Liza menoleh sekilas sambil tersenyum menggoda. Hingga membuat Bagas mabuk kepayang.
"Masih jauh hotelnya?" Suara Bagas terdengar serak.
"Udah dekat kok, bentar lagi nyampe kok, Bang," sahut Liza seperti mengerti apa yang ada saat ini dalam pikiran Bagas.
"Kayaknya nggak nyampe-nyampe, ya?"
Liza menatap Bagas, sepasang matanya seperti menginginkan sesuatu.
Liza tak tegah, lalu ditariknya tangan kanan Bagas dan meletakkan dilututnya. Degup jantung Bagas dapat dia rasakan.
Liza menatapnya dengan pasrah saat tangan Bagas sudah tak lagi dilututnya.
Menggeliat manja, saat tangan Bagas sudah menyentuh dalamannya. Segera Liza mengarahkan kemudi ke jalur lambat. Matanya nanar mencari-cari tempat di pinggir jalan untuk menghentikan mobil. Sebaiknya jalur sepi, gumamnya sambil menahan sentuhan Bagas yang sudah menyusup dibalik dalamannya.
Uh, akhirnya. Liza melihat tempat jalur sepi di bawah pohon yang rindang.
Bagas tak berpikir panjang lagi, tangannya langsung menekan handle kursi Liza sehingga sandarannya turun kebelakang. Tersenyum lebar melihat Bagas tak sabaran.
Sementara Liza juga menyukainya dan tidak menampik, meskipun ini pengalaman pertama dapat sentuhan dari seorang pria.
Dan anehnya pria yang beruntung itu adalah Bagas yang dikenalnya lima belas tahun lalu.