Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 3

29 Mei 2023   21:34 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:38 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kelahiran Anakku

 

            Kelahiran anak laki-laki ku persis pada adzan Maghrib, aku menghela nafas panjang melihat jam kelahiran anakku. Aku membayangkan, bahwa ketika anakku lahir, energi papa pasti berkurang, ntah kenapa aku memikirkan seperti itu. Tapi memang pada kenyataannya seperti itu, doaku semoga anak laki-laki ku adalah pengganti sosok papa ku. Aku melahirkan di puskesmas dekat rumah, setelah melahirkan bidan dan suster meninggalkanku sendirian bersama anakku yang baru lahir. Andri harus mengambil selimut bayi yang tertinggal dirumah, jarak rumah dan puskesmas tidak jauh. Aku melihat kearah tempat anakku ditidurkan, sambil berbicara pelan aku berucap, "Pa, andaikan kamu lihat cucu mu laki-laki, kamu pasti akan sangat senang." Ternyata ucapanku dijawab dengan tangisan anakku, tiba-tiba anakku yang baru lahir berputar perlahan mengikuti arah jalur jam. Aku sempat tersentak dan tersenyum, aku tau itu energi papa yang mungkin melihat cucunya. Aku tidak pernah takut dan juga tidak pernah terlalu memikirkan hal yang tidak masuk akal. Tapi aku tau bahwa hal yang tidak dapat di pikirkan dengan logika, pasti ada di dunia ini. Melihat hal itu, aku merekam nya dengan HP ku, aku merekam anakku yang memutar mengikuti arah jalannya jam. Aku teringat ingin menelfon mama ku, tapi aku tau pasti keponakan mama yang licik itu yang mengangkatnya, jadi aku menelfon pembantu rumah mama memberitahukan bahwa aku sudah melahirkan cucu laki-lakinya yang mirip sekali dengan kakeknya.

            Keadaan di puskesmas sangat sepi, aku merasa memiliki energi yang sangat besar, setelah melahirkan 1 jam, aku berjalan perlahan kearah anakku di tempatnya, aku melihat raut wajahnya mirip sekali dengan papa ku, bayi itu tersenyum dan tak lama ya hal yang tidak aneh lagi bagiku, HP ku berbunyi tanda pesan singkat masuk. Aku tau itu pasti pesan dari whatsapp papa yang aku tau keadaan HP papa sudah dalam keadaan aku matikan waktu aku mau pergi melahirkan. Tapi kali ini aku tidak heran dan tidak kaget, melainkan aku senang. Setidaknya energi papa ku masih ada disitu. "You have such beautiful son, I love him" Aku tau energi itu pasti akan memberikan support dan dukungan yang indah, yang tidak pernah kudapatkan dari siapapun kecuali papa ku. Tapi hal itu lah yang membuatku semakin kuat. Aku tau bahwa aku harus membalas papa ku dengan "Menyelesaikan Masalahnya".

Keesokan Harinya

            Aku masih harus di rawat di puskesmas karena hasil lab dari anakku belum dapat keluar, hari ini hari libur jadi aku masih harus tetap didalam puskesmas yang kunilai sangat sepi. Pegawai nya tidak banyak yang datang karena hari weekend, aku menggendong anakku dan keluar ke teras puskesmas tersebut. "Hah bosan!" pikirku dalam hati, sebenarnya aku merindukan sebatang rokok, ya benar sebatang rokok dan kopi hangat tapi itu tidak akan mungkin untuk beberapa saat kedepan. Aku menyender di tempat duduk yang di tata sangat rapi di puskesmas tersebut, puskesmas ini terbilang bersih, rapih dan nyaman. Hanya saja aku melihat tidak ada manusia yang dapat kuajak berbicara, akhirnya aku duduk berdua dengan bayiku. Aku melihat sepasang kakek dan nenek berjalan kearah pintu puskesmas, nenek itu duduk disebelahku sedangkan kakek itu masuk ke pintu. Aku tak tau apa yang mereka kerjakan, mungkin mereka mau mendaftar atau ke ruang IGD. Aku melihat kearah nenek yang duduk tidak jauh dariku, pandangannya kosong menatap ke depan. Aku memperhatikannya dengan seksama, kenapa seperti tidak ada respon denganku. Tak lama kemudian kakek itu pun keluar dan duduk dekat pintu masuk puskesmas. Kakek itu jauh lebih ramah terlihat dari raut wajah dan menyapa diriku.

            "Baru lahiran mbak?" tanyanya kepadaku, dia terlihat dengan senyuman.

            "Ya pak, baru semalam."

            "Sendirian saja mbak? Suaminya mana?" tanya nya seperti membuka pertanyaan kepadaku.

            "Ya sendirian, suamiku sedang mengambil beberapa pakaian dirumah." Jawabku dengan senang, akhirnya ada teman juga di puskesmas ini. Dari penampilan kakek ini, aku melihat dia dari kalangan menengah, bajunya rapi, wangi dan raut wajahnya pun seperti terawat.

            "Ya saya juga sendirian, sedang menunggu surat kematian. Ya begitulah hidup mbak, manusia pasti meninggal, dunia hanya sementara." Mendengar ucapan kakek tersebut, aku lalu melihat nenek yang duduk tak jauh dariku, "OH MY GOD!" apakah nenek ini sudah meninggal, pikirku. Pantas diam saja dari tadi, aku lalu menundukkan kepala.

            "Turut berduka cita ya pak, kenapa meninggalnya?" aku penasaran apa yang kulihat ini benar manusia atau memang ghoib yang ada disebelahku.

            "Tidak sakit, hanya sudah tua saja. Istriku sangat baik padaku, walaupun banyak kesalahan masa lalu yang saya perbuat tapi dia tetap setia mendampingiku sementara saya tidak." Katanya sedikit menunduk melihat kebawah. Aku melihat nenek itu berdiri lalu berjalan menuju kearahnya, aku tau nenek ini pasti sangat menyayanginya karena masih tetap ada disamping kakek itu walaupun sudah tidak bernyawa lagi.

