Mohon tunggu...
Rana Setiana
Rana Setiana Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Ngobrol diskusi santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berbayang Bayangan 1

2 September 2024   17:46 Diperbarui: 2 September 2024   17:52 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serentak anak-anak menjawab spontan “Tuhan ada di mana-ana Pak” “oh, gitu yah. Apa tidak bertentangan. Baiklah, apa maksud Tuhan dimana-mana itu berarti menunjukkan Tuhan tidak satu dong, karena ada di mana-mana. Berarti Tuhan itu banyak, bukan begitu? pak Ahmad mencoba memepertanyakan kembali apakah itu maksud ada dimana-mana. Anak-anak semakin kencang mengerutkan dahinya karena harus dijawab apa lagi. Itu yang sering diajarkan.

“Bagaimana, apa jawabannya? Apa benar seperti itu?” pak ahmad terus menawarkan.

Anak-anak kebingungan apa jawabannya. Dijawab a berdampak kepada b. dijawab c berakibat kepada d. memang pak Ahmad tidak menyalahkan jawaban anak-anak, tapi jawaban itu berdampak kepada apa yang tidak mereka duga. aneka jawaban sudah  dilemparkan.

  “ ada di atas pak!” “Ada di bawah” “mungkin ada di samping kita” ada yang masih keukeuh “Tuhan itu ada di mana-mana pak”

Pak ahmad tersenyum. Para siswa tidak mengerti apa maksud senyuman yang tersungging di bibirnya. Pak ahmad sebenarnya bukan mau memberikan pertanyaan teologis yang berat dan mendalam. Beliau hanya ingin membangkitkan minat belajar terhadap agama. Dengan pertanyaan dan jawaban yang yang aneh. Itulah shock therapy-nya pak Ahmad mengetahui dari pak Gunadi, bahwa mata pelajaran agama kurang diminati. Kata mereka belajar agama sudah tua juga bisa, kenapa harus sekarang. Semua oprang menganggap pelajaran agama Islam memasung kreatifitas berfikir. Apa memang benar begitu?!

Karena semua anak-anak sudah mulai kelabakan, pak Ahmad menutup pertanyaannya dengan pernyataan “diamnakah Tuhan, Tuahan ada disisni, di hati kita” seraya menepuk dadanya dengan tanagn kanannya. Pernyataan pak  Ahmad menutup kebingungan dan meregangkan kerutan-kerutan di dahi-dahi mereka. Pada saaat iotu8pun anak-anak tidak mempertanyakan pernyataan pak Ahmad. Apakah karena pernyaaan itu memuaskan, atau justru tidak mau lagi menambah tegangkwerutan di dahinya.

Ulum senyum memantul dio bayangan kaca jendela. Isma tersenyum-senyum, seakan menyadari sesuatau dalam pernyataan pak Ahmad. Jam besar yang menemmpel di dinding terpantul di kaca. Detik yang terus bersetak mengiring menit unutk menunjuukkan jam setengah enam lebih sembilan menit. Tidak terasa kegelapan bernagsur terang. Bergeser dan berlenggang dengan pasti seakan percuma bial kita berangan jarum jam berputar ke belakang. Detik yang terus berdetak berkeliling, berlari tiada henti, seakan membisikkan tiada masa, waktu untuk berhenti menanti. Berdiam diri tiada arti, karena kami terus berjalan cepat hingga kalian tidak sadar. Akmi telah berputar lebih dari yang terpampang di kalender.

Kami jarum jam bukan berputar dari kemarin, ataupun baru saja, sebagaimana kamu lihat. Tidakkah kalian tahu? Kami tidak akan berhenti karena abterai habis ataupun karena baterai hidup kalian mati. Ketahuilah! Kemilah waktu yang berujung lancip dan tajam. Semuanya akan menyempit mngerucut ke ujung. Dan kami tajam, setajam cengkraman taring binatang buas. Cengkraman yang tidak akan bisa seorangpun melepaskannya hingga kami yang akan mengantarkanmu pada sebuah titik. Berselancar bersama-sama gelombang lemngkungan koma hingga berakhir pada titik.

Titik merupakan akhir, tapi bukan berartiberakhir. Titik ialah akhir untuk mengawali sesuatu yaitu awal dari rentetan kata-kata, dan koma merupakan tanda pemberi titik tekan pada alur makna kata, untuk menghindari kesalahan. Koma adalah rintangan untuk mereningi makna kehidupan.

Senyum menyngging terukir di bayangan kaca jendela kamar Isma. Dia menyadari kenapa pada saat itu tidak terbayang bahwa pernyataan pak ahmad itu tidak ada bedanya dengan jawaban anak-anak, Bahwatuhan ada di mana-mana. Isma terus menyadari bahwa setiap manusia mempunyai hati. Bukankah itu Bwerartituhan ada di mana-mana, bagaimana kalau orang yang sudah mati, dimana Tuhannya?

Di dalam ke[palanya masih berputar pernyataan pak Ahmad “tuhan itu ada di sini, di hati kita” Isma menarik nafas seraya menaqikkan kerah sweeter hangatnya. Udara pagi keni membuat kulitnya berduri. Isma masih menatap keluar memperhatikan lalu lalang warna warni paying sambil mengangkat celana panjang atau roknya supaya tidak teralau basaholeh genangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun