Aku tidak pernah mengetahui siapa pacar Rika, tapi aku tahu deretan mantan pacar Abbas, bahkan saat Rika datang ke pernikahanku, ia dan Abbas seperti tidak pernah berkenalan.
*
"Mayaa..!", Rika memanggilku dengan ceria.Â
Wah, kebetulan sekali bertemu di taman hiburan ini.
"Hai, Rika, sama siapa?", tanyaku, senang berjumpa dengannya. Ah, melihat wajahnya yang begitu baik padaku dan matanya selalu berbinar melihatku, sangat tidak mungkin ia membenciku.
Abbas, Rika, lebih tidak mungkin lagi.
"Sendirian. Lagi pengen jalan-jalan aja", jawaban Rika, membuatku menaikkan alis. Sendirian? Ke taman hiburan anak-anak?
Tiba-tiba seorang wanita yang membawa putranya, menghampiri Rika.Â
"Rikaaa!! Bener lu, Rika?", wanita tersebut seperti sangat riang bertemu dengan Rika. Sepertinya Rika memang populer dari lahir.Â
"Ciaa.. lama banget ga ketemuuu!!!" Rika dan wanita yang dipanggil Cia itu berpelukan, sambil sedikit meloncat kegirangan, tanda rindu yang amat sangat. Ah, ikut bergembira melihat pemandangan ini.Â
Disini aku merasa tidak salah memilih teman. Kesalahanku adalah dalam memilih suami, dan psikolog.