            "Ya pak, sepertinya istrinya baik ya pak masih menemani bapak sampai sekarang." Jawabku polos, aku lupa bahwa nenek ini sudah tidak bernyawa berarti ghoib ini yang sedang berada tepat disamping kakek itu. Kakek itu menengok kearahku dengan respon yang sangat mengejutkan.

            "Dia sudah meninggal! Sekarang saya sendiri!" teriak kakek itu kearahku. Aku lupa bahwa orang yang berduka masih sensitif, jadi aku tersenyum kepadanya menyadari kesalahan kata yang kukeluarkan.

            "Ya maaf pak, saya turut berduka..." jawabanku terputus dengan teriakkan seorang karyawan puskesmas memanggil nama kakek tersebut, "Bapak Amin!" lalu kakek tersebut berdiri dan masuk kembali ke dalam puskesmas.

            "Dia jahat telah membunuhku!" tiba-tiba nenek itu menghampiriku dan duduk kembali disebelahku. Aku kaget dan bayiku tiba-tiba menangis. Aku sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk dapat melihat jelas ghoib sebelumnya, kejadian ini pertama kali bagiku. Aku melihatnya sambil menatap tajam pada nenek itu. Naluri seorang ibu akhirnya keluar untuk menjaga anakku yang masih menangis.

            "Diam kamu, kamu membangunkan anakku!" teriakku kepada nenek itu lalu aku berdiri dan berjalan masuk ke dalam ruangan puskesmas, ada sedikit keanehan karena ini baru pertama kali aku dapat benar-benar melihat sosok ghoib secara nyata dan mendengar omongannya. Aku menghela nafasku dan buru-buru kucari HP ku untuk menelfon anakku Billa, dia lebih mengerti hal ini jadi aku ingin dia datang kesini.

            Sesampainya di kamar perawatan, aku masih berdua dengan bayiku yang sudah mulai tenang, aku duduk di pinggir tempat tidur. Kulihat bayangan di depan jendelaku, aku tiba-tiba saja merinding, kejadian ini baru untukku, pengalaman yang aneh, ini pasti ada sesuatu yang tidak biasa. Aku menelfon Billa, lama tidak diangkat-angkat dengannya. Lalu aku sambungkan kembali ke nomornya, tidak juga dijawab. Aku mencoba untuk mengirimkan pesan singkat di whatsapp pribadinya, "Billa, tolong angkat telfon sekarang, penting!" tulisku dalam pesan tersebut. Aku kembali melihat bayangan di depan jendela kamar yang tidak jelas tersebut, aku lalu berdiri menghadap kearahnya dengan gemetar tapi kucoba untuk menenangkan diri dan membaca zikir dalam hati.

            "Apa maumu?" tanyaku pada bayangan yang masih tetap melihat kearahku. "Ayo bilang apa maumu, kenapa aku bisa melihatmu diluar sana sedangkan disini kau hanya sebuah bayangan?" tanyaku kepada bayangan tersebut, aku pikir aku sudah gila! Belum pernah sebelumnya aku mempunyai kekurangan seperti ini, sedangkan Billa sudah sering seperti ini jadi mungkin ini suatu permulaan yang aneh untukku. Aku menunggu jawaban yang tidak ada sama sekali, bayangan itu tetap menatap kearahku, aku tidak jelas melihatnya karena hanya seperti bayangan hitam dan tidak dapat kulihat wajahnya sama sekali. Aku masih tetap gemetar karena rasa takut, sementara aku harus memberanikan diri untuk bayiku.

Tiba-tiba saja whatsapp ku berbunyi dan mengagetkanku, "Astaghfirullah! HP sialan! Pakai hidup lagi" lalu aku mengambilnya dan membacanya. Ternyata balasan dari Billa yang belum bisa mengangkat telfon, dia harus menyuapi adiknya yang kecil yang kutinggal dirumah bersamanya. "Ah sial! Kenapa harus aku?" tanyaku pada diriku sendiri. Kenapa tiba-tiba aku bisa melihat dan mendengar sesuatu yang seharusnya tidak bisa kurasakan. Sudah kuduga puskesmas ini bersih, terlihat nyaman walaupun sebenarnya tetap saja tidak nyaman dengan keberadaan mahluk ghoib yang mengelilingiku. Tak lama aku mengambil anakku lagi dari tempat box tidurnya yang berada disebelah tempat tidurku dan keluar ke arah administrasi puskesmas. Aku merasa tidak nyaman di kamar ini, aku harus pulang sekarang.

            "Pak, kapan saya boleh pulang ya?" tanyaku kepada karyawan yang sedang bertugas.

            "Ibu yang baru melahirkan semalam ya? Menurut peraturan, ibu harus di observasi dulu selama 4 hari sebelum pulang, bu." Katanya tersenyum menjawabku. "Ah SIAL!" itu terlalu lama untukku dan aku sudah merasa ini bukan rumahku dan aku mau pulang.

            "Kenapa harus 4 hari ya? Biasanya boleh langsung pulang pak!" kataku berusaha agar secepatnya aku bisa pulang.

            "Ya kalau normal biasanya bisa boleh seperti itu, sementara data lab ibu sebelum melahirkan tidak normal bu, ini GDP ibu jauh dibawah normal, tekanan darah ibu juga rendah, kami tidak menyarankan untuk pulang sekarang." Karyawan tersebut mencoba untuk memberitahukan penyebab aku tak bisa pulang segera dikarenakan banyak hasil yang rendah dibawah normal. Ya benar, saya menjalankan pola hidup tanpa karbo dan gula, maka sudah dapat dipastikan bahwa GDP ku akan jauh dibawah orang-orang normal biasanya, kemarin aku disuguhkan hingga 3 gelas teh manis tapi tidak kusentuh sama sekali, kubuang semuanya di kamar mandi. Aku sudah hampir 5 tahun menjalankan pola hidup ini karena beberapa hal yang menurutku baik untuk dilanjutkan. Mama ku sudah lama terkena diabetes, aku takut bahwa nanti itu akan menurun kepadaku, makanya aku memutuskan untuk tidak konsumsi karbo dan gula. "AH SIAL!" aku sulit untuk dapat pulang ke rumah. Puskesmas ini membuatku stress dengan hal yang tidak masuk akal. Aku tidak dapat berbicara dengan Billa, bagaimana aku tau untuk menyikapi hal ghoib disini. Aku butuh secepatnya dapat berbicara dengan anakku.

            "Tidak bisa lebih cepat lagi pak dari 4 hari, saya jenuh disini!" kataku kepada karyawannya

            "Sabar ya bu, insyallah kami usahakan." Katanya tersenyum manis. "Memang ada apa ya bu? Apa ibu tidak nyaman di kamar rawat sekarang?"

            "Ya benar! Aku tidak nyaman di kamar sekarang, apakah bisa aku dipindahkan ke kamar lain?" kataku semangat mendengar pertanyaannya.

            "Oh itu bisa bu, boleh nanti akan kami pindahkan ke kamar sebelah sini!" Dia menunjukkan kamar yang tidak terlalu besar tapi juga kulihat tidak ada celah jendela. Berarti aman untukku, akhirnya aku kembali ke kamarku menyiapkan untuk kepindahan ke kamar lain. Aku berjalan perlahan sambil menggendong bayiku, tidak sengaja aku menabrak seorang ibu-ibu hamil yang kehamilannya sepertinya sudah memasuki bulan akhir, perutnya sangat besar kedepan, lalu aku dengan cepat bilang, "Maaf ya bu!" tapi ibu-ibu hamil tersebut seperti tidak menghiraukanku. Aku terhenti lalu terpaku diam melihat kearah depan, tak menunggu lama aku membalikkan badanku dan melihat ibu-ibu hamil yang baru kutabrak. "OH MY GOD!" kembali terkejut aku melihat lumuran darah dibelakang daster yang digunakannya dan darah yang menetes hingga ke kaki dan betisnya. Ini pasti bukan manusia, pikirku dengan tolol. Ya jelas bukan manusia, mana ada manusia dengan santainya berdarah-darah berjalan di koridor puskesmas. Seorang suster melihat kejadian tersebut menghampiriku.

            "Kenapa bu? Apa yang bisa saya bantu?" tanyanya menghampiriku yang masih terdiam diri dengan kejadian tersebut.

            "Tidak papa mbak!" aku masih terdiam, tak tau apa yang terjadi dengan diriku, kenapa aku diberikan kekurangan ini.

            "Ya kok seperti melihat hantu bu?" tanya suster tersebut tidak mengetahui isi hatiku yang campur aduk, "YA HANTU!" teriakku dalam hati. Sembarangan dia kalau bicara, memang aku baru saja menabrak seorang ibu-ibu hamil yang sudah jadi hantu. Aku tak tau lagi harus berbicara apa, aku bingung, aku ingin Billa ada disini karena hanya dia yang dapat memberitahukan apa arti ini semua.

            Aku kembali berjalan menuju kamarku untuk kepindahanku ke kamar sebelah, aku tidak mau pusing dengan hal aneh yang baru saja terjadi padaku. Tak lama kemudian karyawan lainnya datang menghampiriku di kamar. Terlihat dari seragamnya dia seorang cleaning service puskesmas tersebut. Dia menghampiriku dan tersenyum.

            "Ibu mau pindah kamar ya?" tanya nya dengan lembut

            "Ya saya mau pindah ke sebelah sana!" aku menjawab sambil menunjukkan kamar yang kumaksud.

            "Saya bantu ya bu, mari saya bawakan!" katanya mengambil tas yang ada di bawah tempat tidurku. "Semalam darah ibu sangat banyak yang keluar, saya harus mengepel beberapa kali semalam." Dia memulai obrolannya dengan sangat ramah.

            "Wah mbak, maaf ya jadi merepotkan. Ya saya lihat seperti banjir semalam." Jawabku datar. Semalam darahku memang sangat banyak yang keluar sampai aku harus dipindahkan ke tempat tidur melahirkan lainnya karena waktu mau dijahit, bidan dan dokter kesulitan menjangkaunya dengan banyak nya darah yang ada dibawahnya.

            "Ibu adalah orang yang sangat kuat! Orang pertama yang mengeluarkan berliter-liter darah tapi tetap sadar dan tidak membutuhkan oksigen apalagi infus." Katanya seperti menyenangkan hatiku.

            "Memang seharusnya seperti itu kan mbak?" tanyaku heran. Apakah segitu spesialnya aku sampai pagi ini aku mengalami hal-hal teraneh dalam hidupku yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

            "Ya benar bu! Biasanya kalau melahirkan normal, ibu yang kehilangan darah sedikit saja biasanya merasakan pusing lalu dokter memasukkan infus pada pasien." Dia menjelaskan apa yang sering dia alami dengan pasien biasanya.

            "Mungkin karena pola hidup saya ya mbak, saya tidak mengkonsumsi karbo dan gula sudah 5 tahun ini." Kataku tidak memikirkan hal lainnya

            "Ya mungkin bu, sampai ibu viral di puskesmas ini loh. Dari tadi pagi saya mendengar cerita ibu dari teman-teman karyawan. Mereka bingung karena GDP ibu rendah, darah banyak keluar tapi 15 menit setelah melahirkan ibu sudah bisa berjalan normal kearah bayi ibu. Itu tidak pernah terjadi di puskesmas ini bu, biasanya mereka yang melahirkan pasti beristirahat dulu 1 jam sebelum dapat berjalan normal." Mendengar ceritanya aku hanya tersenyum. Mungkin untuk sebagian orang itu adalah hal yang tidak biasa atau bisa dibilang spesial, buatku itu suatu hal yang biasa. Aku melahirkan 5 kali tidak menggunakan infus dan oksigen, bahkan aku masih aktif merokok 10 menit sebelum melahirkan. Buatku sudah biasa, bahkan anakku Billa tidak dibantu bidan ataupun dokter. Billa lahir di kamar nenek nya dan tidak ada tenaga medis sama sekali. Ya benar, aku aneh! Menurut orang lain aku spesial, tapi menurutku sendiri aku aneh! Kejadian itu tidak biasa orang lihat, buatku adalah hal yang biasa terjadi dalam hidupku.

           

            Tak lama kemudian seorang bidan masuk kedalam kamar, aku melihatnya membawa plastik tatakan yang isinya obat semua. "Ah OBAT!" batinku meronta, aku tidak menyukai konsumsi obat sama sekali, bahkan papa sewaktu hidup kulihat sering sekali membuang obat dan tidak mengkonsumsinya.

            "Ibu Andri, ini semua vitamin ya bu. Ibu akan pindah sore ini ke kamar sebelah ya? Ini ada program bu dari pemerintah, ibu mendapatkan makan gratis dari KFC selama disini." Bidan itu memberikan kotak makan KFC dan vitamin-vitamin kepadaku.

            "Oh ya makasih banyak bu bidan, ada program apa ya bu?" tanyaku heran, aku menggunakan BPJS yang kelas terendah, tapi bisa dapat makan gratis KFC selama aku disini. "Ah masa?" kok bisa pikiriku. Mungkin ini detik-detik aku mendapatkan kekurangan dari diriku sendiri, dimulai dengan dapat melihat jelas sosok-sosok ghoib pagi ini dapat berkomunikasi dengan mereka. Aneh! Tapi itulah yang terjadi padaku, "Ya sudahlah" kupikir ini memang takdirku, aku takkan bisa merubah takdir dari Tuhan.

            "Saya kurang tau persis apa program nya bu, ini dari karyawan tadi bilangnya begitu, bu. Nanti kalau mau tau lebih jelas lagi ibu bisa datang ke admin didepan untuk menanyakan hal tersebut." Jawabnya singkat padat dan jelas. Aku pun membalas dengan senyuman. Aku melihat kotak KFC tersebut, ada 2 ayam, 1 nasi dan perkedel, ada 1 buah sup dan 1 buah teh didalam botol. Wow! Ternyata didalamnya banyak ya, kupikir hanya ala kadarnya. Lalu kuambil kotak makan sisa aku kemarin dan kumasukkan 1 ayam nya kedalam kotak tesebut. Aku memberikan kotak makan KFC, sup dan teh dalam botol yang ada didalam kantong plastik tersebut ke karyawan cleaning service yang membantuku saat ini.

            "Mbak, saya tidak makan nasi, ini untuk mbak saja ya." Kataku menyerahkan kotak makan didalam plastik tersebut.

            "Wah bener bu? Terima kasih banyak bu, baik sekali ibu! Apakah tidak diberikan ke suaminya saja bu?" tanyanya polos kepadaku

            "Ga usah, suamiku nanti bisa beli sendiri saja mbak." Kataku membalasnya.

            "Terima kasih banyak ya bu, kebetulan siang ini saya juga belum makan." Katanya sambil memindahkan tas-tas yang ada disampingku. Lalu kami berjalan kearah kamar yang berada disebelahnya, kebetulan bawaan ku tidak banyak jadi perpindahan hanya sekali saja.

            "Sepertinya sudah semua ya mbak?" tanyaku padanya dan aku menaruh bayiku didalam box bayi baru di kamar itu.

            "Ya bawaan ibu tidak banyak, sepertinya ibu sudah berpengalaman sekali ya." Jawab mbak itu pun tersenyum. Lalu tiba-tiba mbak itu pun seperti memukul sesuatu yang ada disebelahnya, aku melihat bayangan hitam yang lewat. Aku terdiam dan menyimak gerakannya tadi, mirip di film matrix.

            "Sana kamu!" teriaknya pada bayangan tersebut, aku hanya melihatnya terdiam. Aku seperti melihat Billa kalau sedang berkomunikasi dengan bayangan hitam. Tidak semua bayangan hitam itu dapat kulihat, tapi ini jelas kulihat bayangan hitam. Bukan sosok ghoib yang jelas, tapi kembali menjadi bayangan hitam. Mbak tersebut menengokkan kepalanya dan melihat aku yang terduduk diam melihatnya.

            "Ibu bisa melihat juga ya?" tanyanya kepadaku yang masih terdiam bingung melihat kejadian tersebut.

            "Ya bisa melihat bayangan hitam menabrakmu, mbak" aku menjawab dengan polosnya dan tidak tau harus apa.

            "Tidak apa bu, biasa itu. Kalau mereka menampakkan wujudnya, biasanya energi mereka lebih tinggi dari yang lainnya. Itu biasa terjadi kalau jin yang menyerupai manusia tersebut sudah tinggi ilmunya. Jadi biasa ada yang hitam, ada yang putih, ada yang menyerupai manusia, ada juga binatang, ada juga sosok seram lainnya. Tergantung mereka mau menjadi siapa saat itu." Mbak itu menjelaskan apa yang baru saja terjadi padanya. Sedikit banyak aku mengerti soal ghoib, persis apa yang diberitahukannya. Hanya saja aku belum paham kenapa aku bisa melihat jelas sosok mereka, sedangkan sebelumnya selama puluhan tahun aku hanya bisa melihat bayangan hitam, putih ataupun cahaya. Aku masih belum paham apa yang sedang terjadi padaku selama ini.

