""iya tuan, saya"
"cepat cari Rembulan, jangan sampai pernikahanku gagal karenan kau tidak menemukan Rembulan"
"baik tuan akan saya cari"
Badrun mencari Rembulan kemana-mana. Di pinggir pantai, di bukit-bukit tapi hasilnya nihil. Ia kemudian berinisiatif untuk menemui sahabat Rembulan. Ning begitu biasa Rembulan memanggil sahabatnya itu.
     "tok..tokk..tok.." Badrun mengetuk pintu rumah Ning dengan tergesa. Keringat mengucur dari sekujur tubuhnya karena telah lelah mencari Rembulan yang hingga kini belum ketemu juga".
     "Ning, saya ingin kamu berbicara sejujurnya apakah kamu mengetahui dimana Rembulan berada kini?"
     Ning hanya menatap mata kakaknya dengan sayu seakan tahu seberapa dalam penderitaan yang akan dihadapi Rembulan jika Ning mengatakan apa yang sebenarya sekarang sedang dirasakan Rembulan.
     "kang, kemarin Rembulan sempat bercerita kepada Ning tentang keinginan bapaknya untuk menikahinya. Ia tertekan kang, sebenarnya ia juga tengah jatuh cinta pada seorang pemuda desa sebelah yang bernama Bayu".
     "Bayu?? Yang sekarang sedang membantu perang melawan Belanda itu??"
"iya, apa kang Badrun tega menyerahkan Rembulan pada bapaknya yang sudah tidak waras itu. Padahal ia tengah mencintai orang lain. Sebenarnya Rembulan cukup tertekan selalu ditinggal pergi berjuang untuk melawan penjajah itu karena pasti nyawa yang akan menjadi taruhannya. Tapi ia berusaha untuk tegar karena itulah risiko mencintai seorang pejuang. Tapi, sekarang ia dihadapkan dengan perasalahan pelik dan ia ingin pergi jauh dari masalah tersebut". Ning menjelaskan permasalahan Rembulan dengan detail seakan satu katapun tak ingin ia lewatkan.
"betulkah seperti itu keadaan Rembulan saat ini Ning?? Aku akan menjadi orang terjahat di jagad ini jika sampai hati menyerahkan Rembulan ke tangan bapaknya. Baiklah, akan ku jaga rahasia ini. Rembulan akan aman".