"Bohonggg... Kamu dan Ayahmu pembohong. Kehormatanku sudah hilang Ayahh" katanya. Wanita itu memeluk erat seragam Ayahnya.Â
Ayahnya terlihat bersikap dingin. Sepertinya Ayahnya itu seorang polisi yang bijak, Ayahnya seperti sedang menganalisa apa yang sebenarnya terjadi. Lalu, dengan kepala dingin tanpa tergesa-gesa. Ayanya berkata:
"Maaf Pak, karena putri saya sudah melaporkan bapak ke polisi maka ini akan menjadi sebuah penyelidikan. Untuk itu sambil menyelidiki kasus ini, kami harus menangkap bapak"Â
"Ayahku gak bersalah Pak, putri bapak yang menyebarkan fitnah" kataku.
 Tak bisa kubendung air mataku, saat kulihat borgol di tangan para polisi itu di jajakan ke tangan Ayahku. Ayah terlihat amat pasrah, sambil menarik napas dalam ia mengatakan
"Pulang Nak. Ceritakan pada ibumu. Ia harus tahu yang sebenarnya. Agar dia tak termakan fitnah" ucap Ayahku.Â
"Tapi.. Yah,"
"Pulang!"Â
Ayahku memaksaku pulang. Bagaimana mungkin, Aku bisa meninggalkan ayah di kantor polisi sendirian. Sedangkan perempuan bengis itu disana.
Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Ayahku? Apalagi ayah perempuan itu adalah seorang polisi berpangkat jenderal
 Ayah mana yang akan rela mendengar berita pelecehan tentang putrinya? Bisa saja Ayahku dihabisi tanpa ampun oleh jenderal itu kan.Â