            "Ya aku paham!" jawabku singkat melihat kearahnya. Mbak itu dengan raut wajah yang ceria dan seperti biasa saja. Mungkin dia sama seperti Billa, yang sudah terbiasa dengan hal itu didalam hidupnya, jadi tidak kebingungan seperti aku yang masih meraba-raba dalam hal tersebut. "Kamu seperti anakku, Billa! Dia dari kecil sudah dapat berkomunikasi dengan hal seperti itu, berbeda dengan aku yang hanya bisa merasakan dan melihat bayangan hitam saja." Jawabku kepadanya.

            "Ibu salah! Justru yang saya lihat energi ibu jauh lebih besar dari saya, hanya ibu tidak mau mempelajarinya saja." Katanya tersenyum menghadapku.

            "Tidak! Aku justru kalah dari anakku yang sudah dapat berkomunikasi dengan mahluk tersebut." Aku lantang menjawabnya

            "Ada 2 hal yang membuat manusia dapat bersentuhan dengan hal tersebut, semua hal ghoib itu ada di dunia ini, ada yang dapat merasakan dan ada juga yang tidak. Tapi jika kita mendalaminya, jauh dibawah alam sadar kita, kita bisa merasakan kehadiran mereka. Pertanyaannya apakah kita membuka sisi aura alam sadar kita, membuka batin kita atau tidak. Semua bentuk tidak sama seperti apa yang saya lihat, ibu lihat bahkan anak ibu lihat, semua berbeda tergantung dari jin tersebut mau seperti apa menunjukkannya. Jadi bukan ibu tidak bisa lihat jelas sebelumnya, tapi ibu tidak mau membuka batin ibu sendiri untuk melihat dan mengetahui mereka. Bisa jadi selama ini ibu sering melihat mereka dijalan, tapi mungkin karena tidak menyadari, ibu berpikir itu hanya manusia biasa." Mendengar kata-kata mbak tersebut membuat aku mengingat banyak hal yang pernah terjadi, mungkin kata-katanya benar dan mungkin juga tidak. Aku tidak seperti itu, tapi memang iya sedikit. Aku sering melihat hal aneh yang terjadi tapi tidak pernah kulihat jelas, apakah ini nyata atau ghoib. Aku terlebih sering menghindari hal-hal semacam itu, ada kemungkinan aku juga penakut jadi tak semua hal aneh kupelajari.

            "Contohnya bu, saya yakin ibu sering mimpi kan? Ada mimpi yang memang petunjuk ada juga mimpi yang memang menyesatkan! Mimpi seperti jalan cerita itu sudah kemampuan yang paling tinggi dari ilmu kebatinan bu. Contohnya ibu bermimpi malam ini, ibu bisa menghafal semua isi mimpi tersebut dan menceritakannya pada orang lain, itu sudah tinggi ilmu kebatinannya, tidak semua manusia dapat menggali sejauh itu. Tapi itu yang saya lihat, ibu bisa jauh seperti itu. Saya melihat energi dan aura yang baik di keliling ibu, sepertinya ibu akan menghadapi masalah besar. Tapi hati-hati bu, dengan besarnya aura energi yang ibu miliki, banyak ghoib dan manusia yang tidak menyukainya. Ibu bisa dapat banyak serangan yang tidak baik kedepannya." Mbak itu seperti memperingatkan akan terjadi sesuatu dan itu pun sudah aku rasakan jauh sebelum dia cerita. Aku tidak tau apa yang akan kuhadapi, untukku berdoa, beribadah, sholat dan zikir dan meminta bantuan Tuhan adalah hal yang utama yang sering menjadi pertolongan pertamaku.

            "Ya kalau itu aku mengerti sekali mbak, tapi ada hal yang membuat aku masih bertanya-tanya. Energi dan jin apakah sama?" terdengar pertanyaanku sangat tolol tapi aku harus menanyakan hal itu padanya, mungkin dia akan lebih mengerti hal tersebut.

            "Energi itu di miliki banyak mahluk. Manusia, ghoib, tumbuhan, alam, semua memiliki energi. Energi itu ada yang positif dan negatif, tergantung yang memiliki energi tersebut, dia ingin itu keluar positif atau negatif, semua itu dari kalbu dan batin yang dimiliki. Contohnya saja, manusia. Manusia ada yang baik dan ada yang tidak baik, maka energi yang akan keluar dari dirinya persis sama seperti kalbu dan batin didalamnya. Jika terlihat buruk, tapi batin dan kalbunya baik, maka energi yang dihasilnya adalah energi positif. Tidak bisa kita melihat energi itu positif atau negatif hanya dari penampilan seseorang, tapi dari sifat aura kalbu dan isi hatinya. Contohnya seperti itu yang saya tau, kebetulan saya lulusan pesantren bu." Jawabannya membuatku tenang, ya aku sudah melihat ada bayangan pondok pesantren ketika bertemu awal dengannya tapi tidak ku perdulikan. Mungkin mbak ini benar, aku mungkin memang tercipta lebih sensitif hanya saja aku tidak memperdulikannya.

            "Mbak, boleh aku minta nomor mbak? Siapa tau suatu saat aku butuh menghubungimu." Tanyaku memberikan HP ditanganku.

            "Boleh ibu, silahkan! Kapan saja boleh menghubungi saya, pesan saya hanya satu! Jangan pernah meninggalkan sholat dan ibadah lainnya bu, karena itu yang melindungi ibu sampai sekarang." Ya benar sekali, kata-kata mbak itu lah yang aku lakukan walaupun kadang aku masih malas-malasan.

            "Terima kasih banyak ya mbak, aku mau istirahat dulu sebentar." Jawabku merebahkan tubuhku di kasur tempat tidur kamar yang baru kutinggalkan.

            "Eh ya mbak, maaf sebelumnya. Apakah ada ibu-ibu hamil besar meninggal dalam waktu dekat ini?" aku menanyakan apa yang tadi bertabrakan denganku.

            "Semalam waktu ibu melahirkan, ada seorang ibu tabrakan di jalan raya lalu dibawa kesini tapi sudah meninggal dalam perjalanan." Jawabannya membuatku sadar bahwa yang tadi kutabrak adalah ibu hamil yang baru mengalami kecelakaan dan meninggal ditempat.

Malam Harinya

            Suamiku sudah datang menemaniku, karena kamar sempit akhirnya aku pamit berjalan diluar sebentar, sementara suamiku menggendong bayiku. Aku melihat puskesmas ini semakin sepi karena karyawan sudah banyak yang pulang dan digantikan karyawan shift malam yang lebih sedikit. Aku mendengar suara tertawa dari ruang bidan, tapi aku malas untuk menghampiri ruang tersebut dan menuju kearah teras puskesmas. Aku kembali duduk disitu dan memesan teh tawar dari tukang jualan kopi yang naik sepeda. Aku kembali duduk di teras tersebut sambil melihat mobil berlalu lalang, kebetulan puskesmas itu berada di jalan raya yang ramai dan disebelahnya banyak caf-caf yang baru buka malam hari. Musik dari dalam caf dapat kudengar jelas di teras puskesmas.

            Aku sedang melamun sambil menikmati lalu lalang mobil yang berjalan tepat di depan puskesmas, aku melihat security duduk dekat pintu pagar keluar dan sedang merokok. "Ah aku rindu rokok!" aku memutuskan untuk mendekatinya, aku meminta sebatang rokok lalu aku duduk disebelahnya.

            "Jangan sampai ketahuan dokter atau bidan ya pak!" kataku berbisik padanya.

            "Tenang aja bu, tadi suaminya juga merokok disini sama saya!" katanya tersenyum ramah.

            "Tinggal dimana pak?" tanyaku membuka percakapan bersamanya.

            "Saya tinggal disitu bu, dekat kuburan itu!" kebetulan tak jauh dari puskesmas tersebut ada sebuah pemakaman umum, kuburan. Dia bilang didekat situlah dia tinggal.

            "Oh disitu!" aku menjawab dengan biasa

            "Baru ibu loh pasien pertama disini yang melahirkan lalu merokok." Security pun tertawa geli seperti meledek, tapi aku justru merasa kata-kata itu menjadi obrolan santai yang penuh dengan komedi.

            "Ya iyalah, mana ada ibu-ibu ajaib kayak aku ya pak? Baru melahirkan kemarin sudah bisa duduk santai merokok disini!" jawabku ikut meramaikan suasana. Tak lama tukang kopi sepeda pun ikut menimbrung percakapan kami.

            "Loh ibu baru melahirkan?" tanyanya tertawa melihatku

            "Ya pak, baru melahirkan 24 jam yang lalu persis maghrib seperti ini." Kataku tertawa kecil.

            "Sudah lama merokok bu?" tanya security

            "Sudah pak, dari masih SD kelas 4. Dulu sepupu aku liburan dirumahku, dia perokok dan seorang perempuan, aku melihatnya keren aja jadi ya suka ambil rokoknya saat itu. Sekarang malah kecanduan dan ga pernah berhenti."

            "Waduh, lama juga ya. Ini lahiran kedua bu?" tanyanya

            "Bukan pak, ini yang kelima. Dua sebelumnya meninggal, lahir anak perempuan tapi sekarang dirumah sama kakaknya. Yang ini laki-laki pertama pak."

            "Wah hebat ya, sudah lima kali melahirkan! Pantas ibu santai saja."

            "Di kampung juga seperti itu pak, santai saja setelah melahirkan. Hanya di kota saja yang ritual nya seperti diperhatikan sekali. Buat aku harusnya sekarang sudah boleh pulang, kan aku juga ga papa ya. Tapi aku mengikuti prosedur aja, biasalah biaya gratisan!" kataku dengan tertawa geli. Tak lama tukang kopi sepeda itu pun melihat kearah belakangku, dia seperti melihat keanehan yang ada disitu. Aku melihat rautnya berubah dari tertawa berubah jadi ketakutan.

            "Apa ibu tau ada yang mengikuti ibu?" tanyanya gemetar melihatku. Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaannya, aku sudah tau kalau orang lain bisa melihat pasti dia akan menanyakan ada sesuatu dibelakangku.

            "Tinggi besar, hitam atau putih?" tanyaku kepadanya, security yang mendengar pun terheran-heran mendengar pertanyaanku.

            "Sinar tinggi, cukup tinggi juga ilmunya. Ibu siapa sebenarnya?" tanyanya aneh dan masih dengan nada yang gemeteran. Aku hanya tersenyum, aku tau sudah banyak yang selalu bertanya hal itu, tapi jika aku melihat di kaca cermin, aku tidak pernah menemukan sinar tersebut jadi aku merasa biasa saja.

            "Bukan siapa-siapa pak, Cuma manusia yang aneh!" jawabku ringan, security makin kebingungan dengan arah pembicaraan yang sepertinya tidak dia mengerti.

            "Percaya atau tidak bu, itu ilmu nya tinggi. Sinar itu biasa dikenal dengan energi baik, tapi saya jarang bertemu yang seperti itu." Katanya seperti memberitahukan hal yang sudah biasa kudengar. "Itu kalau bisa dilatih, bagus untuk perlindungan bu."

            "Ya sepertinya begitu pak, tapi aku hanya percaya sama Tuhan. Biarlah dia disitu sampai capek, mungkin juga itu menjadi amal ibadahnya." Kataku santai.

