Mohon tunggu...
RAMADHANI
RAMADHANI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN KHAS JEMBER

RAMADHANI mahasiswa UIN KHAS JEMBER, mahasiswa yang senang berolahraga dan mempunyai kepribadian yang menyukai kesepian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)

3 Mei 2024   14:00 Diperbarui: 3 Mei 2024   14:02 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) mendorong siswa dengan kemampuan analitis dan kritis untuk berpikir kritis, bekerja dalam kelompok, dan untuk belajar menyelesaikan masalah dengan menggunakan logika kritis. Selain itu, PBL memungkinkan siswa untuk mengatur dan menggunakan metode pendidikan yang tepat.

Ibrahim (2017), mengklaim bahwa model pembelajaran berbasis masalah ( PBM ) merupakan pendekatan pembelajaran baru yang revolusioner. Ia menyatakan bahwa model tersebut memungkinkan siswa untuk terus-menerus memfasilitasi , meningkatkan, menguji, dan mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan menggunakan proses kerja kelompok atau bekerja dalam tim.

Tan (2003), seorang ahli pendidikan, menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah ( PBM) merupakan paradigma baru dalam pembelajaran . Ia menyatakan bahwa model tersebut memungkinkan siswa untuk terus-menerus memfasilitasi , meningkatkan, menguji, dan mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan menggunakan proses kerja kelompok atau bekerja dalam tim.

Moffit (Depdiknas, 2002:12), percaya bahwa model pembelajaran berbasis masalah membantu siswa belajar tentang cara berpikir kritis dan memecahkan masalah dengan menggunakan masalah dari dunia nyata. Selain itu, model ini memungkinkan siswa memperoleh konsep dan pengetahuan penting tentang topik yang mereka pelajari.

Pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah dari dunia nyata untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan menciptakan pengetahuan mereka sendiri, menurut beberapa ahli.

Metode pemecahan masalah (PBL) adalah metode pembelajaran di mana siswa terpecahkan pada masalah terbuka untuk diselesaikan secara konseptual atau diselesaikan.

Metode pemecahan masalah ( problem solving) adalah teknik pembelajaran yang mengajarkan siswa menghadapi berbagai masalah yang harus diselesaikan secara mandiri atau bersama-sama. Metode ini juga dikenal sebagai metode brainstorming yang menggunakan wawasan tanpa mempertimbangkan kualitas pendapat siswa. Guru tidak disarankan untuk menggunakan metode ini. Sebaliknya, guru hanya akan melihat alur pikiran yang disampaikan siswa, pendapat mereka, dan memotivasi siswa guna menyuarakan pendapat mereka. Guru harus menghargai pendapat siswa jika mereka salah.

Model ini dapat membantu siswa memperoleh keterampilan yang dibutuhkan di era globalisasi modern. Model tersebut menyajikan permasalahan nyata kepada siswa , kemudian pemecahan masalah diimplementasikan , dan permasalahan tersebut kemudian diselesaikan melalui investigasi.

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :

1.Menurut Duch, Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menantang siswa untuk "belajar bagaimana belajar " dengan bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia nyata. Ini adalah pendekatan yang dirancang untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang apa yang mereka pelajari.

2.Menurut Arends, Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah pendekatan pendidikan di mana siswa berkepribadian pada masalah nyata. Diharapkan bahwa pendekatan ini akan membantu siswa meningkatkan pengetahuan mereka sendiri, meningkatkan kepercayaan diri mereka, meningkatkan keterampilan penelitian mereka, dan menjadi lebih mandiri.

3.Menurut Glazer, Telah menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan masalah kompleks dalam situasi kehidupan nyata.

4.Menurut Gd. Gunantara, ini adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengajar untuk memecahkan masalah praktis. Metode ini dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa.

5.Menurut Shoimin, itu berarti menciptakan lingkungan belajar yang fokus pada masalah sehari-hari.

Suatu model pembelajaran berdasarkan masalah menempatkan siswa pada situasi nyata di dunia nyata. Hal ini juga dapat memberikan siswa lingkungan belajar yang aktif .

Dalam program pembelajarannya, masalah-masalah yang dirancang untuk memberi siswa pengetahuan yang penting, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berpartisipasi dalam waktu , dan keterampilan belajar sendiri. Proses pembelajarannya dilakukan melalui pendekatan sistemik.

