"Emak mau pulang, emak ga betah disini". Kata emak lagi.
"lho kenapa mak? emak kan enak di sini ga capek capek lagi ngurus rumah, semua udah ada yang ngerjain?"
"Iya bener le, tapi emak kesepian, tiap hari kamu dan istrimu sibuk kerja, mungkin cuma 1 jam kamu nemenin emak, itupun kamu langsung pergi ke kantor, hampir ga ada waktu kalian ngobrol dengan emak, istrimupun sama, cuek, tiap di rumah mainan hp terus, kalau ga ya telfonan sama temennya". Lanjutnya polos. Aku terdiam, aku baru sadar, benar aku ga pernah ada waktu buat emak, aku begitu sibuk dengan karierku, aku begitu sibuk mengejar cita citaku untuk jadi orang sukses seperti yang emak mau. Sedangkan istriku, dia memang bukan type orang yang senang ngobrol, apalagi mengobrol dengan emakku membicarakan hal yang ga penting, pasti dianggapnya buang buang waktu saja .
"Maaf mak, tapi aku kan cuma seorang pegawai, aku harus patuhi aturan di tempat kerjaku".
"Iya le mak paham, kamu sekarang udah jadi orang hebat, mak bangga sama kamu kok", kata emak membesarkan hatiku.
Akhirnya aku turuti kemauan emakku, karena kalau di desa mungkin emak mempunyai lebih banyak teman. Banyak tetangga di sana yang masih sering main ke rumah untuk sekadar ngobrol, tidak seperti disini.
Esoknya emakku pulang diantarkan supir. Karena aku harus pergi kerja. Kupandangi emak dari jauh, ada sedikit perasaan sedih di hatiku, sedih tak ada waktu buat emak. Dalam hati aku berjanji suatu hari nanti aku harus bisa menemani emak tanpa harus terikat oleh aturan tempat kerjaku.
Hari terus berjalan, aku sudah memiliki 2 anak. Dengan uang hasil tabunganku dan istri, aku berencana membuat klinik agar waktuku bisa lebih santai dibanding menjadi seorang pegawai. Klinik pengobatan penyakit dalam. Aku yakin dengan pengalaman dan namaku yang sudah tidak asing di dunia medis, Kinikku pasti ramai pikirku.
Akhirnya pembangunan klinik selesai, aku tetap bekerja sembari mulai buka praktek di rumah, agar saat aku keluar kerja nanti klinikku sudah ramai. Satu tahun, waktu yang tidak begitu lama kurintis, klinik sudah ramai, akhirnya aku sepakat dengan istriku untuk keluar kerja. Semua berkas sudah disetujui, aku begitu lega sebentar lagi aku pasti bisa punya banyak waktu buat emakku. Punya banyak waktu menemaninya ngobrol.
Tiba hari perpisahan aku dan teman kantorku, kami mengadakannya di sebuah restoran mewah di salah satu pusat kota. Aku berangkat berdua dengan istriku. Hp sengaja kumatikan karena aku tidak mau terganggu. Acara berjalan lancar, karena keasyikan ngobrol, kami pulang jam 12 malam. Sampai rumah aku langsung tertidur karena begitu lelah.
Paginya aku terbangun, dan aku ingat dari semalam kumatikan hpku. Akhirnya segera kutekan tombol on pada hpku, terdengar suara notifikasi berkali kali, dan segera kulihat ternyata ada panggilan 10x tidak terjawab dari emakku. "Ada apa emak menelfon sebanyak ini?" Pikirku. Aku langsung menelfon balik.