Sementara pada waktu yang sama, Matias Vander Lawrence tiba di waktu yang tepat, ketika baginda raja dan pangeran Edmund sedang berada dalam sebuah perbincangan. Mereka sedang membahas tentang rencana mereka untuk melakukan lamaran resmi kepada putri dari duke Eduardo.
Rencana Matias dan Rodrigues untuk mengkonfrontir pangeran Edmund di hadapan baginda raja, tampaknya akan berjalan lancar hari ini juga.
"Permisi, yang mulia baginda raja. Yang mulia kedatangan tamu, seorang putra dari count Antonio Lawrence datang untuk menemui yang mulia."
"Putra dari... count Antonio? Ada perlu apa denganku?" tanya baginda raja keheranan. Sementara pangeran Edmund yang duduk berhadapan dengan beliau, mulai mengernyitkan dahi. Menelan rasa ketidaksukaannya mendengar lelaki itu berani datang ke istana tanpa diundang.
"Persilahkan saja dia kesini menemuiku!" titahnya kepada sang pembawa kabar.
Setelah kegugupannya mereda, akhirnya Matias memberanikan diri untuk mulai melangkah. Mengikuti langkah seorang penjaga istana menuju ruang kerja baginda raja.
"Salam hormat, semoga keberkahan dan kebahagiaan mengalir untuk Anda, yang mulia baginda raja dan keluarga." Matias sedikit membungkuk ke hadapan beliau.
"Terima kasih, tuan....?"
"Matias Vander Lawrence."
"Ah, maafkan aku yang belum menghafal namamu dengan baik. Kau putra pertama count Antonio?"
"Benar yang mulia." tatapan kedua mata Matias hanya tertuju kepada baginda raja. Seolah dirinya tak mempedulikan keberadaan pangeran Edmund disana.