"Oke.."
Aku matikan lagu yang sedang ku putar dari ponsel. Lalu ku simpan ponsel itu ke dalam kantong kecil yang berada di bagian dalam tas selempang milikku. Aku segera mengenakan jaket bomber warna hijau army, kesayanganku. Dan menyelempangkan tasku setelahnya. Tidak lupa, aku menutup rapat pintu samping kedai dan melangkah pergi menuju area parkir motor samping belakang ruko.
Aku tidak memperlambat atau mempercepat langkahku, aku berjalan biasa-biasa saja. Sesekali aku berjalan menunduk lalu kembali menatap lurus ke depan. Ketika aku sampai di area parkir, aku dapat melihat dari kejauhan. Sosok Henry dibalut sweater warna hitam sedang berusaha mengeluarkan motor kawasaki ninjanya dari kepungan motor-motor lain yang juga terparkir di sekitarnya.
Aku menunggunya hingga dia terlihat sudah tidak kerepotan lagi. Lalu aku mulai berjalan mendekat padanya.
"Dor..!" aku menepuk punggungnya.
"Eh, ayo naik. Nih helmnya." Henry sudah naik ke atas motor lebih dulu ketika aku menepuk punggungnya dari arah belakang. Dia menyodorkan helm untuk ku pakai.
Kini aku sudah duduk di belakangnya. Diboncengi olehnya. Hendak diantarkan pulang ke rumah olehnya. Saat ini adalah pertama kalinya kami bersama di atas motor. Pertama kalinya Henry mengantarkanku pulang. Memang masih banyak sekali hal yang belum aku ketahui tentang dirinya, namun saat ini agaknya pintu hatiku sudah mulai terbuka untuk berteman lebih dekat dengannya.
Dalam perjalanan dari tempat kerja kami menuju rumahku, telah banyak waktu yang tersedia untuk kami dapat berbincang-bincang. Tentu saja, kemacetan jalanan menjadi penyebabnya. Semakin lama sampai di rumahku, semakin banyak pula topik yang dapat kami bahas. Namun sampai akhirnya kami telah sampai di depan rumahku, Henry belum juga bercerita sedikitpun tentang Mba Lidya.
Henry memutuskan untuk langsung pulang setelah mengantarku sampai di depan teras. Aku jadi merasa tidak enak, karena dia telah mengkhususkan diri untuk mengantarkanku hingga ke rumah. Hari memang sudah cukup gelap dan dia sudah pasti lelah setelah bekerja hari ini, ditambah lagi dengan kemacetan jalan yang menyiksa.
Mama keluar dari dalam rumah, mendengar suara motor Henry yang dihentikan di depan pagar. Henry memarkirkan motornya menjorok sedikit di depan pagar rumahku. Aku mengembalikan helm yang ku pakai tadi ke tangannya. Dia membuntuti langkahku ke dalam pekarangan rumah. Mama sudah berdiri tegap di ambang pintu melihat kehadiran kami dari jauh.
"Hai Ma..!"