kayu dan dipan dengan kasur kapuk di atasnya, sedikit usang tapi masih rapih dan bersih, emakku memang type wanita yang rajin sekali jika menyangkut urusan yang satu ini.
Perlahan kurebahkan tubuhku, terdengar suara bergemericit, mungkin baut baut dipan sudah mulai usang karena usianya yang sudah tua. Pikiranku mulai menerawang jauh dipenuhi dengan beban beban yang kutinggalkan di rumah sakit kemarin, hingga akhirnya aku berhasil tidur dan melupakan sejenak pikiran pikiranku.
Sorenya aku terbangun, dan keluar dari kamarku menuju teras. Kulihat warung emakku tutup. "Tumben masih sore emak sudah tutup, biasanya baru malam hari emak menutup warung" pikirku.