Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayahku Tak Bersalah! Bunuh Saja Aku

4 Februari 2024   21:44 Diperbarui: 5 Februari 2024   02:04 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/3vqnV9GCy

"Ayahhhhh.." katanya meraung-raung. Sambil melemparkan sepatunya dari kakinya. 

"Kamu kenapa Nak? Apa kamu sedang ingat sesuatu?" Kata Ayahku, sambil mencoba menggemgamnya. Kirana seperti orang kerasukan. Ia meraung-raung minta tolong. 

"Ayaaahhh.. laki-laki ini brengsek. Dia jaksa gila." Katanya, kali ini dia memeluk dadanya. Aku mengambilkan kerudung yang kusimpan di dalam mobil. Kututupkan dadanya yang kali ini, mulai terbuka. 

Lalu, para aparat kepolisian berkeluran. Seorang polisi dengan pangkat jendral mendekati kami.  

"Kirana.. Kamu kenapa Nak? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya polisi itu.

Kirana langsung berlari memeluk  polisi itu. Pelukan itu seperti pelukan anak yang ingin mengadu kepada seorang ayah. Benar saja, ternyata polisi dengan pangkat jendral itu adalah Ayahnya. 


"Ayah, Mantan Jaksa itu telah melecehkanku. Ia telah mencoba merobek bajuku.  Ia coba merenggut kehormatanku" katanya tersedu-sedu.  

Seketika, jantungku tersayat-sayat. Tiba-tiba Ayahku dituduh melecehkan seorang perempuan, yang usianya sama dengan putrinya. Wajahku pucat, kulihat ayah dengan wajah yang penuh kebingungan. 

"Apa maksudmu Nak, bukannya kamu bilang Pak Yadi yang melecehkanmu.  Dan kita kesini mau melaporkan itu kan."Wajah ayah amat pucat, Ia betul-betul tak mengerti apa yang sedang dimainkan perempuan itu. 

"Bohong! Kamu dan putrimu membuat cerita bohong. Kamu bilang mau mengantarku pulang! Tapi di dalam mobil. Kamu malah ingin melepaskan nafsumu kepadaku" tangisannya semaki menjadi-jadi. 

"Apa ini Kirana, kamu jangan ngada-ngada yah. Kamu sendiri yang menyobek-nyobek baju kamu. Dan ayahku benar, kamu sendiri yang bilang kalau kamu dilecehkan oleh Pak Yadi, dosen pembimbingmu.  Kita kesini mau melaporkan Pak Yadi kan? Jadi, kenapa malah kamu nuduh ayahku yang nggak-nggak?" Kataku. Emosiku meluap-lupa. Tak pernah terpikir dibenakku, perempuan itu akan menyebar fitnah sekejam itu tentang Ayahku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun