Mohon tunggu...
Nurul Windi Winayanti
Nurul Windi Winayanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bila kau merasa dunia terlalu gelap, semoga kau bisa menjadi nyala yang tidak hanya memberi terang, namun juga kehangatan. Sebab dunia tak selalu memberikan yang kita inginkan, namun selalu menginspirasi kita untuk mengisi kekosongan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Rembulan

29 November 2022   08:45 Diperbarui: 29 November 2022   09:10 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

          Matahari mulai memunculkan sinarnya yang lembut. Membelai desa pesisir setelah semalaman ditelan hujan. Rumah pak Darma, ayah tiri Rembulan telah terlihat ramai. Didapur terdengar lebih ramai lagi. Suara ibu-ibu dengan baju kebaya khas desa yang rata-rata bercorak kembang-kembang lalu diikat bagian kanannnya mulai berceloteh tentang pernikahan saudagar mereka ini.

          "buk, kurang apa ya bu Seruni itu, ia kan cantik, keibuan, bahasanya pun halus tidak seperti kebanyakan perempuan di desa ini. Tapi kenapa masih saja ia melirik wanita lain. Anaknya sendiri lagi".

          "ah, Rembulan kan bukan anak kandungnya, ia hanya anak tiri pak Darma".

"mau anak tiri atau anak kandung kan sama saja. Status Rembulan kan anaknya, masak sekarang mau dijadikan istrinya. Apa tidak ada yang salah dengan pak Darma".

"ah, sudahlah bu ini urusan orang kaya. Orang miskin seperi kita tidak pantas berpikir seperti itu. masih banyak yang harus kita pikirkan. Salah satunya bagaimana jika pak Darma tidak mau meminjamkan uangnya lagi untuk perbaikan perahu suami kita yang sudah reot. Bisa-bisa kelaparan nanti kita bu".

Mereka semua tertawa mendengan perkataan salah seorang ibu yang terlalu jelas menggambarkan realita kehidupa mereka yang terlalu pahit untuk diceritakan, mereka sudah terbiasa dengan semua kemiskinan ini. Kemiskinan bahkan seperti telah bersahabat dengan mereka.

          "Brak....." terdengar suara pintu dibanting. Ibu-ibu yang dari tadi menggunjing pak Darma kemudian terdiam seribu bahasa.

          "mana anakmu Rembulan?? Kau sembunyikan dimana dia?? Apa kau tidak rela jika aku menikahi anakmu??"

          "sa..sa..sa..saya tidak tahu pak, tadi malam ia masih di dalam kamar ini. Bahkan ia telah mencoba pakaian yang akan ia kenakan hari ini" jawab Seruni sambil terisak.

          "mana Badrun..Badrun..BadrunnNNN !!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun