"Ini nih. Masalah kamu Ra, aku lagi mode serius nih." Ucapnya. Â
"Masa'?" Kataku.Â
"Serius Ra, ini aku mode serius. Â Kamu itu hebat, kamu berani mengungkapkan kebenaran sebesar itu. Padahal kamu seorang perempuan. Â Kamu betul-betul pejuang dakwah yang mulia" katanya.Â
Suaranya memang kedengaran serius, tapi aku yakin dia bercanda. Â Dia hanya ingin menghiburku saja.
Maha baiknya Allah, dia maha membolak-balikkan hati manusia. Akhirnya setelah tiga hari percakapanku dan Ifan. Â Aku datang ke kantor dosen yang paling merasa disakiti itu. Dengan pertimbangan, sebentar lagi idul adha. Â Aku ke kantornya dan minta maaf.Â
Mengejutkan! Dia langsung memberi maaf. Rupanya karena, Â ruangannya sedang ramai dikunjungi dosen dosen lain. *
"Rontok gigimu ketawa terus, Ra" kata Ifan.Â
"Habisnya, dari tadi kamu ngelawak mulu" ucapku.Â
Aku dan yang lain sedang ada dalam sebuah warung. Karena setelah kami bagikan mie-mie itu kepada anak-anak di masjid Muhajirin. Kami pun kesini untuk buka bersama. Hanya bertujuh. Itu, karena kami segan kepada bapak-bapak yang sedang i'tikaf di masjid itu.Â
"Sholat kita gimana?" Kataku.Â
"Aman Ra, disana ada tempat sholat kok" ucap Asman.Â