"Bukannya mereka takut air?" Ada sebuah jeda yang mengambang di udara sebelum aku meneruskan ucapanku, "Mengapa mereka yang benci air menyukai ikan?"
"Kucing adalah binatang oportunis, ia tidak akan melewatkan kesempatan apapun yang ditawarkan kepada mereka." Kejutan, orang di sebelahku ternyata bisa bicara layaknya ensiklopedia kucing.
"Walaupun kucing takut air?" Tanyaku ingin tahu.
"Iya, kalau kucing itu nekat." Aku ber "oh" ria, dan menyadari sepasang matanya dapat berpendar di tengah kegelapan.
"Apakah kamu nekat?" Ia bertanya tiba-tiba.
"Tidak." Aku menggeleng.
"Kurasa jika aku menjadi kucing, aku akan memilih untuk menahan lapar dibandingkan melakukan sesuatu yang berisiko." Kataku sambil setengah tertawa.
"Namun hidup membutuhkan itu bukan? Risiko."
"Apakah kamu tipe orang yang mengambil risiko?"
Ia menunjuk ke arah dirinya, "Aku tidak bersekolah dan hewan-hewan ini adalah bagian dari hidupku. Bahkan satu-satunya teman yang kumiliki adalah Lao." Ia tersenyum. "Kau lihat? Kesehatan jiwaku sudah menjadi taruhannya."
Aku tertawa antara heran dan kasihan. Kurasa kejadian-kejadian yang akan terjadi selanjutnya tidak bakal sama lagi.