"Tunggu! Percume kalau mereka sudah tahu rencana kite, berarti mereke juga harus bersumpah untuk tidak memberitahu kepade siapepun dan bersame-same menuju..."
      "Ehm! Bukan, bukan itu Tuan Hang Tuah, yang itu mereka belum tahu," Imam Hassan segera berucap. Keduanya cukup lama saling bertatapan sebelum akhirnya Sultan Mahathir berbicara.
      "Kami sude sepakat untuk saling percaya Laksamana, jadi tak perlu khawatir...'
      "Tidak baginde! Saya rase kita tetap stick pade rencane semule!"
      Imam Hassan yang merasa tak enak segera angkat bicara,
"Baiklah kalau begitu Saudara-saudaraku dari Mamluk serta Abdi dan Dalem..." matanya mengarah ke mereka dan beliau pun berdiri untuk mengantarkan mereka keluar ruangan.
      Tak begitu terdengar suara orang yang berbicara dalam ruangan dari lorong tempat mereka berjalan keluar ditemani oleh Imam Hassan. Sesampainya di depan pintu, Imam Hassan mengantarkan rombongan dari Mamluk terlebih dahulu ke arah Bullock Cart mereka. Memberikan jaminan sekali lagi untuk menenangkan rombongan dan memastikan mereka akan selalu mendukung Mamluk. Setelah itu barulah Imam Hassan mendatangi Abdi dan Dalem.
      "Kalian naiklah ke kereta kuda bersama dengan pengawal yang sudah saya tunjuk lalu menginaplah bersama pasukan Samudera. Saya khawatir para pelaku kembali dan mengincar kalian berdua."
      "Oh iya, saya sudah mendengar apa yang terjadi dengan Kapten Sudirman. Semoga beliau selamat dan kembali bersama dengan Kapal Pinisi Mataram."
      "Eh.. iya Imam Hassan, waktu itu Raden Eru bersama dengan tujuh buah kapal sudah melakukan ekspedisi penyelamatan. Hmm.. darimana Imam Hassan tahu kapten kapal kami saat itu adalah Kapten Sudirman?" tanya Abdi.
      "Ada orang pelabuhan yang cerita. Kalian beruntung bisa kemari, saya kira kalian segera kembali ke Mataram setelah berhasil menyelamatkan diri..."