Di sisi lain hatinya, permaisuri sangat kecewa terhadap kelakuan putranya. Anak lelaki yang dibesarkannya dengan pendidikan yang sangat baik, telah mencoreng wajah orang tuanya. Seorang calon pewaris tahta yang selama ini mereka harapkan, telah terbuka topengnya.
38. Kemarahan Count Antonio
"Kau melampaui batasmu, Matias! Apa yang kau lakukan di hadapan yang mulia baginda raja hari ini? Semua orang di kantor pemerintahan membicarakan dirimu. Apa itu yang kau harapkan???"
"Aku tidak mengharapkan apapun, Ayah. Aku hanya ingin membantu tuan Carlos menemukan pelaku penyelewengan pajak perkebunan."
"Lalu apa maksudmu dengan mengungkap hingga sejauh itu, Matias?"
"Aku benar-benar tidak sengaja, Ayah. Dua kali aku memergoki tuan Benedict bertemu dengan pekerja pajak itu. Sehingga aku tidak bisa tinggal diam dan hanya menerka-nerka."
"Dan kau meminta bantuan sahabatmu Rodrigues untuk menyelidikinya bersamamu?"
"Tidak ayah! Kami hanya sepakat mendalaminya bersama. Mana mungkin aku diam saja ketika aku mengetahui seseorang melakukan kejahatan, yang merugikan banyak pihak."
"Kau seperti pahlawan kesiangan, Matias!"
"Maafkan kelancanganku dan Rodrigues, Ayah.."
"Dan kau... apa kau akan tetap menikahi putri duke Eduardo?"