Ardi berlari dan merentangkan kedua tangannya ketika penjual memberikan mainan itu kepada ibu-ibu itu.
"Nggak boleh, pak! Saya mau mainan itu! nanti saya bilang sama nenek saya untuk beli mainan itu, pak!" Ucap Ardi.
"Bocah ini! Tidak bisa, pergi kamu dari sini!" Ucap penjual itu mendorong Ardi pelan.
Penjual itu pun memberikan mainan itu pada akhirnya ke ibu-ibu pembeli tersebut.
Ardi mengeram kesal dan berlari menuju ke rumah neneknya. Ia pernah melihat nenek menyimpan duit di dompet yang di simpan.
Ardi membongkar lemari dan ia menemukan dompet yang ia cari. Ardi mengambil dompet tersebut dan membuka isinya. Dompet itu berisi uang berwarna merah yang digulung serta kalung emas. Dengan perasaan membuncah, Ardi mengambil dan berlari menuju pasar untuk membeli mainan tersebut.
"Pak, saya sudah punya banyak uang dan mana mainan tadi? Saya beli dengan semua uang dan isi dompet ini."
Penjual itu menghela napas dan menepuk pundak Ardi.
"Mainannya sudah habis terjual. Kamu tahu? Meskipun kamu membeli dengan uang sebanyak ini saya yakin, ini bukan uang kamu. Tidak baik mencuri dan jika mau 'sesuatu' setidaknya berusaha dengan usahamu sendiri bukan mencuri punya orang lain. Kembalikan dompet ini pada orang tuamu. Jika kamu ke sini dengan membawa uang tak masuk akal saya akan mengusir kamu, mengerti adik?"
Ardi terdiam dan kembali ke tempat neneknya yang masih berjualan. Ia menatap neneknya yang kelelahan dan berkeringat. Perasaannya kembali tak karuan dan dengan mata berkaca-kaca ia menghampiri neneknya.
Ardi menatap neneknya dengan mata berkaca-kaca. Ia menahan air matanya, merasa menyesal. Dengan suara gemetar, ia berkata, "Maafkan Ardi, Nek. Ardi nggak akan ngulangin lagi."