Analisis Drama Satu Babak
Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar
"Sebuah Kajian PRAGMATIK dan STRUKTURAL SASTRA"
Oleh : Nuriyah
Abstrak :
Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak adalah cerita pendek yang  menceritakan sepasang suami istri yaitu Lelaki tua dan Wanita tua yang hanya hidup berdua dan hanya memiliki 1 orang anak angkat. Anak angkat yang hanya pulang ketika libur kuliah. Pada suatu ketika di ruang tamu Lelaki tua dan Wanita tua itu sedang bebincang dan berandai-andai apabila mereka berdua telah tiada siapa yang akan mengurus jenazahnya? Karena tidak memiliki anak kandung. Lalu, keheningan terjadi. Lelaki tua itu menyarankan agar wanita tua menyetelkan musik. Dan dari sana terjadi kecemburuan antara  Lelaki tua dan Wanita tua itu dalam mendengarkan musik karena tersimpan kenangan masa lalu.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tema, karakter dan penokohan, plot, dan latar Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak. Berdasarkan analisis di atas penulis mencoba memahami moral cerita dari Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak untuk dijadikan pelajaran bagi pembaca setelah membaca cerpen dalam drama satu babak ini.
Kata kunci : Lagu Cinta, pragmatik, moral
1. Pendahuluan
     Cerpen merupakan cerita ringkas yang dapat dipahami oleh pembaca. Kepadatan cerita merupakan unsur yang hanya terdapat dalam cerpen, sehingga menjadi ciri khusus dari sebuah cerpen. Berbeda dengan karya sastra lain, yang biasanya sulit untuk dipahami, cerpen lebih mudah dimengerti karena alurnya relativ sederhana. Sedangkan Drama satu babak adalah suatu bentuk karya sastra berupa naskah dan lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil, Pemeran, gaya, latar dan penaluran yang ringkas seperti Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak yang di terjemahkan oleh Bpk. Zaky Mubarok.
     Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak yang di terjemahkan oleh Bpk. Zaky Mubarok menceritakan Lelaki tua dan Wanita tua yang hanya hidup berdua dan hanya memiliki 1 orang anak angkat. Anak angkat yang hanya pulang ketika libur kuliah. Pada suatu ketika di ruang tamu Lelaki tua dan Wanita tua itu sedang berbincang dan berandai-andai apabila mereka berdua telah tiada siapa yang akan mengurus jenazahnya? Karena tidak memiliki anak kandung. Lalu, keheningan terjadi. Lelaki tua itu menyarankan agar wanita tua menyetelkan musik. Dan dari sana terjadi kecemburuan antara  Lelaki tua dan Wanita tua itu dalam mendengarkan musik karena tersimpan kenangan masa lalu.
     Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa tema, alur, tokoh, dan penokohan dan latar dalam Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktural dan pendekatan Pragmatik. Teeuw mengatakan bahwa analisis structural bertujuan untuk memaparkan secara cermat, teliti, detail dan memiliki keterkaitan serta keterjalinan semua unsur aspek karya sastra sehingga dapat mengahsilkan makna menyeluruh (1984:135).  Parera (2001:126) menjelaskan Pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa dalam komunikasi, hubungan antara kalimat, konteks, situasi, dan waktu diujarkannya dalam kalimat tersebut. Hal ini berarti pragmatik berusaha menggambarkan sebuah ujaran yang disampaikan oleh pembicara dengan makna tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam pemakaiannya serta makna yang dihasilkan oleh kalimat yang dapat diketeahui dengan melihat konteks yang ada saat tuturan tesebut berlangsung, maka kita dapat mengetahui makna yang diinginkan oleh pembicara dengan memperhatikan konteks yang melingkupi peristiwa tutur tersebut.
2. Kerangka Teori
    a. Tema
     Tema merupakan ide yang melandasi suatu cerita diperankan, serta sebagai pangkal tolak pengarang dalam aktivitas pemaparan karya fiksi yang dibuatnya (Aminuddin). Tema juga merupakan permasalahan utama yang ditampilkan pengarang, dlaam sebuah karya sastra bias terdapat lebih satu permasalahan, tetapi dari beberapa permasalahan tersebut dapat ditark benang meraah yang disebut tema utama.
    b. Alur Â
       Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap k ang membangun sebuah cerita.ejadian ini hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa lain (Stanton). Maka alur ini merupakan perpaduan unsur-unsur y
   c. Tokoh dan Penokohan
      Pelaku yang memankan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin hubungan suatu cerita yang disebut tokoh. Adapun cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan (Aminuddin, 1978:79)
   d. Latar dan Pelataran
     Latar atau setting disebut juga landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams melalui Nurgiantoro, 1994:175)
  e.Pesan Moral
    Pesan Moral yang terdapat pada sebuah karya sastra seccara implisit ataupun eksplisit, implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh-tokoh cerita. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, anjuran, larangan dan sebagainya (Sudjman, 1986:57-58). Pesan moral dalam karya sastra sangatlah penting karena mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan sehingga para pembaca dapat mengambil nilai-nilai kebenarannya.
