Mohon tunggu...
Nurul Windi Winayanti
Nurul Windi Winayanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bila kau merasa dunia terlalu gelap, semoga kau bisa menjadi nyala yang tidak hanya memberi terang, namun juga kehangatan. Sebab dunia tak selalu memberikan yang kita inginkan, namun selalu menginspirasi kita untuk mengisi kekosongan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Rembulan

29 November 2022   08:45 Diperbarui: 29 November 2022   09:10 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Ruang yang terang benderang terasa gelap, pengap dan sempit dimata Rembulan. Kembang desa itu merasa tak berdaya. Ia harus lepas dari semua ini. Ia melihat kesekeliling kamarnya dan mata sendunya membentur sebuah jendela. Ya .. jendela.. Inilah saatnya.   

          Diruangan yang lain mak Seruni tengah mepersiapkan segala kebutuhan suaminya. Pakaian, sepatu, aksesoris dan segala perlengkapan yang akan membuatnya terlihat gagah. Besok pagi adalah hari penting baginya dan segala sesuatunya harus dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak mengundang malu.

          "sudah dipersiapkan semuanya?"

"iya sudah, tinggal mencocokkan saja antara pakaian saat resepsi pagi sore dan malam       hari".

"ya.. bagus kalau begitu.. jangan sampai acara bahagia ini akan berbuntut memalukan jika tidak dipersiapkan semuanya dengan baik".

          Mak Seruni hanya melihat gelagat suaminya tersebut dengan mata sendu akan tetapi berusaha untuk tegar.

          Disisi lain, Rembulan telah berhasil melompati jendela kamarnya. Hamparan hutan bakau membentang dihadapnya. Langit malampun seakan turut mewakili kesedihan Rembulan, titik-titik lembut mulai membelai rambut ikal mayangnya yang terlihat tak lagi terurus. Ia pun lari menembus pekat malam dan rimbun tumbuhan bakau. Menuju ke bukit karang.

"jika aku tidak ada pasti emak akan bahagia hidup bersama bapak, aku bukan    emak...emak bukan aku...aku adalah aku...aku adalah akuuUUU !!" suara Rembulan tertelan debur ombak yang menghantam bukit karang tepi laut. Ia telah berdiri disana.

"Rembulan....!!! sedang apa kau disini??"

Terdengar suara laki-laki yang ia kenal. Rembulan menengok dengan mata nanar yang menyimpan sejuta amarah.

          "Bayu?? Dari mana saja kau?? Mengapa kau baru datang ketika semuanya telah terjadi?? Mengapa tidak dari dulu kau ajak aku pergi bersamamu?? Mengapa??"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun