“Hahaha ya aku memang gila, aku sudah gila sejak pertama kita bertemu, aku tergila-gila padamu!” kata Marc sambil tertawa-tawa.
Ia lalu mengayunkan selendangnya dengan sekali ayun tubuhnya langsung terlemar jauh menembus lapis demi lapis atmosfer bumi. Troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, eksosfer. Dilewatinya dengan sangat cepat hingga ia tak merasa sudah berpijak pada bulan.
Sang dewi menemuinya, betapa terkejutnya Marc melihat yang dihadapannya, wanita yang diajaknya bercakap cakap selama ini menyimpan sesosok bidadari ayu, anggun dan jelita. Kulitnya begitu putih hampir bening, Marc hampir-hampir bisa melihat aliran darah di tangan putri itu.
Duhai putri ayu nan rupawan
Siapakah yang menyembunyikanmu gerangan
Pantas saja hati ini tak henti berdendang
Padahal sang dewi belum lagi dalam pelukan
Marc memeluk dewi rembulan yang wajahnya merona mera, sangat cantik, juga rupawan. Tak sia-sia ia mencuri dan melawan bahaya yang sebenarnya sudah mengintainya dari kejauhan. Ia tak menyadari itu. Iblis sedang bersyair riang di pojok kahyangan. Iblis berpesta merayakan keberhasilan sempurna, bahwa mitos tentang desa percikan surga sebentar lagi akan tiada, berganti desa kecil rontokan kalam neraka.
Jangankan manusia hina
Bahkan yang mulia Adam mampu dirayu Hawa
Sungguh perempuan alat sempurna