“Mm… beli minuman dingin kalau ada. Buat ngupah yang numbuk kacang…”
“Eh, eh. Tidak usah…” saya melambaikan tangan pada Febri.
Tisa tertawa.
“Ya, kalau tidak mau buat Febri saja.”
Saya buru-buru berdiri dan mengeluarkan dompet dari saku belakang. Maksudnya mau menambah uang belanja Febri. Tapi cewek itu sudah buru-buru lari ke depan.
“Cieee… yang baru gajian,” goda Tisa.
“Tahu aja,” sahut saya.
“Ya, tahu. Orang kamu yang bilang sendiri.”
Saya pura-pura bingung.
“Gitu, ya?”
Tisa berpindah posisi. Mengambil alih tempat Febri tadinya, untuk melanjutkan memotong sayur kangkung yang tersisa.