3.Analisis Struktural, dan Pragmatik dalam Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak
   1.Analisis Struktural
    a. Tema
       Tema dalam cerpen ini adalah rasa cemburu pada masa muda yang masih terpendam itulah yang menjadi konflik batin antara Wanita tua dan
    lelaki tua itu. Seperti pada kutipan dialog dibawah ini :
            Lelaki tua     : Mendengarkan Euis Komariah pasti cocok jam segini. Suara suling, kecapi... (hening)
            Lelaki tua     : Yang album "Panyileukan" itu loh.. coba...wah...pasti pas, enak mendengar suaranya.
            Wanita  Tua   : Tambah mencurigakan saja...
            Lelaki tua     : Mencurigakan? Mencurigakan sebelah mananya?kan kita sering memutar kasetnya.
            Wanita  Tua   : Kita? Yang suka muter kasetnya itu siapa? Kan Cuma papih saja. Bukan kita. Mamih juga tau maksud papih
            Lelaki  Tua    : Masih cemburu juga? Ya tuhan, sudah berapa puluh tahunmih, belum berubah juga....
           Wanita  Tua   : Papih jelek...
            (Hening)
          Lelaki  Tua    : "Mamih juga tau maksud papih". Mih, papih Cuma ingin Mendengarkan musik. Itu saja. Kalau mamih tak mau
                          mendengarkan cianjuran... ya apa saja... yang penting bisa didengarkan.... Biar tak sepi seperti kuburan. Apa salahnya? Coba,Â
                          apa maksud mamih , "Mamih juga tau maksud papih"
          Wanita  Tua   : Mamih tau apa yang ada di pikiran papih kalau papih sedang mendengarkan lagu cianjuran yang itu..
           Lelaki Tua    : Apa coba?
         Pada dialog diatas menunjukan bahwa Wanita tua terlihat cemburu saat Lelaki tua itu minta mendengarkan lagu Euis Komariah yang tak lain adalah mantan  pacar lelaki tua. Padahal jika wanita tua mendengarkan musik lain, lelaki tua itu tidak masalah. Begitupun sebaliknya Lelaki tua pun cemburu dengan masa lalu istrinya yaitu Wanita tua. Seperti pada kutipan dialog dibawah ini :
           Lelaki tua     : Gusti... terus yang ada dipikiran mamih siapa? Kalau mamih sedang berdendang di dapur, di kamar mandi, di halamanÂ
                           rumah, di kamar, di mana-mana?
           Wanita  Tua   : Maksud papih apa? Mamih tidak pernah membayangkan siapa-siapa, mamih spontan aja...
           Lelaki tua     : Spontan? Wekks... menyanyikan lagu yang sudah berpuluh tahun spontan? "untukmu kuserahkan bungaku, oh kekasihku, ku
                          dambakan dirimu selalu..." lagu murahan...
          Wanita  Tua   : iya, lagu mamih meemang murahan. Tapi mamih tidak pernah menyanyikan lagu yang sama. Memangnya lagu Cuma satu..
          Lelaki  Tua    : Memang tak Cuma satu, tapi semua lagu terdengar sama, pake oh kekasihku, kalau tidak ku dambakan, kuharapkan, atauÂ
                         kurindukan... apa bedanya?
          Wanita  Tua   : Papih masih cemburu sama Kang Saepul?
          Lelaki  Tua    : cemburu? Cemburu darimana sama pimpinan orkes melayu? Hmmm tak ada waktu ye.. untuk cemburu sama orang seperti
                        dia. Papih Cuma penasaran, pengen tau, kenapa mamih menyanyikan lagu yang itu-itu saja... kayak anak remaja yang dilanda
                        asmara saja...
         Wanita  Tua   : o.. ceritanya ngebales nih? Perkataan mamih yang tadi nembak ya.. karena papih  merasa sedang rindu-rindunya sama Euis.Â
                        Lagi ingat sama sinden yang selalu ditungguin setiap kali dia manggung, yang selalu papih sawer dulu, selalu terbayang siangÂ
                       dan malam, eh dikawinin orang... memangnya mamih tidak tau. Sejak Euis Komalasari dikawin sama Bandar kay orang
                       Bantarkalong, papih terus sakit menahan kecewa, sakit hati sampai bertahun-tahun tak mau mendengar cianjuran. SemuaÂ
                      kaset yang ada dibuang seperti sampah... sebelu akhirnya papih bertemu lagi dengan Euis yang sekarang menjanda. TerusÂ
                       sekarang papih menyebut-nyebut Kang Saepul
        Lelaki Tua    : yey... siapa yang nyebut nama si "Kumis Lele"? yang nyebut namanya kan mamih?. Mih seumur-umur belum pernah
                       menyebut  nama si "Kumis Lele" pimpinan orkes melayu yang suka nganter mamih dulu, yang suka memanjakan mamihÂ
                      dengan honor yang lebih  banyak dari penyanyi yang lain..
               Pada dialog diatas menunjukan bahwa sang suami yaitu Lelaki tua terlihat cemburu dan membalas perkataan sang istri dengan perkataan bahwa ia sering mendendangkan lagu mantan Pacarnya Kang Saepul pada saat di dapur dan dimana-mana. Itu terbukti dengan lelaki tua itu memanggil Kang Saepul dengan nama melainkan menyebutnya dengan si Kumis Lele.
    b.Alur/Plot
       Alur atau plot dalam cerpen ini adalah Alur atau plot lurus (Progresif), yang disajikan secara runtut mulai dari tahap awal (Penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tahap tengah (konflik meningkat , klimaks), dan tahap akhir (Penyelesaian). Seperti dialog dibawah ini :
1.Tahap Awal (Penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik)
- Penyituasian
           Lelaki tua     : Mih, kira-kira siapa saja yang akan mengantarkan kita kepemakaman, kalau nanti kita sudah waktunya di kubur?
           Wanita  Tua   : ----------------------
            Lelaki tua     : Maksudku selain Kardiman.
           Wanita  Tua   : ya mungkin ada tetangga, lagi pula tak perlu dirancang, kita kan belum tentu mati bersama.
           Lelaki tua     : Iya. Maksudku kalau salah seorang di antara kita mati.
           Wanita  Tua   : Masa tidak ada yang mengurus, Pih. Setidaknya ada Pak RT, ada Pak Ustadz, ada tetangga, ada teman kantor papih dulu...
                          lagi pula, tak baik memikirkan hal yang begitu, tak ada manfaatnya.
           Lelaki tua     : Terus kalau kita sudah tua, siapa yang akan mendatangi kita selain Kardiman?
          Wanita  Tua   : Sudah tua bagaimana? Sekarang kita sudah tua, memangnya mau hidup  berapa ratus tahun?
         Pada tahap ini dimulai ketika di ruang tamu Lelaki tua dan Wanita tua itu sedang duduk dan lelaki tua berandai-andai apabila mereka berdua telah tiada siapa yang akan mengurus jenazahnya selain anak angkatnya Kardiman siapa? Lalu sang istri wanita tua menjawab bahwa tidak usah memikirkan hal yang tak ada manfaatnya.
- Pengenalan
          Lelaki tua     : Mih...
         Wanita  Tua   : (diam)
          Lelaki tua     : Mih...
          Wanita  Tua   : Hmmm
          Lelaki tua     : Nyetel musik ya...? Keroncong, pop, bosas, atau....apa saja.
          Wanita  Tua   : (diam)
           Lelaki tua     : Dangdut?...sepi nih...
          Wanita  Tua   : Sepi juga musik, kalau tidak dirusak sama suara papih.
           Lelaki tua     : Waduh, mamih kayak penyair saja. Di mana enaknya mendengarkan sepi? tak ada syairnya, tak ada iramanya.
          Wanita  Tua   : ada..., papih nya saja tidak punya jiwa seni, tidak punya kepekaan.
           Lelaki tua     : Walah, tambah tinggi saja si mamih... (memegang paha istrinya)
          Wanita  Tua   : Ih...
           Lelaki tua     : Atau...cianjuran...
            (hening)
            Lelaki tua     : Mendengarkan euis komariah pasti cocok jam segini. Suara suling, kecapi...
           (hening)
            Lelaki tua    : Yang  album, "panyileukan" itu lho...coba...wah...pasti pas, enak mendengar suaranya...
         Pada tahap ini dimulai ketika di ruang tamu Lelaki tua dan Wanita tua itu sedang duduk di ruang keluarga kemudian keheningan menghampiri dan lelaki tua meminta istrinya untuk mendengarkan musik lagu Euis Komariah.
- Pemunculan Konflik Â
         Wanita  Tua   : Tambah mencurigakan saja...
          Lelaki tua     : Mencurigakan? mencurigakan sebelah mananya? Kan kita sering memutar kasetnya.
          Wanita  Tua   : Kita? Yang suka muter kasetnya itu siapa? Kan Cuma papih saja. Bukan kita. Mamih juga tau maksud papih...
          Lelaki tua     : Masih cemburu juga? Ya tuhan, sudah berapa puluh tahun mih, belum berubah juga...
          Wanita  Tua   : Papih jelek
              (hening)
         Pada tahap ini dimulai ketika lelaki tua meminta istrinya untuk mendengarkan musik lagu Euis Komariah yang membuat sang istri curiga karena Euis Komariah merupakan Mantan Kekasih suaminya yaitu lelaki tua itu.
2.Tahap Tengah ( Konflik Meningkat, Klimaks)
- Konflik Meningkat
         Lelaki tua     : "Mamih juga tahu maksud papih". Mih, papih Cuma ingin mendengarkan musik. Itu saja. Kalau mamih tak mauÂ
                       mendengarkan cianjuran,...ya apa saja...yang penting bisa didengarkan...biar tak sepi seperti kuburan. Apa salahnya? Coba, apaÂ
                       maksud mamih, "mamih juga tahu maksud papih?
        Wanita  Tua   : Mamih tahu apa yang ada di pikiran papih kalau papih sedang mendengarkan lagu ciajuran yang itu...
         Lelaki tua     : Apa coba?
         Wanita  Tua   : malah bertanya? Ya...mungkin papih merasa betah, masih bisa bernostalgia, mengenang masa lalu sama si dia.
         Lelaki tua    : Si Euis?... mamih, Mamih. Kayak anak remaja saja. Papih tidak punya pikiran apa-apa.. kalau sedang mendengarkan cianjuran.
                       Selain mendengarkan lagunya. Iramanya membuat papih tenang dan hati menjadi terasa damai.
         Wanita  Tua   : Tetap saja, kalau yang didengarkan cuma kaset yang itu.
          Lelaki tua     : Jadi masih juga curiga?
         Wanita  Tua   : Mau tidak curiga bagaimana. Papih membeli kaset itu setelah bertemu Si Euis di supermarket waktu itu kan?
          Lelaki tua     : Setahun yang lalu? Ah...mamih, papih kan membeli kasetnya baru bulan kemarin. Niatnya juga mau menambah koleksi...
         Wanita  Tua   : Nambah koleksi? Tapi yang dibeli cuma Euis Komariah. Ga ada bosennya apa. Siang, malam, pagi, sore yang diputer itu saja...
                        seperti tak punya kaset yang lain saja.
        Lelaki tua     : Mamih ini gimana sih. Papih kan dari dulu juga sukanya sama suara Euis Komariah, bukan yang lain. Apa salahnya papih muterÂ
                        kasetnya. Hak asasi mih. Ini hanya masalah selera. Bukan artinya papih muter kaset itu karena ingat sama Euis Komalasari.
       Wanita  Tua   : Masih ingat ternyata nama lengkapnya.
        Lelaki tua     : Astagfirullah...mamih...
             (Hening)
       Wanita  Tua   : Ya sudah, sana putar...
       Lelaki tua     : Tak berselera lagi.
      Wanita  Tua   : Kok mempermasalahkan selera, ini masalah rasa kan?
       Lelaki tua     : Ya tuhan...apa lagi sih?
      Wanita  Tua   : Memangnya mamih tak tau kelakuan papih kalau lagi mendengarkan kaset itu? Beuh...Seperti yang sedang mendengarkan suaraÂ
                     bidadari saja. Mata terpejam, senyam-senyum sendiri. Malah sambil mengusap dada sendiri sambil menarik nafas panjangÂ
                     seperti habis mendapat kebahagiaan.
      Lelaki tua     : Terus mamih kira papi sedang memabayangkan Euis Komalasari, begitu?
           Pada tahap ini dimulai ketika sang istri curiga lelaki tua meminta istrinya untuk mendengarkan musik lagu Euis Komariah Mantan Kekasih suaminya yang dimana ketika mendengarkan lagu tersebut sang suami  seperti habis mendapat kebahagiaan Mata terpejam, senyam-senyum sendiri. Malah sambil mengusap dada sendiri sambil menarik nafas panjang.
- Klimaks
       Wanita  Tua   : Apa lagi kalau bukan itu?
        Lelaki tua    : Gustii...terus yang ada dipikiran mamih siapa? kalau mamih sedang berdendang di dapur, di kamar mandi, di halaman rumah, diÂ
                      kamar, di mana-mana?
      Wanita  Tua  : Maksud papih apa? Mamih tidak pernah membayangkan siapa-siapa, mamih spontan aja...
       Lelaki tua    : Spontan? Wekks...menyanyikan lagu yang sudah berpuluh tahun spontan? "untukmmu kuserahkan bungaku, oh kekasihku,Â
                     kudambakan dirimu selalu..." lagu murahan...
      Wanita  Tua  : Iya, lagu mamih memang murahan. Tapi, mamih tidak pernah menyanyikan lagu yang sama. Memangnya lagu cuma satu...
       Lelaki tua    : Memang tak cuma satu, tapi semua lagu terdengar sama, pake oh kekasihku, kalau tidak kudambakan, kuharapkan, atauÂ
                     kurindukan....apa bedanya?
      Wanita  Tua   : Papih masih cemburu sama kang Saepul?
      Lelaki tua     : Cemburu? Cemburu dari mana sama pimpinan orkes melayu? Hmm tak ada waktu ye...untuk cemburu sama orang seperti dia.Â
                      Papih cuma penasaran, pengen tau, kenapa mamih menyanyikan lagu yang itu-itu saja...kayak anak remaja yang dilanda asmaraÂ
                     saja.
      Wanita  Tua   : o...ceritannya ngebales nih? Perkataan mami yang tadi nembak ya...karena papih merasa sedang rindu-rindunya sama Euis. LagiÂ
                    ingat sama sinden yang selalu ditungguin setiap kali dia manggung, yang selalu papih sawer dulu, selalu terbayang siang dan                           malam, eh dikawin orang... memangnya mamih tidak tahu. Sejak euis Komalasari dikawin sama Bandar kayu orang Bantarkalong,                       papih terus sakit menahan kecewa, sakit hati sampai bertahun-tahun tak mau mendengar cianjuran. Semua kaset yang ada                             dibuang seperti sampah...sebelum akhirnya papih bertemu lagi sama Euis yang sekarang menjanda. Terus sekarang papih nyebut-                       nyebut kang Saepul...
     Lelaki tua     : Yey...siapa yang nyebut nama si ''Kumis Lele''? yang nyebut namanya kan mamih? Mih, seumur-umur belum pernah menyebutÂ
                   nama si ''Kumis Lele'' pimpinan orkes melayu yang suka nganter mamih dulu, yang suka memanjakan mamih dengan honor yang                     banyak lebih dari penyanyi yang lain....
      Wanita  Tua   : Dia begitu karena mamih bintang panggung!! Dari mana papih tahu mamih dapet honor banyak...???
       Lelaki tua     : Suci, Nenden, Iceu...semuanya bicara sama.
      Wanita  Tua   : Ooo....orang-orang sirik itu....?
       Lelaki tua     : Dari mereka papih juga tahu, bahwa dulu mamih pacaran sama Si Sae...eh si Kumis Lele!!!
      Wanita  Tua   : Mamih ga pacaran sama...
      Lelaki tua     : Wihhh....weks...ga pacaran? Lalu apa di belakang panggung mamih dipeluk-peluk sama si Kumis Lele...terus mamih diam sajaÂ
                     menikmati. Masih kelihatan mih...masih jelas!! Waktu orkes di alun-alaun dulu, maih digandeng kemudian dipeluk. Itu didepan
                     umum, apalagi kalau di tempat sepi? Papih tak minjam mata tak minjam telinga, tak sekedar mendengar gossip, tapi papi melihatÂ
                     dengan mata kepala sendiri. Jelas sekali betapa lengketnya mamih sama si ontohod. Rambut mamih dibelai-belai, terus pipiÂ
                    mamih dicium. Yang dibelainya... diam saja...malah ketawa-ketawa seperti suka, apa lagi waktu tangannya meraba pundak mami,Â
                    terus kepunggung, terus mamih malah sengaja membiarkan tangan si Kumis Lele terus turun, terus turun, terus turun, terus Â
                    megang pan...
     Wanita  Tua   : Ya alloh...papi...
     Lelaki tua     : Mau beralasan apa? Hah..hah...segitu jelasnya! Kelakuan seperti itu mamih masih bisa berkata "mamih ga pacaran sama si KumisÂ
                    Lele...?
     Wanita  Tua   : Jadi Papih masih cemburu sama orang yang sudah tidak ada di dunia?
      Lelaki tua     : Tapi kan si Kumis Lele masih hidup dalam pikiran mamih.
     Wanita  Tua   : Terus selama ini apa yang selalu ada dalam pikiran papih?
          Pada tahap ini dimulai ketika sang istri (wanita tua) curiga kepada suaminya (lelaki tua) karena mendengarkan lagu mantan kekasihnya dulu kemudian terjadi percekcokan sang suami (lelaki tua) membalas sang istri (wanita tua) bahwa ia pun sering mendengdangkan lagu mantan kekasihny a dulu Kang Saepul dan menceritakan ketika ia masih berpacaran dulu.
- Tahap Akhir (Penyelesaian)
      Lelaki tua     : (Diam)
     Wanita  Tua   : Jelas-jelas dia masih ada. Janda pula.
        (hening)
                     Hayoh...mau ngeles apa?
        (hening)
                    Kalau masih penasarana, mau besok, lusa silahkan dijemput. Malah kalau mau sekarang, juga silahkan... masih apal kan alamat
                    sinden Euis Komalasarinya?
       Lelaki tua     :  (diam)
      Wanita  Tua   : Memangnya mamih, kalau tiba-tiba teringat sama kang Saepul almarhum karena mendengar sebuah lagu yang dulu suka
                      mamih nyanyikan, mamih cuma bisa membayangkan saja. Orangnya sudah tidak ada. Mamih tidak akan menutup-nutupi bahwaÂ
                     kang Saepul yang membuat hidup mamih mapan. Kang saepul yang mengajarkan mamih bisa seperti seperti dulu. Mamih bisaÂ
                     manggung, bisa dapat uang untuk membatu orang tua, apa lagi mamih anak satu-satunya.
       Lelaki tua     : (diam)
       Wanita  Tua   : Malah kalau papih tau, kang Saepul adalah orang yang pertama kali setuju agar mamih menerima lamaran papih dulu. KangÂ
                       Saepul mengijinkan mamih menikah, karena yang ngelamar adalah Drs. Hadi Suwarna, pegawai Pemda. "Heh upit, mau
                       mencari laki-laki yang gimana lagi?," kata kang Saepul dulu. Kalau kang Saepul nggak ngomong kaya begitu, belum tentuÂ
                      mamih bisa nerima papih...mamih juga pengen jadi penyanyi terkenal...pengen rekaman...
      (hening)
        Lelaki tua     : Mih...
       Wanita  Tua   : Hmm...
        Lelaki tua     : Papih juga sama. Walau pun euis masih ada. Janda pula. Tapi bukan berarti papih bakal inget sama dia terus. Memang,...duluÂ
                        pernah jadi pacar papih...kan papi udah cerita...zaman sudah berubah, kehidupan kita juga sudah berubah. Sudah puluhanÂ
                        tahun kita hidup bersama. Papi merasa bahagia bisa hidup sama mami. Apa lagi papi semakin tua, sudah bau tanah. KalaupunÂ
                       sekarang papi suka mendengarkan cianjuran, semata-mata hanya karena lagunya mebuat tentram...bikin papi merasa tenang...
       Wanita  Tua   : Ya sama aja...mamih juga menyanyikan lagu itu, karena Cuma lagu itu yang apal...lagu-lagu yang sering mami nyanyiin dulu.Â
                      Sekedar mengobati sunyi
        Pada tahap ini dimulai ketika sang suami (lelaki tua)  tidak menjawab pertanyaan sang istri (wanita tua) dan memilih diam ketika menanyakan selama ini yang ada dalam pikirannya siapa. Dan sang istri (wanita tua) menjelaskan bahwa kang saepul lah yang menyuruh ia menikah dengan Suaminya (lelaki tua) yang sekarang. Kemudian suaminya (lelaki tua) itu pun berkata demikian bahwa ia memang benar menyukai lagu cianjuran bukan semata-mata untuk mengingat Mantan Pacarnya Euis komariah.
c. Tokoh dan Penokohan
        Wanita tua dalam cerita adalah tokoh utama karena paling sering dimunculkan dan memiliki karakter yang cerewet,galak,cemburuan Sedangkan lelaki tua dalam cerita memiliki karakter yang suka menggerutu, cemburuan, Kang Saepul baik hati sering memberi uang lebih kepada Wanita tua, dan menyuruhnya menikah dengan suaminya yang sekarang. seperti dialog dibawah  ini :
(LK menyelonjorkan kakinya ke atas meja)
       Wanita tua      : Meja bukan untuk kaki!
(Lk manyun. Dengan kaki selonjoran di atas meja)
       Wanita tua      : Bagaimana kalau tiba-tiba ada tamu, nanti kita dikira tidak punya sonpan santun dan tatakrama.
(LK menggerutu sambil sambil menurunkan kaki)
       Wanita tua      : Apa?
       Lelaki tua       : Lagi pula siapa  yang akan bertamu di senjahari?
       Wanita tua      : Siapa yang tahu. Cuma tak sopan saja kaki diselonjorkan di atas meja.
       Lelaki tua       : Kan tidak setiap waktu. Cerewet.
       Wanita tua      : Siapa yang cerewet?, mamih hanya mengingatkan jangan menyelonjorkan kaki di atas meja. Apa susahnya sih pindah ke
                         ruang tengah kalau mau selonjoran,sekalian kalau mau gulingan atau salto-salto juga bisa. Begitu saja disebut cerewet.
d.Latar dan Pelataran
   Dalam cerita ini mengandung latar :
    1. Mengingat kematian
       Seperti dialog dibawah ini :
         Lelaki tua     : Mih, kira-kira siapa saja yang akan mengantarkan kita kepemakaman, kalau nanti kita sudah waktunya di kubur?
        Wanita  Tua   : ----------------------
         Lelaki tua     : Maksudku selain Kardiman.
        Wanita  Tua   : ya mungkin ada tetangga, lagi pula tak perlu dirancang, kita kan belum tentu mati bersama.
        Lelaki tua     : Iya. Maksudku kalau salah seorang di antara kita mati.
       Wanita  Tua   : Masa tidak ada yang mengurus, Pih. Setidaknya ada Pak RT, ada Pak Ustadz, ada tetangga, ada teman kantor papih dulu... lagiÂ
                      pula, tak baik memikirkan hal yang begitu, tak ada manfaatnya.
  Â
          Pada situasi ini ketika di ruang tamu Lelaki tua dan Wanita tua itu sedang duduk dan lelaki tua berandai-andai apabila mereka berdua telah tiada siapa yang akan mengurus jenazahnya selain anak angkatnya Kardiman siapa? Lalu sang istri wanita tua menjawab bahwa tidak usah memikirkan hal yang tak ada manfaatnya.
      2.Mengingat masa lalu dan diliputi rasa curiga dan cemburu
        Seperti dialog dibawah ini :
        Wanita  Tua   : Tambah mencurigakan saja...
         Lelaki tua     : Mencurigakan? mencurigakan sebelah mananya? Kan kita sering memutar kasetnya.
        Wanita  Tua   : Kita? Yang suka muter kasetnya itu siapa? Kan Cuma papih saja. Bukan kita. Mamih juga tau maksud papih...
        Lelaki tua     : Masih cemburu juga? Ya tuhan, sudah berapa puluh tahun mih, belum berubah juga...
        Wanita  Tua   : Papih jelek
(hening)
           Pada suasana ini dimulai ketika lelaki tua meminta istrinya untuk mendengarkan musik lagu Euis Komariah yang membuat sang istri curiga karena Euis Komariah merupakan Mantan Kekasih suaminya yaitu lelaki tua itu dan membuat wanita tua cemburu.
e.Pesan Moral
           Pesan moral merupakan beberapa ajaran moral yang di anggap baik oleh masyarakat, pesan moral yang terdapat dalam cerpen ini adalah : mengingat kematian adalah hal yang harus diingat karena semua manusia yang bernyawa akan mati, tidak baik mengungkit masalalu pasangan itu hanya akan mendatangkan kecemburuan dan ketidaktentraman, saling memaafkan, dan saling menjelaskan apabila terjadi kesalahan.
2. Analisis Pragmatik
     Analisis Pragmatik dapat berupa analisis bahasa berdasarkan sudut pandang pragmatik,  karena pragmatik mengungkapkan maksud tuturan didalam peristiwa komunikasi. Analisis Pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang di ekspresi secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud dan tujuan terutama yang implikatur hanya dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan komponen situas tutur (Rustono, 1999:18)
      Dalam Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak yang di terjemahkan oleh Bpk. Zaky Mubarok mempunyai maksud dan tujuan untuk selalu mengingat kematian Seperti dialog dibawah ini :
       Lelaki tua     : Mih, kira-kira siapa saja yang akan mengantarkan kita kepemakaman, kalau nanti kita sudah waktunya di kubur?
       Wanita  Tua   : ----------------------
       Lelaki tua     : Maksudku selain Kardiman.
      Wanita  Tua   : ya mungkin ada tetangga, lagi pula tak perlu dirancang, kita kan belum tentu mati bersama.
      Lelaki tua     : Iya. Maksudku kalau salah seorang di antara kita mati.
      Wanita  Tua   : Masa tidak ada yang mengurus, Pih. Setidaknya ada Pak RT, ada Pak Ustadz, ada tetangga, ada teman kantor papih dulu... lagi
                       pula, tak baik memikirkan hal yang begitu, tak ada manfaatnya.