Model Problem Based Learning, siswa harus mempelajari tentang hal-hal yang terjadi di dunia nyata melalui penyelesaian masalah. Model ini mengharapkan siswa memperoleh keterampilan yang melampaui apa yang mereka ketahui sebelumnya, seperti kemampuan berpikir kritis , bekerja dalam kelompok, berkomunikasi dengan orang lain, dan mengolah data secara efektif.

Dengan demikian, Dalam model ini guru berperan sebagai penyaji masalah , penanya, pembicara , membantu menemukan masalah , dan memberikan fasilitas pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang dipicu oleh permasalahan, yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam kelompok untuk mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang sesuai.

B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Barrows mengemukakan beberapa ciri pembelajaran berbasis masalah:

1.Proses pembelajaran berpusat pada siswa.

2.Pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil.

3.Guru bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing.

4.Masalah di lingkungan pembelajaran disusun dengan cara dan fokus tertentu dan berfungsi sebagai penggerak pembelajaran.

5.Belajar mandiri menghasilkan informasi baru.

6.Masalah yang digunakan untuk memecahkan masalah klinik.

Arends (2012), bahwa pembelajaran berdasarkan masalah mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.Pengajuan atau pertanyaan ---mengorganisir pengajaran tentang masalah dan pertanyaan yang bermakna bagi siswa secara sosial dan pribadi . Mereka menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan nyata yang memiliki banyak solusi yang bersaing untuk menyelesaikannya.

2.Berpusat pada bidang-bidang tertentu, seperti matematika, IPA, dan ilmu sosial, misalnya.

3.Penyelidikan asli, atau pencarian untuk memecahkan masalah Mereka harus mengumpulkan dan menganalisis data, membuat inferensi, membuat kesimpulan, mendefinisikan waktu, dan membuat hipotesis dan ramalan

4.Membuat produk dan memajangnya : Ini memerlukan siswa untuk membuat produk tertentu, baik itu karya seni atau karya nyata, serta peran yang menjelaskan atau menunjukkan cara menyelesaikan suatu masalah. Produk ini dapat berupa transkrip diskusi, pemecahan masalah , model fisik , video, atau perangkat lunak komputer .

5.Kolaborasi: Siswa bekerja sama, biasanya dalam kelompok kecil atau berpasangan.

Karakteristik di atas senada dengan prinsip-prinsip umum pembelajaran berdasarkan masalah menurut Reigeluth dan Carr- Chellman (2009) yaitu:

1.Pilih masalah-masalah yang autentik dan sesuai dengan kurikulum, baik satu disiplin ilmu maupun interdisipliner.

2.Guru memiliki tanggung jawab untuk mendorong siswa untuk menguasai keterampilan metakognitif proses dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3.Gunakan assesmen autentik untuk mengukur tujuan pembelajaran.

4.Gunakan pemantapan dan melalui aktivitas tanya jawab untuk menggabungkan konsep yang diajarkan dari pengalaman.

Menurut Tan , salah satu ciri proses pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1.Pembelajaran dimulai dengan masalah yang digunakan.

2.Masalah yang digunakan biasanya adalah masalah yang ada di dunia nyata yang disajikan secara mengambang.

3.Belajar mandiri sangat penting.

4.Memanfaatkan berbagai sumber dari satu sumber.

5.Pembelajaran kolaboratif: siswa bekerja sama dalam kelompok, mengajar satu sama lain, dan memberikan presentasi.

Beberapa karakteristik metode pembelajaran berbasis masalah, menurut Aris Shoimin , adalah sebagai berikut:

1.Berpusat pada Pelajar:

Yang pertama menunjukkan bahwa fokus adalah pada siswa. Mereka diharapkan menjadi pusat aktivitas belajar dan berpartisipasi lebih banyak dalam pertanyaan dan praktik langsung .

2.Fokus pada Isu Otentik Ciri-ciri PBL :

Yang kedua fokus pada masalah asli , atau masalah asli , atau masalah nyata . Oleh karena itu, permasalahan yang dihadapi siswa jelas bukan permasalahan teknik , melainkan permasalahan dunia nyata .

3.Siswa Belajar Secara Mandiri:

Metode pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk belajar sendiri , atau lebih. Karena mereka berkonsentrasi pada menyelesaikan masalah yang diberikan guru dan berpikir secara mandiri selama proses penyelesaian.

4.Implementasi PBL berbasis kelompok

Tidak efektif secara individual; sebaliknya, guru harus membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan kemudian bekerja sama untuk menyelesaikan masalah.

