"Namun ada jejak darah di papan dan di lantai. Sepertinya kedua tamu kita di sini berhasil melukai cukup parah" senyum imam Hassan kepada Abdi dan Dalem.
      "Panitia yang lewat beberapa saat kemudian segera mengecek jejak darah dan menuju ke lantai bawah, lalu segera menghubungi prajurit keamanan Kerajaan."
      "Pintu berhasil didobrak dan ketiganya dibawa segera menuju hospital."
      "Ternyata para pelaku menggunakan obat bius yang cukup kuat. Namun sayang mereka tidak memperhitungkan kedatangan dua orang lain ke kamar kecil."
      "Payung khas Malaka terbuat dari kayu yang kuat dan di ujungnya terdapat besi yang tajam. Ini dimanfaatkan oleh Abdi untuk membantu menyelamatkan Mudzaffar."
Abdi sedikit tersipu, sebenarnya saat itu ia belum tahu keberadaan Pak Affar ketika memukulkan payungnya pertama kali ke para pelaku.
      "Begitulah, Dalem menceritakan seluruh kejadiannya pada sore hari, Abdi baru siuman malam harinya. Mudzaffar belum siuman, mungkin hingga saat ini, namun menurut kabar terbaru pagi ini dapat dipastikan kondisinya membaik,"
"dan di sinilah kita sekarang berada. Membahas kedua hal yang bisa jadi sangat berkaitan. Undangan dari Kesultanan Jaziratul Mamluk dan percobaan penculikan terhadap Hang Tuah."
      Beberapa orang terlihat berpikir dengan disebutnya nama yang terakhir. Para penculik menargetkan Laksamana Hang Tuah karena seharusnya beliau yang hadir di konferensi itu. Mudzaffar hanyalah korban salah sasaran yang cukup beruntung karena diselamatkan oleh Abdi dan Dalem.
      "Beberapa dari kita sudah mengemukakan teorinya tentang motif dibalik kejadian ini. Namun kita juga sudah sepakat kemarin malam untuk saling percaya satu dengan yang lain."
      "Oleh karena itu saya sendiri disini memulai dengan bersumpah atas nama Allah SWT bahwa saya bukanlah pengkhianat dan saya tidak akan memberikan suatu apapun hal yang merugikan ke musuh."