"Anak lain pada belajar. Entah karena apa, firasatku jadi nggak enak."
"Udahlah, aku juga nggak menghafal, kok. Kan kita udah tahu soalnya. Ngapain juga kita belajar. Bikin repot aja."
"Mereka dapat bocoran?"
"Ya nggak lah, cuma kita."
"Oh, pantes. Ya udah. Tapi, aku nggak tahu mau ngapain."
"Jalan-jalan, yuk."
Aku menerima ajakannya. Meninggalkan buku catatanku di atas meja.
Jam sudah menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh menit ketika buk Reni masuk ke kelasku sambil menenteng kertas super tebal. Konon katanya, isi dari kertas-kertas itu sangatlah panjang dan jawabannya sangat susah dicari. Tapi tak mengapa, aku sudah tahu apa saja jawabannya.
Buk Reni mulai membagikan soal ulangan. Aku tidak sabar lagi, tapi anehnya perasaanku sedikit tidak enak. Entah kenapa.
Aku mendapat kertasku. Mataku membelalak kaget. Soal di tanganku sekarang sama sekali tidak ada dalam foto kiriman Tia. Oh, tidak. Sepertinya soal ulangan di berikan berbeda oleh buk Reni setiap kelasnya. Aduh, bagaimana ini?
Aku lirik Tia di sebelahku. Dia tampak biasa saja. Aku mencoba untuk tenang dan menjawab soalnya sebisaku. Tapi masalahnya, materi ulangannya tidak ada kupelajari. Lengkap sudah.