5.Pendidik Hanya Bertindak sebagai Fasilitator:

Ini adalah ciri terakhir PBL. karena memberikan kisi-kisi yang membantu siswa menyelesaikan masalah. Semua tindakan dilakukan oleh siswa sendiri.

Pembelajaran berbasis masalah adalah cara belajar di mana masalah memegang kendali. Masalahnya adalah titik awal belajar. Masalah yang dibuat dapat mendorong siswa untuk belajar lebih banyak ketika mereka dapat menyelesaikannya. Mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, menemukan solusi, memutarkan pilihan, dan menghasilkan kesimpulan adalah semua tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencari jawaban yang benar.

Siswa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru jika mereka dapat menerapkannya. Pemahaman dan perasaan seseorang membentuk cara mereka berkonsep dan berperilaku dalam matematika. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan sesuatu yang tidak terorganisir. Siswa menemukan masalah nyata dari kekacauan ini dengan berbicara dan melakukan penelitian.

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based Learning dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses Problem Based Learning yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.

C. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah

Oleh karena model pembelajarannya sangat beragam, mereka harus diidentifikasi dengan beberapa karakteristik untuk membedakannya satu sama lain. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang dimiliki model pembelajaran berbasis masalah:

Pertama, PBL terdiri dari berbagai tahapan, seperti evaluasi, implementasi, dan perencanaan. Diharapkan siswa tidak hanya mendengarkan , mencatat , dan menghafalkan materi pelajaran sambil belajar , tetapi juga berpartisipasi aktif dalam proses berpikir , berkomunikasi , mencari , mengolah data , dan mengambil kesimpulan . Akibatnya siswa akan lebih memilih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran dibandingkan hanya berdiam diri dan menunggu hasil orang lain.

Kedua, Pembelajaran berbasis masalah mengutamakan penyelesaian masalah. Akibatnya, pembelajaran tidak dapat dimulai sampai masalah yang ditentukan. Pendidik harus memberi siswa kesempatan untuk menemukan masalah mereka sendiri. Mereka harus memilih masalah yang dekat dengan kebutuhan mereka sehingga siswa mencoba mencari solusi sendiri dengan menggunakan buku atau sumber lain. Setelah beberapa langkah, siswa harus berfikir dalam memecahkan masalah dan mencari sumber informasi yang relevan dalam kerangka ilmiah, sehingga ini benar-benar menjadi pembelajaran.

Ketiga adalah pembelajaran yang terjadi dalam kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar terjadi interaksi ilmiah dan pertukaran ide untuk membangun pengetahuan secara kolaboratif. Kelompok membutuhkan pembagian pekerjaan dan tujuan yang jelas.

Keempat adalah Guru bertindak sebagai fasilitator; Dengan kata lain, guru hanya memfasilitasi selama pelaksanaan PBM. Namun demikian, guru harus terus mengawasi aktivitas siswa untuk mencapai tujuan mereka.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa ciri-ciri, menurut Ibrahim :

1.Pembelajaran pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah tidak hanya meningkatkan keterampilan akademik tertentu siswa, tetapi juga mengatur kelas berdasarkan pertanyaan dan masalah yang relevan secara sosial dan pribadi bagi siswa. Pelajaran mencakup situasi dunia nyata , yang memberikan beragam solusi dan menghindari jawaban langsung.

2.Berpusat pada keterkaitan antar disiplin ilmu : Namun, pembelajaran berbasis masalah dapat berfokus pada satu mata pelajaran tertentu , sehingga memungkinkan siswa melihat masalah dari berbagai sudut pandang mata pelajaran saat mereka menyelesaikannya.

3.Penelitian otentik

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa harus melakukan penelitian nyata untuk menemukan solusi atas masalah. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, membuat hipotesis dan prediksi, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat kesimpulan, dan menarik kesimpulan.

4.Membuat barang dan memamerkannya.

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa harus membuat karya dan peran yang menunjukkan atau menceritakan cara menyelesaikan masalah yang mereka temui. Transkrip, model fisik , transkrip diskusi , atau video adalah beberapa produk yang dapat dilaporkan .

Jika kita berbicara tentang PBL, kita juga akan membahas beberapa karakteristiknya, yaitu:

1.PBL dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa.

2.Masalah tersebut berhubungan dengan siswa dan terjadi.

3.Masalah yang diorganisasikan dalam suatu bidang keilmuan.

4.Peserta didik bertanggung jawab sepenuhnya atas pembentukan proses pembelajaran.

5.Peserta didik dikumpulkan dalam kelompok.

6.Peserta didik harus menyelesaikan masalah yang mendidik .

