"Anu.. ini.. eh.. Raden Eru malah ngasih sangu lagi.. maksudnya beliau mengizinkan kami untuk melanjutkan petualangan dan kami tetap tidak lupa kok menuliskannya di buku catatan. Iya kan Di?" Dalem menyikut Abdi.
      "I.. iya pasti kami tidak lupa untuk menuliskannya di buku catatan," ujar Abdi.
      "Sempat diperiksa waktu itu oleh anak buah Laksamana Hang Tuah lho..." Imam Hassan tersenyum kecil.
"Wah, untung tidak dibuang atau dibakar.. Galak ya beliau, padahal masih muda."
      "Hahaha.. wajar itu Abdi.. Dalem.. itu karena keluarganya sendiri yang nyaris menjadi korban apalagi amanah beliau sebagai Laksamana, sehingga harus memastikan keamanan segalanya di sini," ucap Imam Hassan bijak.
      "Kami tidak menyangka ternyata Imam masjid yang kami temui di Samudera dulu itu adalah seorang Komandan Angkatan Laut," ucap Dalem mengeluarkan apa yang terpendam di pikiran Abdi semenjak bertemu di hospital.
      "Saya hanya seorang Veteran kok, yang masih memiliki banyak ide, hehehe..." senyumnya kali ini cukup lebar, membuat Abdi dan Dalem tenang.
      "Hmm.. saya rasa kalian tidak keberatan kan kalau harus ke Mamluk bersama-sama? Saya kok yang menjamin kalian, apalagi setelah kalian hadir di sini. Kalau kalian menolak nanti saya bisa dimarahi sama Hang Tuah lho..."
      Suara tawa yang cukup lepas dari ketiganya mengakhiri percakapan, tentunya dengan kesediaan Abdi dan Dalem untuk turut serta menuju ke Mamluk.
      Tiba-tiba Imam Hassan teringat sesuatu,
"Ah, iya, ada sesuatu yang saya lupakan. Ternyata kalian cukup banyak membawa uang juga ya. Kemarin ikut diperiksa juga lho sama petugas keamanan Malaka."