Aku dan Dion kompak melayani pesanan beberapa pelanggan yang baru tiba. Sekarang sudah pukul empat kurang lima menit. Pikirku, tidak apalah aku selesaikan dulu tugasku lewat-lewat jam kerjaku sedikit. Aku tidak mungkin meninggalkan pesanan yang telah ku mulai sendiri untukku kerjakan lalu justru ku serahkan pada orang lain untuk menyelesaikannya.
Pukul empat lewat lima belas menit. Aku telah selesai membersihkan beberapa peralatan kerja yang habis ku gunakan tadi. Aku pamit undur diri pada Dion. Di ruang belakang juga sudah ada Faris yang siap menggantikan posisi ku di depan. Aku bersama Eka kini hanya berdua di ruang belakang. Aku berbisik padanya. "Aku mau dianter pulang sama Henry."
"Serius Mel? Sekarang?"
"Iya, aku nunggu dia dulu nih sampe jam lima."
"Wih.. Bagus dong kalau gitu. Tapi dia sekarang sudah jarang ya kesini?"
"Iya, ngga tahu tuh kenapa. Aku ngga tanya juga sih."
"Hmm.. Eh Mel, aku duluan ya. Pacar aku sudah di depan ternyata, nunggu di luar pager." ucap Eka seraya menatap matanya ke layar ponsel miliknya yang belum lama tadi berbunyi.
Aku duduk sendirian sekarang, selonjoran dan menyandarkan punggungku pada dinding. Aku menikmati angin sore yang berhembus lewat pintu samping yang ku biarkan terbuka cukup lebar. Tempat ku duduk sekarang hanya sekitar dua langkah dari pintu yang terbuka. Aku membuka ponsel dan memilih lagu pada daftar mp3 ku. Aku pun memutar lagu-lagu yang ku pilih, yang saat ini sedang ingin ku dengarkan.
Sedikit rasa kantuk menyerangku. Aku mulai menguap, tapi rasa kantuk itu dapat ku lawan dengan mudah, karena pukul lima sore sudah tinggal sebentar lagi. Aku berdiri dan bersandar pada pintu, kepalaku mendongak memandangi awan sore yang begitu teduh, terasa menenangkan. Ponselku bergetar, membuatku tersentak. Pertanda aku harus segera membaca pesan yang masuk.
Penunjuk waktu di ujung kanan atas layar ponsel menunjukkan pukul tujuh belas kosong-kosong.
"Mel, ke parkiran sekarang ya. "