'Itu pasti nenek.'Â
Ardi mengintip dan melihat neneknya menaruh piring di rak lalu berjalan menuju meja makan. Ardi menahan napasnya dan jantungnya berdebar kencang. Pikirannya melayang, ia harus memberikan alasan apa supaya ia tidak ketahuan memakan sambal diatas meja itu. Namun, ketakutan yang ia pikirkan itu hilang saat nenek menutup tudung itu tanpa marah ataupun mengumpat.
Nenek melihat cucunya yang mengintip itu pun tersenyum dan menaruh mi ayam yang telah ia sediakan dalam mangkuk.
"Ardi, ini mi ayam nenek belikan mi ayam buat Ardi."
Ardi berdehem dan menampilakn raut wajah kesalnya.
"Ardi sudah tidak minat! Nenek buang saja. Oh ya, makanan nenek tadi di makan kucing, jadi jangan salahkan Ardi!"
Nenek tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya percaya uacapan cucunya.
"Pasti kucingnya besar."
"Entah..."
Nenek menggelengkan kepalanya melihat kelakuan cucunya yang sangat gengsi itu.
"Nek, besok Ardi mau ikut nenek ke pasar. Ardi bosan di sini."