Ibu benar-benar marah sekarang. Dia menceramahiku sama seperti buk Reni menceramahiku di sekolah tadi. Aku hanya menunduk dalam-dalam.
"Sudahlah, Bu," ayah tiba-tiba bersuara dan menyela ceramah ibu. "Kia, kamu tahu kan apa akibat dari malas belajar?"
Aku hanya mengangguk pelan, masih menunduk.
"Kamu masih mau malas dan menyontek lagi?"
Aku menggeleng pelan.
"Janji?" Ayah bertanya lagi.
Aku mengangkat wajahku dan menatap kedua orangtuaku, lalu mengangguk. "Maafkan aku Ibu, Ayah. Aku menyesal malas belajar. Aku janji nggak akan malas lagi. Aku juga nggak akan menyontek lagi, Yah, Bu," aku kembali menunduk. "Maafin Kia.."
"Yaudah, Ayah maafin," ayah tersenyum, lalu menoleh kepada ibu. "Ibu gimana?"
Ibu kembali menghela napas. "Iya, Ibu juga maafin kamu. Tapi kamu harus tepatin janji. Kamu nggak akan ngelakuin ini lagi."
Aku menatap kedua orangtuaku dengan mata berbinar. "Iya, Bu.."
"Trus ini kertasnya mau diapain?" Tanya ayah kemudian.