            "Tidak banyak yang memiliki sinaran seperti itu bu, itu pasti dari seseorang yang sangat mencintaimu, ntah dari kakek, nenek, buyut atau bapak ibu terdahulu." Katanya

            "Hei kalian ngomong apa ini? Saya ga ngerti!" security tersebut seperti memotong pembicaraan kami.

            "Biasalah, hal ghoib. Hal yang tidak semua orang miliki, itu istimewa! Tapi memang harus benar-benar dipelajari, bagaimana cara mengontrolnya dan bisa menjadi sebuah keistimewaan seseorang dalam hidupnya." Tukang kopi tersebut mencoba menerangkan pada security yang sudah pasti dia tidak mengerti hal ghoib semacam itu.

            "Tergantung pak! Ada yang memang bekerjasama, ada yang juga yang memilih untuk tidak bekerjasama. Karena ada orang-orang tertentu hanya mempercayai hal ghoib kepada Tuhan. Aku contohnya!" jawabku ringkas, sebenarnya aku malas membahasnya, pembahasan ini tidak akan pernah selesai. Ada orang-orang yang memperdebatkan demi keuntungan dirinya, sedangkan aku lebih memilih untuk diam, aku malas untuk mempelajari lebih dalam lagi, karena aku percaya Alquran melarang kita. Jadi aku memutuskan untuk diam.

            "Ya itu benar bu, tapi ada yang namanya ilmu hitam dan ilmu putih!" mendengarnya aku semakin tertawa geli, buatku tidak ada ilmu hitam ataupun ilmu putih. Ilmu yang benar adalah bagaimana Tuhan membawa kita ke sebuah kitab yang sudah dititipkan bertahun-tahun. Aku mempercayai hal tersebut tapi tidak mau masuk kedalamnya.

            "Aku tidak percaya hal itu! Semua hanya milik Tuhan dan hanya Tuhan yang dapat memutuskan baik dan buruknya, aku tidak mau mempelajarinya." Jawabku singkat sambil tersenyum. Aku tau akan sampai kemana pembahasan tersebut, lalu aku membayar teh tawar yang kubeli dan kuhabiskan rokok batang ditanganku. Aku memutuskan untuk kembali ke dalam kamarku.

Didalam Kamar Puskesmas

            Aku tau sesuatu akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, aku melihat suamiku masih bermain bersama bayiku yang kecil. Mereka nampak bergembira, tak lama kemudian karyawan puskesmas mengantarkan makan malam. Aku melihatnya sebuah kotak KFC, sup dan sebuah botol teh sama seperti tadi siang. Aku mengambil plastik tersebut, lalu tak lama karyawan tersebut keluar dan masuk kembali membawa kotak putih berbeda lagi, sebuah air mineral botol 1,5 liter.

            "Wah banyak sekali makanan!" melihat hal itu suamiku mengambil plastik tersebut. "Enak sekali di puskesmas ini, makanan banyak nih! Apa ini makanan kamu pesan?" tanyanya melihat plastik KFC.

            "Tidak! Itu gratis dari program puskesmas katanya, dari tadi siang aku juga sudah menerimanya tapi ini kotak makan putih baru malam ini." Kataku melihat kotak makan putih tersebut. Karyawan tersebut tersenyum.

            "Ini kotak putih dari puskesmas bu, kalau ini hadiah dari pemerintah untuk yang melahirkan bulan ini." Jawabnya menerangkan pada kami.

            "Keren! Gratis nih! Aku makan lah!" kata suamiku kegirangan, sementara aku hanya tersenyum dan mengucapkan "Terima kasih" kepada karyawan yang sudah mengantarkannya kepada kami.

            "Silahkan dinikmati bu, saya ijin keluar apabila ada apa-apa boleh beritahu saya di meja administrasi. Terima kasih." Jawab karyawan tersebut pun keluar dari dalam kamar kami.

            "Keren ya pemerintah, kok bisa sih dapat KFC gratis! Wah beruntung banget lo!" sapa suamiku sambil menyantap makanan KFC yang sudah ada didepannya.

            "Apanya yang keren? KFC? Biasa aja, Cuma nasi sama ayam kok keren! Kalau isinya lobster dan makanan laut lainnya baru keren!" kataku tertawa geli meledek suamiku

            "Lo mah ga ada bersyukurnya! Lo kan pakai BPJS gratis, kalau dapat KFC itu keren lah masa ga bersyukur?" tanya Andri meihatku

            "Ya dah terserah lo! Makan aja buruan!" kataku sambil duduk disebelahnya.

            "Semua orang dapat kayak gini dong ya kalau melahirkan bulan ini?" tanya Andri melihatku

            "Ya mungkin begitu, aku juga ga paham lah!"

            "Ini Cuma lo doang disini pasien nya, yang lain sudah pulang tadi pagi." Kata Andri menjelaskan padaku, yang aku sendiri juga sudah tau. Aku tau bahwa hanya aku pasien disini malam ini, kalau sampai Andri tidak menginap aku tidak tau lagi apa yang akan kuhadapi. Di kamar baru ini lebih kecil dari kamar sebelumnya, tidak ada jendela tapi ini ada 3 pintu keluar. Pintu pertama dapat keluar menuju meja administrasi, pintu kedua menghubungkan ke ruang periksa, pintu ketiga langsung bisa keluar ke parkiran puskesmas. Di pintu ketiga aku mendengar suara seperti ada orang mengambil sesuatu, suara gesekan kaki nya pun terdengar sangat jelas. Aku lalu terdiam dan menghadap kearah Andri. Dengan sikapku yang seperti itu, Andri sepertinya sudah terbiasa, dia tau bahwa aku pasti sedang menghadapi hal aneh diluar nalar (menurutnya).

            "Ada apa?" tanya Andri memeluk bahuku

            "Orang diluar!" kata ku

            "Mungkin security kali, mana aku tau. Sudah biarin, kan dia ga bisa masuk." Katanya santai masih sembari makan KFC yang ada didepannya.