      Lelaki tua     : Terus kalau kita sudah tua, siapa yang akan mendatangi kita selain Kardiman?
      Wanita  Tua   : Sudah tua bagaimana? Sekarang kita sudah tua, memangnya mau hidup  berapa ratus tahun?
          Pada situasi ini ketika di ruang tamu Lelaki tua dan Wanita tua itu sedang duduk dan lelaki tua berandai-andai apabila mereka berdua telah tiada siapa yang akan mengurus jenazahnya selain anak angkatnya Kardiman.
         Lalu maksud dan tujuan penutur dalam cerpen ini adalah tidak baik untuk mengingat masa lalu karena menimbulkan kecemburuan dan ketidaktentraman Seperti dialog dibawah ini :
      Wanita  Tua   : Tambah mencurigakan saja...
       Lelaki tua     : Mencurigakan? mencurigakan sebelah mananya? Kan kita sering memutar kasetnya.
      Wanita  Tua   : Kita? Yang suka muter kasetnya itu siapa? Kan Cuma papih saja. Bukan kita. Mamih juga tau maksud papih...
Lelaki tua     : Masih cemburu juga? Ya tuhan, sudah berapa puluh tahun mih, belum berubah juga...
Wanita  Tua   : Papih jelek
(hening)
Pada suasana ini dimulai ketika lelaki tua meminta istrinya untuk mendengarkan musik lagu Euis Komariah yang membuat sang istri curiga karena Euis Komariah merupakan Mantan Kekasih suaminya yaitu lelaki tua itu dan membuat wanita tua cemburu.
4.Kesimpulan
     Pendekatan Struktural dan Pragmatik digunakan oleh penulis untuk menganalisis Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak. Pendekatan structural memisahkan unsur intrinsik cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak yaitu : tema, alur atauu plot, tokoh dan penokohan, serta latar. Pendekatan Pragmatik memiliki manfaat untuk mempermudah memahami cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak dari segi fungsinya yaitu memberikan maksud dan tujuan dari pendangan pembaca selaku penyambut karya sastra. Dari hasil analisis cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak, diketahui unsur intrinsik yang membangun yaitu :
      Tema dalam cerpen ini adalah rasa cemburu pada masa muda yang masih terpendam itulah yang menjadi konflik batin antara Wanita tua dan lelaki tua itu
      Alur atau plot dalam cerpen ini adalah Alur atau plot lurus (Progresif), yang disajikan secara runtut mulai dari tahap awal (Penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tahap tengah (konflik meningkat , klimaks), dan tahap akhir (Penyelesaian).
- Tokoh dan Penokohan dalam cerpen ini yaitu : Wanita tua dalam cerita adalah tokoh utama karena paling sering dimunculkan dan memiliki karakter yang cerewet,galak,cemburuan. Sedangkan lelaki tua dalam cerita memiliki karakter yang suka menggerutu, cemburuan, Â dan Kang Saepul baik hati sering memberi uang lebih kepada Wanita tua, dan menyuruhnya menikah dengan suaminya yang sekarang.
- Dalam cerita ini mengandung Latar Waktu : Sore Hari, Latar Tempat : Diruang Keluarga, Latar Suasana : Mengingat kematian dan Mengingat masa lalu dan diliputi rasa curiga dan cemburu.
- Pesan moral merupakan beberapa ajaran moral yang di anggap baik oleh masyarakat, pesan moral yang terdapat dalam cerpen ini adalah : mengingat kematian adalah hal yang harus diingat karena semua manusia yang bernyawa akan mati, tidak baik mengungkit masalalu pasangan itu hanya akan mendatangkan kecemburuan dan ketidaktentraman, saling memaafkan, dan saling menjelaskan apabila terjadi kesalahan.
- Analisis Pragmatik dapat berupa analisis bahasa berdasarkan sudut pandang pragmatik, karena pragmatik mengungkapkan maksud tuturan didalam peristiwa komunikasi. Dalam Cerpen Lagu Cinta Jeung Sajabana karya Nazarudin Azhar dalam drama satu babak yang di terjemahkan oleh Bpk. Zaky Mubarok mempunyai maksud dan tujuan untuk selalu mengingat kematian tidak baik untuk mengingat masa lalu karena menimbulkan kecemburuan dan ketidaktentraman.
Dafta Pustaka
Aminuddin.1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih, Asah, Asuh.
Noor, Redyanto. Maret 2009. Pengantar Pengkajan Sastra. Semarang:Fasindo.
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-tema-dan-jenis-jenis-tema/
eprints.dinus.ac.id/8321/1/jurnal_14080.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H