Mohon tunggu...
David Hukom
David Hukom Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seseorang yang ingin berkreasi kesenian sebebas-bebasnya di bidang tulis menulis atau seni apapun

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Bulan, Penyair, Puisi

4 Oktober 2013   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:00 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikam jemari sang Betari Durga

Kegelapan menyingkap tabir misteri, aduhai sayang

Ketika kelam tak hanya mengukir langit

Maka dinding hati mulai tumbuh duri stalakmit

Itulah sayang, itulah syetan

Saat roman menarik hina

Saat romansa membutakan semua

Itulah sayang itulah

***

Berbulan setelahnya, setiap malam Marc terbang ke jonggring saloka milik dewi bulan untuk bermesraan, berasyik masyuk mengitari taman. Merawat benih cinta yang makin menggila. Mereka tak pernah menduga bahwa percintaan mampu mendatangkan bencana. Iblis yang sejak awal mengetahui hal itu menceritakan semuanya pada raja surya yang sedang lelap tertidur.

“Lihatlah, duhai pecundang cinta. Dewi rembulanmu dengan gampang dirayu dan dibujuk oleh penyair muda. Tak lama, pastilah air mani akan bermuncratan mengotori rembulan, kau akan lihat keturunan mereka akan berkembang biak mengotori kahyangan”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun