Lelaki merindu pada senja, yang berbalut jingga.
Namun malam cepat tiba, mengusir sore yang menua.
Kelamnya yang pekat, memeluk hingga belikat.
Berikan aku mimpi, pada jeda yang sepi.
“Indah anak muda! Sungguh indah!” seru Rod tiba-tiba, mengagetkan Marc.
“Yang mana yang kau sebut indah itu pak tua?” Marc bertanya keheranan.
“Kata-katamu tadi tentu saja! Hahahahaha, apa itu tadi namanya? Puliasi? Posusi? Ah apalah namanya, yang jelas kau sungguh menawan anak muda, kita berpesta malam ini, kau harus mendendangkannya lagi! Di hadapan seluruh warga kampung tentu saja! Hahahahahaha”
Rod berbicara dan tertawa terbahak sembari melangkah lagi memasuki rumahnya meninggalkan Marc yang bengong keheranan. Gaung tawa Rod tua masih terdengar di telinga. Marc hanya tersenyum geli bercampur heran, bagaimana mungkin ada sekumpulan manusia yang tak satu orangpun mengenal apa itu puisi.
**
Matahari dengan gembira mengabarkan pada dewi bulan bahwa ada sesuatu yang menarik siang tadi. Seorang pemuda berpakaian jubah selutut, mengenakan celana butut, menggunakan topi mengkerucut. Ia datang bersama hewan yang dinamainya itu kuda. Berdendang aksara ketika melihat pemandangan desa.
Bulan tak sabar lagi bersinar, ia bersinar begitu terang hingga serigala yang bersembunyi di balik hutan terheran-heran, ada apa gerangan?