"Mel !" Mba Lidya memanggil dan cukup membuat diriku terkejut, lantas aku pun langsung menoleh padanya. Tangan kanan ku masih memegang mug stainless dan tangan kiriku masih memegang tuas kendali alat untuk membersihkan mug itu.
"Ya Mba.. Kenapa ?"
"Kopi Saya habis, tolong buatin lagi dong. Moka. Pake es ya!"
Aku cukup terkejut mendengar Mba Lidya ingin menambah kopinya sekarang juga. Padahal kopi moka hangatnya baru saja tandas ditenggaknya. Tanpa berlama-lama, setelah aku selesai membersihkan mug tadi, aku langsung memenuhi permintaannya. Mba Lidya juga masih terus mengamati pekerjaanku.
"Kamu paling suka kopi apa Mel ?"
"Kopi latte Mba.."
"Oh.. Dulu pacar Saya sukanya moka. Sebetulnya Saya ngga begitu suka kopi moka, tapi Saya penasaran apa yang bikin mantan pacar Saya suka banget sama kopi moka."
Aku hanya menanggapi ucapannya dengan senyum dan "Oh.." seraya mengangguk sedikit. Kalau boleh jujur aku agak risih mendengarnya membicarakan mantan kekasihnya. Bagiku, itu hal yang tidak penting untuk diberitahukannya kepadaku. Sebagai bawahannya di kedai ini, aku juga merasa tidak pantas dijadikan sebagai tempat curhat olehnya.
"Ini Mba kopinya." aku mendekatkan padanya sebuah mug tinggi berisi es kopi moka.
Dan tangan kanan itu segera meraihnya.
"Saya bawa ke atas ya Mel gelasnya. Saya naik dulu."