"Dia mau ngelamar lu, Kay. Waktu itu kita udah siapin surprise ulang tahun, sekaligus lamaran," ucapku semakin pelan, rasanya tidak tega menyelesaikan kalimat tersebut.
Kayla menatapku lama seakan menyerap dulu kalimat yang kusampaikan.
Tiba-tiba Kayla memelukku erat-erat. Tangisnya pun pecah, dan sangat pilu.
Aku lupa bagaimana suasana sekelilingku, namun aku mendengar ada beberapa orang yang turut menangis, termasuk aku sendiri.
***
"Aku gak ngerepotin kan, Kak, kalau datang kesini tiap hari?", tanya Kayla saat membayar pesanannya.
"Gak pa-pa, Kay. Dateng aja. Dengan senang hati kok kita temenin lu ngobrol, seharian disini juga gak masalah.", kataku sambil tersenyum.
"Anytime", sahut Awan yang sedang membuat minuman pesanan dari Go-Food.
Kayla pun berterima kasih dan pamit pulang, mataku mengikuti langkahnya, hingga masuk ke mobil.
Aku, Awan dan teman lainnya saja merasa sangat kehilangan, apalagi Kayla. Setidaknya disini Kayla masih bisa melampiaskan seluruh duka dan rasa kehilangannya, walau hanya dengan ditemani ngobrol, sembari meneguk Brown Latte, lambang cinta Jordi pada Kayla.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H