Berdasarkan penjelesan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah diatas dapat disimpulkan bahwa PBL sebagai sebuah rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Kedua, PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Ketiga, PBL bukan hanya mengorga- nisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, tetapi mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting. Keempat, PBL mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah

D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah

Salah satu prinsip utama dari pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui penyelesaian masalah nyata. Metode ini juga memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah. Masalah nyata adalah permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat diselesaikan oleh guru dan siswa berdasarkan keterampilan dasar tertentu . Soal bersifat terbuka atau open-ended, karena mempunyai banyak jawaban atau strategi pemecahannya , sehingga menarik minat siswa untuk mencari pemecahan dan strategi tersebut.

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan masalah sebagai inti dari proses belajar . Prinsip-prinsip utama dari PBL adalah:

1.Pembelajaran berpusat pada masalah:

 Dalam PBL, pembelajaran dimulai dengan mempresentasikan kepada siswa sebuah masalah kompleks yang berhubungan dengan topik yang akan dipelajari. Masalah ini dirancang untuk memicu minat siswa dan memotivasi mereka untuk mengeksplorasi konsep dan solusi yang terkait (Hayati, Nuri, et al., 2023).

2.Pembelajaran berbasis pertanyaan:

Siswa didorong untuk menanyakan masalah yang berkaitan dengan masalah yang telah disajikan . Pertanyaan-pertanyaan ini membantu siswa untuk menentukan apa yang perlu mereka pelajari dan untuk memperluas pemahaman mereka sendiri tentang subjek tersebut .

3.Pembelajaran kolaboratif:

PBL mendorong kerja sama antara siswa. Mereka bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah, berbagi ide, dan mencari solusi bersama. Ini mengembangkan keterampilan sosial, pemecahan masalah, dan kemampuan bekerja dalam tim.

Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk memberi siswa kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan meningkatkan kemampuan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah mereka . Faktanya , masalah adalah masalah nyata yang membantu menyelesaikannya , dan guru serta siswa dapat memilih atau menentukan masalah nyata tersebut , dan mereka tertarik untuk mencari solusi terhadap masalah terbuka atau masalah dengan banyak solusi . Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa belajar dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis.

Berdasarkan penjelasan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis masalah diatas dapat disimpulkan bahwa dalam PBL, pembelajaran dimulai dengan mempresentasikan tentang masalah kompleks dengan topik yang relevan, siswa juga didorong untuk menanyakan masalah yang berkaitan dengan masalah yang disajikan, PBL juga mendorong kerja sama antar siswa, mereka bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah.

E. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

 Langkah -langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah akan diuraikan di bawah ini.

1.Menemukan masalah. Guru menjelaskan proses belajar, memberikan informasi tentang alat yang diperlukan, menawarkan contoh atau cerita untuk mendorong masalah, dan memberikan motivasi kepada siswa saat menghadapi masalah dengan fakta dan mencari solusi.

2.Menentukan masalah: Guru membuat kelompok di mana siswa dapat berbicara dengan lima hingga enam teman dekat mereka. Pada tahap ini, siswa menentukan masalah yang akan dibahas sesuai dengan tema mereka masing-masing.

3.Membantu mengumpulkan data individu atau kelompok. Instruktur membantu menemukan informasi yang tepat, melakukan eksperimen, dan menemukan solusi masalah.

4.Mengembangkan dan Menampilkan: Guru membantu proses menyiapkan pekerjaan untuk ditampilkan, seperti laporan, video, dan tugas.

5.Penilaian dan Penyelesaian Masalah Pada tahap ini, guru memberikan arahan agar siswa memutar ulang dan menilai prosedur yang mereka lakukan.

6.Mengumpulkan hasil; Pada tahap ini, siswa mengumpulkan hasil penyelesaian masalah dan menggabungkannya dengan kelompok lain.

Berikut adalah langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

1.Orientasi siswa terhadap masalah : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah.

2.Organisasi tugas belajar: Guru meminta siswa untuk menentukan dan mengatur tugas belajar yang terkait dengan masalah.

3.Membimbing pengalaman individu atau kelompok : Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk melakukan eksperimen untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

4.Pengorganisasian Siswa: Guru meminta siswa untuk menentukan dan mengatur tugas belajar terkait masalah.

5.organisasi pengalaman individu atau kelompok. Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan melakukan eksperimen untuk mengetahui cara menyelesaikan masalah.

