"Pede banget sih" kataku.Â
"Aku tahu aku ganteng. Cewek-Cewek juga pada banyak yang ngantri. Tapi sori ye! Aku gak ma pacaran" katanya.Â
Aku tertawa, geleng-geleng kepala.Â
"Tapi temen dekat wanita banyak. Mungkin mereka kali yah, yang ngaku-ngaku pacarku" ucapnya.Â
Aku langsung tertawa.Â
"Makanya, jangan kasih peluang  setan buat ngaku" kataku sambil tertawa.  Lalu aku pergi.Â
Aku tidak tahu, kenapa aku seberani itu mengurusi hidupnya. Dan ini untuk pertama kalinya, aku tak segan-segannya bertanya tentang status pribadi seorang laki-laki. Barangkali, ini terjadi kara aku merasa Ifan sudah menjadi teman dekatku.Â
Ifan juga adalah orang yang selalu membelaku walau pun, satu dunia telah menyalahkanku. Atas kejadian yang amat mengerikan dihidupku. Yang membuat aku, tidak bisa lulus dengan cepat di kampus.Â
Saat aku berurusan dengan seorang dosen yang korup itu. Semua teman-temanku yang mengaku dekat denganku. Hilang, ada yang masih disampingku. Tapi, mereka menyalahkanku. Namun Ifan, tidak. Ia lah yang ada saat masa-masa sulitku waktu itu. *
"Zahra, katanya kamu berantam sama dosen yah" katanya, di telpon waktu itu.Â
"Ooohh... iya Fan" kataku.Â