Semuanya itu terasa mengusikku. Pelan kubuka mata. Seketika aku terperangkap dalam remang.
Hah? Cahaya lilin? Kamar Mbok Minah?
Seketika aku bangkit. Ranjang itu berderak. Tapi gerakanku tertahan. Sekujur tubuhku terasa nyeri. Sangat nyeri.
“Ah...,” aku mengerang lirih.
Rasa nyeri itu tetap terasa merajam tubuhku. Sebelum sempat turun dari ranjang, dua sosok menghampiriku dalam keremangan.
“Nduk Sukma?”
Aku terperangah dalam gelap. Siluet itu menari-nari di mataku. Mbok Minah dan seorang laki-laki. Membuatku termangu.
“Kau sudah bangun?” suara laki-laki itu menyapa telingaku.
Ruangan sedikit lebih terang sekarang. Karena Mbok Minah menambah nyala lilin.
“Luka-lukamu berdarah lagi. Mbok Minah takut kau kenapa-napa. Jadi beliau memanggilku.”
Aku membiarkan diriku terseret hening. Letih.