"Ga usah le, emak disini aja, emak pengen istirahat di sini aja". Kata emak lagi.
"Iya mak, emak istirahat dulu ya", kataku lagi.
Tiba tiba nafas emak tersengal sengal, aku begitu panik, segera aku melakukan pertolongan semampuku. Beberapa saat emak terdiam, keperiksa denyut nadinya. Kutekan tekan dadanya, ternyata tetap nihil. Emak tetap diam. Aku berteriak teriak panik memanggil dokter. Mereka segera berdatangan. Tapi semua sudah terlambat, yah emak sudah meninggal.
"Emakkkkk......"Â Jeritanku memenuhi seluruh penjuru rumah sakit.
Begitu menyesalnya aku. Aku yang seorang dokter yang setiap hari mengobati pasienku justru tidak mampu mengobati emakku sendiri. Emak, orang pertama yang harusnya aku perhatikan kesehatannya justru sering kuabaikan. Orang yang pertama yang harusnya aku perhatikan asupan gizinya justru tidak pernah tau apa yang beliau makan. Bahkan aku juga tidak pernah tau caranya mencari istri yang baik buat emak. Istri yang bisa setiap hari bisa menemaninya di dapur.Â
Istri yang setiap hari mau duduk mendengarkan cerita ceritanya, istri yang bisa sabar dengan semua tingkah lakunya. Yang aku aku tau istriku harus sesosok orang sama cerdasnya denganku. Sesosok orang yang bisa nyambung jika kuajak ngobrol semua topik denganku. Yang aku tau bagaimana aku bisa menjadi orang sukses dan memiliki pendamping yang sama suksesnya sepertiku, seperti harapan emakku.
Padahal aku baru saja mempunyai rencana rencana indah buat emak. Padahal aku baru saja mulai mempunyai waktu luang untuk emak. Waktu untuk setiap saat menemaninya ngobrol, waktu yang setiap saat bisa mendengarkan cerita ceritanya bukan hanya 1 jam seperti kata emak, tapi ber jam jam. Padahal aku baru saja berfikir sebentar lagi tidak akan lagi kuputus telfonnya karena sibuk dengan pasien pasien dan terikat dengan aturan aturan di tempat kerjaku. Banyak rencana rencana yang belum terwujud, namun semua menguap dan hilang seiring kepergian emakku.
Emak, aku berfikir selama ini aku adalah orang hebat dengan segala keberuntunganku, dengan segala kesuksesanku. Ternyata aku salah, aku tidak lebih hanya sebatas orang yang gagal, yah ternyata aku hanya orang yang gagal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H