            "Syifa... Syifa..." tiba-tiba kudengar suara bisikan itu dari pintu 3 kearah luar, aku sudah tau dari tadi sepertinya akan terjadi sesuatu. "Ah DIAM LAH!" jawabku dalam hati, aku tak bisa meneriakkan kata-kata itu karena aku tau pasti Andri akan merasa sangat terganggu. Aku mengalihkan mengambil kotak makan yang putih yang berada di meja samping tempat tidur, aku mencoba melihat isi dalam kotak tersebut, siapa tau enak pikirku walaupun sebenarnya itu hanya sebuah pengalihan dari rasa tidak nyaman.

            Aku tau kemana pun aku pindah kamar di puskesmas ini pasti banyak sekali gangguan, namanya juga rumah sakit tempat orang sakit, kecelakaan, meninggal. Aku paling suka tempat yang berbau rumah sakit, puskesmas dan semacamnya. Karena aku tau, disitulah tempat ghoib yang paling besar gangguannya, sementara aku tidak suka diganggu hal tersebut. Aku menyukai percapakan dengan manusia yang masih hidup, mempunyai wajah dan bisa bernafas bukan hal yang tidak bisa kulihat dengan jelas. Aku lebih takut sama ghoib kebanding sama pembunuh atau mafia sekalipun. Kalau manusia yang kuhadapi, aku masih tau kemana aku harus minta tolong atau berperang, jelas kemana arah tujuan, kalau ghoib apa yang bisa kukejar, kutangkap, mereka dimana saja aku tidak pernah jelas. Banyak orang bilang hal ghoib tidak perlu ditakuti, mereka memang hadiru untuk mengganggu manusia, ya aku paham hal itu ada di kitab manapun. Tapi jika aku benar-benar sedang menghadapi mereka, aku masih menolak untuk berhubungan ataupun berkomunikasi dengan mereka, tidak seperti anakku Billa yang mungkin sudah terbiasa dengan hal seperti ini.

Tengah Malam di Puskesmas

 

            Aku sedang sibuk dengan membaca salah satu artikel online, menjawab beberapa pertanyaan pesan singkat dari teman-teman yang mengucapkan "Selamat atas kelahiran putera" ku dan aku sibuk dengan merangkai kata-kata "Selamat Datang!" untuk bayi kecilku. Tiba-tiba bayiku menangis keras, aku melihat box tempat tidurnya, lalu mengangkatnya, suamiku Andri sedang berada di luar kamar puskesmas, dia izin untuk merokok di luar  bersama security. Kulihat bayiku di wajahnya terdapat merah-merah seperti alergi, tapi aku tidak tau pasti. Dia masih tetap menangis keras walaupun sudah kugendong. "Bip Bip" bunyi dari HP ku, kulirik ada pesan singkat whatsapp dari Billa. Aku segera mengambilnya, kulihat jam di HP sudah menunjukkan 11.20 PM.

            "Bunda, telfon aku sekarang. Kakek mengirimkan pesan di whatsapp ku." Begitu kubaca isi pesan singkat dari Billa. Aku langsung menelfonnya.

            "Billa, kenapa?" tanyaku dengan nada panik

            "Kakek mengirimkan pesan ke HP ku baru saja. Tidak ada kalimat apa-apa, hanya tulisan nama ku Billa. Apa bunda baik-baik saja di puskesmas?" tanya Billa pun seperti nada yang panik.

            "Banyak kejadian aneh disini Billa, bunda tidak bisa bicara di telfon. Besok bunda usahakan pulang kerumah, bunda tertahan disini sampai lusa karena hasil lab bunda tidak baik katanya."

            "Ada sesuatu yang sudah terjadi disana? Adik bayi tidak apa-apa? Kenapa suara tangisannya keras sekali?" tanya Billa yang mendengar suara adiknya menangis.

            "Ntahlah, ini juga baru saja menangis, persis jam 11.20 tadi pas kamu mengirim pesan ke bunda. Apa adik sudah tidur?" tanyaku pada Billa mengingat dia menjaga adiknya berdua dengan ibu Andri. Ibu dari suamiku Andri datang jauh sebelum aku melahirkan, aku memintanya untuk menemani Billa dan adiknya.

            "Eyang sudah tidur. Adik masih bangun disampingku. Billa melihat kakek di jendela tadi, hanya lewat saja. Billa memanggilnya tapi tidak berhenti." Jawabnya sedikit gemeteran

            "HP kakek masih di laci kamar bunda, sepertinya sudah mati sekarang. Coba kamu ambil dan lihat!" kataku menyuruhnya mengambil HP kakek nya.

            "Sudah sama Billa sekarang, dalam keadaan hidup. Tidak ada apa-apa, hanya pesan di grup saja. Tidak ada yang penting." Katanya menjawab pertanyaanku.

            "Tadi bunda mendengar ada suara dari balik pintu keluar memanggil nama bunda, tapi tidak bunda lihat lagi dan suara nya sangat jelas. Kemarin bunda bisa melihat nenek-nenek baru meninggal, suaminya datang untuk mengambil surat keterangan kematian, bunda tidak tau bahwa ternyata nenek itu sudah meninggal. Bunda duduk persis di sebelah nenek itu, bunda juga sudah curiga kenapa nenek itu tidak mau menatap bunda, tidak mau berkomunikasi dengan bunda. Ternyata kakek itu baru bilang kalau nenek itu sudah meninggal dan dia sedang mengurus surat keterangan kematiannya. Ini aneh sekali Billa, bunda belum pernah dapat melihat dengan jelas sosok ghoib, ntah lah ini baik atau buruk. Bunda sepertinya harus mencari jawaban ini nanti." Aku sedikit menceritakan tentang kejadian apa yang baru saja aku alami di puskesmas ini. Semenjak kelahiran bayiku, