Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.Â
"Sebetulnya, Zahra gak mau ketawa karena takut giginya copot" ucap Ifan.Â
Semuanya tertawa. Akhirnya aku pun ikut tertawa. Pecah, malam itu akhirnya marwah yang kujaga-juga. Â Jatuh juga. Aku ikut tertawa dan setiap kali Ifan mengajak becanda seperti biasa, Â aku balas dengan candaan. Aku dan Ifan memang punya kecocokan dalam hal humor. Â Semoga Allah memafkanku. Atas ikhtilat yang gak penting ini Ya Allah.
Makanan telah habis kami lahap, adzan isya berkumandang.  Kami bersiap-siap segera pulang. Karena kami harus solat  isya dan tarawih.Â
Dari 5 oang kami perempuan, hanya Aku yang arahnya berbeda dari mereka. Angkot mereka duluan tiba. Diah, Sinar, Karin,  dan Tika  pulang duluan. Â
Sementara aku, aku masih menunggu angkot. Tak ada satu pun yang lewat. Ifan tak mau pulang, ia menjagaku selayaknya seorang kakak.
"Atau, kamu aku antar aja. Pakai sepeda motor?" Katanya.Â
"Nggak! Â Kalau mau duluan duluan aja" kataku. Â
Asman yang ada disebrang jalan, pun menyebrang.Â
"Kalau gak, kamu diantar Asman, Â mau?" Kata Ifan lagi.Â
"Nggak Fan! Bentar lagi angkotnya pasti datang.Â