"Halo sayang.."
"Malem Tante.. Saya langsungan ya.." seraya Henry membungkukkan badan mencium tangan Mamaku.
"Lho kok langsung? Ngga minum dulu?"
Henry tersenyum, "Ngga usah Tante, makasih.."
"Oh ya sudah hati-hati ya Henry.. Makasih sudah anter Amel.."
"Iya Tante, sama-sama.." seraya kembali menuju ke tempat dimana motornya diparkirkan tadi. Aku pun membuntuti di belakangnya. Tapi, belum sampai di pagar rumah, Henry berbalik badan, menghentikan langkahnya dan langkahku, dia pun mengatakan, "Lho.. Sudah sana! Kan sudah aku anter sampe teras. Kok malah ikut lagi?"
"Aku mau nutup pager, bukan mau ikut kamu lagi. Hahaha.."
"Sudah sana! Biar aku yang tutup rapet pagernya. Oke?"
Lantas aku tersenyum, mengangguk tanda setuju pada ucapannya. Henry pun melangkah semakin jauh dariku. Tumben, hari ini dia tidak mengatakan kalimat favoritnya, "Sampe ketemu lagi". Mungkin dia lupa, atau.... Atau mungkin dia tidak berharap bertemu denganku lagi. Sudahlah.. Apapun alasannya, aku senang kini bisa berteman baik dengan Henry.
Bagian 5
Hari ini Sabtu, tanggal sepuluh Februari. Tepat sembilan bulan telah terjalin hubungan baik antara aku dengan Henry. Hmm.. Maksudku, hubungan pertemanan kami. Sembilan bulan sejak pertama kali Henry mengajak diriku berkenalan di tenda pecel ayam malam itu. Kalau orang hamil, sekarang sudah waktunya untuk melahirkan. Hahaha.