6.Sampaikan dan tunjukkan pekerjaan siswa. Pada tahap ini, guru membantu siswa mempertimbangkan dan menyelesaikan proses pemecahan masalah.

Ditujukan untuk mendidik siswa menjadi siswa yang percaya pada kemampuan intelektualnya sendiri dan mampu hidup mandiri , model pembelajaran berbasis masalah ( PBM) ini memerlukan lingkungan belajar yang terbuka , proses pengambilan keputusan yang demokratis , dan mengutamakan kepentingan siswa untuk berpartisipasi.

Dalam situasi ini, model pembelajaran berbasis masalah yang diusulkan oleh guru Amerika John Dewey akan diterapkan. Enam langkah yang digunakan, berdasarkan masalah pembelajaran :

1.Merumuskan masalah: Guru membantu siswa menentukan masalah apa yang akan mereka selesaikan selama pelajaran, terlepas dari apakah guru telah menawarkannya sebelumnya.

2.Masalah analitis : Guru membantu siswa memeriksa masalah yang dievaluasi dari berbagai sudut pandang.

3.Pengumpulan data : siswa menemukan dan menyediakan berbagai informasi untuk menyelesaikan masalah.

4.Merumuskan hipotesis: Peserta menggunakan apa yang mereka ketahui untuk menawarkan berbagai solusi.

Namun demikian, David Johnson & Johnson (Trianto, 2010) mengatakan bahwa kegiatan kelompok dilakukan dalam lima langkah:

1.Mendefinisikan masalah: Untuk membantu siswa memahami masalah, siswa harus membuat masalah berdasarkan peristiwa tertentu yang menyebabkan konflik. Dalam hal ini, pendidik meminta pendapat siswa tentang topik yang dibahas.

2.Mendiagnosis masalah: Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan masalah.

3.Membangun alternatif strategi : Diskusikan setiap tindakan di kelas

Berdasarkan penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah umum dalam PBL untuk mendidik siswa menjadi siswa yang percaya pada kemampuan intelektualnya sendiri dan mampu hidup mandiri.

F. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Berikut ini adalah tujuan pembelajaran berbasis masalah :

1.Membantu guru memberikan lebih banyak informasi kepada siswa.

2.Membantu siswa mempelajari keterampilan intelektual , pemecahan masalah , dan berpikir kritis . Saat dia berpikir, dia menggunakan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Lebih lanjut , berpikir adalah proses mengungkapkan (melalui bahasa) objek dan peristiwa nyata serta menemukan prinsip -prinsip penting tentang objek dan peristiwa tersebut . Operasi mental yang didasarkan pada tingkat konkrit dari situasi dan fakta tertentu seringkali berbeda dengan pernyataan simbolis ( abstrak ) . Selain itu , berpikir mencakup kemampuan menelaah , mengkritik , dan mengambil kesimpulan berdasarkan pertimbangan. Keterampilan berpikir tingkat tinggi diperlukan untuk memperkuat kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan intelektual.

3.Pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa mempelajari peran orang dewasa dan menggunakan pengetahuan ini untuk menangani situasi kehidupan nyata . Pembelajaran berbasis masalah sering dikaitkan dengan aktivitas mental orang dewasa di luar sekolah .

4.Menjadi siswa yang mandiri: Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk membantu siswa menjadi siswa yang mandiri dan mandiri. Terulang instruksi guru mendorong dan mendorong siswa untuk bertanya dan mencari solusi langsung untuk masalah yang sebenarnya. Ini mengajarkan siswa untuk menyelesaikan tugas mereka sendiri di masa mendatang.

PBM dapat digunakan secara efektif oleh guru kepada siswa, jika permasalahan yang dirancang dengan hati-hati dan selektif dimasukan ke dalam kurikulum. Dengan memasukkan ke dalam kurikulum, pendidik mengantarkan siswa menemukan dan mengevaluasi setiap permasalahan yang dihadapi. Sehingga dengan model tersebut menjadi tepat untuk merangsang daya problem solver dimasa datang.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari PBL untuk membantu guru memberikan lebih banyak informasi kepada siswa, membantu siswa mempelajari keterampilan intelektual,pemecahan masalah, dan berpikir kritis, mempelajari peran orang dewasa dan menggunakan pengetahuan nya untuk menghadapi situasi kehidupan yang nyata serta menjadikan siswa yang mandiri.

G. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah memiliki banyak manfaat, terutama bagi peserta didik.

1.Meningkatkan Kemandirian Peserta Didik: PBL meningkatkan kemandirian peserta didik dengan membantu mereka menjadi kreatif dan mencari Solusi mandiri.

