"Tentu, ayah! Kami akan tetap menikah."
"Seluruh orang di negeri ini akan berpikir bahwa kau sengaja menjatuhkan pangeran Edmund, agar kau dapat merebut gadis pilihannya."
"Aku tidak peduli dengan semua itu, Ayah! Mereka tahu, aku sama sekali tidak memfitnah pangeran Edmund. Aku mengungkap kejahatannya dengan membawa bukti tertulis dan seorang saksi."
Count Antonio Lawrence sengaja menunggu kepulangan putranya di ruang tengah kediaman mereka, beliau sungguh tidak sabar ingin bertanya langsung kepada yang bersangkutan, mengapa dirinya sampai menjadi buah bibir di kantor pemerintahan hari ini.
Beliau langsung mencegat langkah Matias ketika lelaki itu baru saja tiba dan hendak menuju ke kamarnya. Dan tanpa banyak basa-basi, beliau langsung melakukan sidang kepada Matias. Seolah putranya itu yang menjadi terdakwanya. Di hadapan countess Victoria dan Martha, count Antonio terus melontarkan pertanyaan yang tengah mengganggu pikirannya.
"Antonio, aku tidak bermaksud membela Matias. Tapi sudahlah! Aku rasa Matias telah menjelaskan semuanya dengan jujur kepada kita. Bisakah kau tenangkan dirimu?"
Martha hanya menggembung kempiskan kedua pipinya, duduk diam tak berani bersuara sedari tadi. Dia hanya menjadi penonton dan pendengar yang baik. Kedua tangannya sibuk memainkan kain gaunnya di bagian lutut.
"Aku masih memikirkan tentang hubunganmu dengan gadis itu, tapi hari ini... kau malah membuat ulah lagi."
"Untuk apa ayah pusing-pusing memikirkan hubunganku dengan Nivea? Kami sudah dewasa, Ayah. Dan Nivea... dia sama sekali tidak berminat menjadi bagian dari keluarga kerajaan."
Count Antonio menghela nafas, menunduk dengan kedua tangan yang menopang kepalanya.
"Berhentilah sekarang juga, Matias.. Antonio! Sudahi perdebatan kalian. Ini sudah semakin malam, waktunya kalian bisa beristirahat. Mau sampai kapan kalian bertengkar?"