“Sip! Stop, Do. Kayaknya udah pas nih,” ucap Tisa sambiil terus mengaduk.
Sementara itu, Febri yang sedang mengulek tomat dan lombok beralih sebentar untuk memasukkan sayur ke dalam kuali yang sudah mendidih.
“Kerja sama yang baik, ya,” ucap saya.
“Iya, dong, Kak,” sahut Febri.
Tisa mengambil dua batang sumpit lalu duduk manis di sisi adonan kapurung yang telah berubah warna menjadi lebih bening pertanda seluruhnya telah masak.
“Buat apa tuh, Tis?”
“Ini buat menggulung sagunya, biar bola-bola sagunya nanti ukurannya sama.”
Saya mengangguk-angguk. Lalu menyimak saja dia dengan asyiknya mencedok dan menggulung adonan sagu itu memakai dua sumpit dengan cekatan menggunakan teknik khusus. Bola-bola sagu yang berhasil dibuat pun dicemplungkan satu-satu ke dalam loyang lainnya yang sudah diisi air putih. Gunanya agar bola-bola sagunya tidak lengket.
Tak lama kemudian seluruh adonan sagu berhasil disulap jadi bola-bola sagu. Sementara itu, sayuran juga telah masak.
“Semua bahan kapurung sudah siap nih, Do. Jadi sekarang tinggal dicampur saja.”
Febri menyiapkan satu panci stainless ukuran besar. Di dalamnya dimasukkan bola-bola sagu, lalu ikan yang sudah disuir-suir, sayuran plus sebagian kuahnya lalu kuah ikan. Dan terakhir kacang yang sudah ditumbuk halus.