Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percik Rindu di Tengah Hujan Senja

23 November 2024   19:32 Diperbarui: 23 November 2024   22:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Hujan Senja (Sumber Buatan AI)

Ibu Laras yang sejak awal memperhatikan kesopanan Pak Dani, sesekali tersenyum sambil melempar pandang pada putrinya. Tak jarang Ibu Laras pun ikut mengobrol, bertanya tentang keluarga Pak Dani dan kehidupannya sebagai pegawai di kantor kecamatan. Adik Laras hanya memperhatikan percakapan tersebut sambil sesekali tersenyum, tak terlalu mengerti namun terkesan dengan keramahan Pak Dani.

Setelah perbincangan yang hangat, Pak Dani pamit pulang meninggalkan kesan baik di hati keluarga Laras. Mereka semua merasa bahwa Pak Dani adalah sosok yang tulus dan punya perhatian lebih pada Laras. Bahkan Ibu sempat menggoda Laras setelah Pak Dani pergi, membuat wajah Laras memerah.

Hari Minggu pagi, Pak Dani kembali menghubungi Laras. Kali ini ia menawari Laras untuk berjalan-jalan di alun-alun kecamatan, menghirup udara segar dan menikmati suasana pagi yang cerah. Laras setelah sempat ragu-ragu, akhirnya setuju.

Di alun-alun suasana ramai dengan keluarga dan anak-anak yang bermain, pedagang yang menjajakan aneka makanan, dan pasangan muda yang duduk santai menikmati pagi. Pak Dani dan Laras berjalan berdampingan sambil mengobrol ringan tentang banyak hal. Mulai dari impian Laras sebagai guru, cerita Pak Dani tentang tugas-tugasnya di kecamatan, hingga harapan mereka untuk masa depan desa yang lebih maju.

Sesekali Pak Dani melontarkan gurauan yang membuat Laras tertawa. Senyum lebar Laras dan matanya yang berbinar menunjukkan betapa ia menikmati momen sederhana itu. Mereka berhenti sejenak di dekat penjual jajanan dan membeli sepasang es krim.

Pak Dani menatap Laras sambil tersenyum. "Terima kasih, Bu Laras, sudah bersedia menemani pagi ini. Sepertinya sudah lama saya tak menikmati pagi sehangat ini." Laras tersenyum malu dan mengangguk. "Saya yang seharusnya berterima kasih, Pak Dani. Senang bisa menikmati suasana desa dengan santai seperti ini."

Pak Dani menatap Laras dengan penuh perhatian, seolah ingin memastikan setiap kata yang ia ucapkan terasa tulus. Momen itu membuat keduanya semakin merasa nyaman satu sama lain. Mereka berbincang hingga matahari semakin tinggi dan meskipun sederhana, pertemuan itu meninggalkan kesan manis di hati keduanya. Sejak hari itu, hubungan mereka terasa lebih dekat, tak lagi sekadar antara guru dan ASN yang bekerja sama, melainkan sebagai dua sahabat yang mungkin saling melengkapi.

Senin pagi Laras bangun dengan perasaan yang campur aduk. Setelah pagi Minggu yang menyenangkan bersama Pak Dani di alun-alun, hatinya masih terasa hangat. Meskipun belum sepenuhnya memahami perasaannya, ada harapan dan kebahagiaan yang perlahan tumbuh di dalam dirinya.

Setelah bergegas mandi dan bersiap-siap, Laras menuju ruang makan. Ibu dan Bapak sudah duduk sambil menyeruput teh hangat sedangkan Dita terlihat masih mengantuk. Sambil menyantap sarapan, Ibu memperhatikan Laras dengan pandangan yang penuh arti.

"Sepertinya Laras tambah ceria ya, akhir-akhir ini?" kata Ibu sambil tersenyum menggoda. Laras tertawa kecil, berusaha menutupi rona merah yang muncul di wajahnya. "Ah, Ibu ada-ada saja. Ya biasa saja kok," jawabnya dengan nada yang mencoba biasa, meskipun dalam hatinya ia tak bisa menepis perasaan bahagia yang terselip.

Bapak ikut tertawa kecil. "Kalau memang ada seseorang yang baik dan Laras merasa cocok, ya Ibu dan Bapak pasti dukung," katanya bijak sambil tersenyum. Laras tersipu tetapi diam-diam ia merasa senang karena keluarganya ternyata mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun