"Tiga hari, sih. Emang kenapa?"
"Besok aku pulang ke Surabaya, aku jemput di Bandara ya?"
Bagas masih terdiam, tak langsung mengiyakan. Yang ada dalam pikirannya adalah segudang tanda tanya serta pikiran yang mengembara kemana-mana.
"Abang, kamu masih dengar aku?" Tanyanya.
"Mmmhh, iya. Masih kok," sahutnya masih dengan penuh tanya.
"Oya, terus ada revisi kapal layar 3 dimensi pada Bab empat ya?" Bagas langsung mengalihkan pembicaraan.
Dan menurutnya itu lebih baik, karena tak ingin terhanyut dengan apa yang selama ini menyesaki hati dan pikirannya.
"Betul Bang, supaya animasi kapal layar terlihat lebih riil ya. Hanya itu, sih."
"Oke. Makasih, Mbak. Daaa..." Ucapnya dan segera mengakhiri.
"Daaa..."
"Waaah..., bisa seakrab itu?" Sambung Dirk, salah satu rekan kerjanya.
"Udah lama kenal sama dia, jauh sebelum jadi editor aku."
"Gimana ceritanya, tuh?" Rid tampaknya penasaran.