2.Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam PBL dapat membantu mereka menjadi lebih aktif di dalam dan keluar dari ruang kelas karena mereka akan berusaha menyelesaikan masalah, berbicara , dan siap berdebat.

3.Menjelaskan Memecahkan Masalah: Memecahkan masalah tidak cukup hanya dengan memahami teori, tetapi juga dengan mempraktekkannya secara langsung. Dengan menerapkan PBL, banyak keterampilan yang dapat dibuat untuk menyelesaikan masalah.

4.Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama: Pembelajaran berbasis masalah berbasis kelompok mengajarkan siswa bekerja sama. Kemampuan untuk bekerja sama dan keterampilan mumpuni adalah keterampilan yang sangat penting di tempat kerja.

5.Membangun Penghargaan dalam Diri Sendiri : Metode PBL memberi penghargaan lebih dari hanya nilai akademik. Mereka yang puas, misalnya berhasil menyelesaikan masalah, puas dengan kemampuan mereka untuk memberikan solusi, dan sebagainya.

Dibawah ini merupakan manfaat dari Pembelajaran Berbasis Masalah :

1.Pengembangan Keterampilan Pemecahan Masalah

Pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa guna mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang kuat. Mereka belajar cara meneliti masalah, menyerap informasi yang relevan, menganalisisa situasi, dan mencari saran atau solusi yang tepat.

2.Pemahaman yang Lebih Mendalam

Melalui pemecahan masalah yang mendalam, siswa lebih terlibat dalam pelajaran dan lebih memahaminya.

3.Pengembangan Keterampilan Kolaborasi

Pembelajaran berbasis masalah sering melibatkan kerja sama antar siswa dalam mencari solusi. Ini membantu siswa dalam pengembangan keterampilan berkolaborasi, tim kerja dan kolaborasi.

4.Pembelajaran Kontekstual

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah sering kali relevan dengan kehidupan nyata atau situasi di dunia nyata. Ini membantu siswa mengaitkan pelajaran dengan situasi yang mereka hadapi sehari-hari (Zubainur et al., 2020).

5.Pemberdayaan Siswa

Siswa memiliki peran aktif dalam suatu pembelajaran berbasis masalah, yang dapat meningkatkan rasa memiliki dan kepercayaan diri mereka dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PBL bermanfaat untuk meningkatkan kemandirian peserta didik, menjadikan siswa menjadi lebih aktif, meningkatkan kemampuan kerja sama, dan membangun penghargaan dalam diri sendiri.

H. Keunggulan Model Pembelajara Berbasis Masalah

Sanjaya (2008), menyebutkan beberapa kelebihan pembelajaran berbasis masalah, seperti:

1.Menantang siswa untuk menemukan hal-hal baru

2.Mengajarkan siswa cara memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan mereka

3.Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Pembelajaran berbasis masalah menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan metode tradisional . Diantaranya :

1.Mengajarkan siswa berpikir kritis , kreatif, dan terampil;

2.Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran ; dan

3.Pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa aktif belajar dan fokus dalam memecahkan masalah yang diberikan guru.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PBL memberikan kelebihan yaitu mengajarkan siswa berpikir kritis,kreatif dan terampil, meningkatkan partisipasi siswa, serta membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.

I. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Sanjaya (2008) menyebutkan kelemahan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:

1.Siswa tidak akan tertarik atau menganggap masalah yang dipelajari sulit untuk diselesaikan, sehingga mereka tidak akan mencobanya.

2.Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan pembelajaran.

PBL masih mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

1.Tidak berlaku untuk semua materi pembelajaran, sehingga sifatnya terbatas

2.Masalah tidak dapat terselesaikan dalam satu atau dua jam, sehingga pembelajaran memerlukan waktu lebih lama.

3.Jika siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah, prosesnya akan lebih lama dan mereka mungkin tidak ingin menyelesaikan tugas.

4.Pendidik mungkin kesulitan mengatur dan membagi kelompok jika terlalu banyak peserta didik.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PBL memiliki kekurangan yaitu dalam PBL itu tidak berlaku untuk semua materi pembelajaran atau sifat nya terbatas,masalah tidak dapat terselesaikan dalam satu atau dua jam, jika siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah prosesnya akan lebih lama dan mungkin mereka tidak ingin menyelesaikan masalah nya, serta pendidik mungkin kesulitan mengatur dan membagi kelompok jika terlalu banyak peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun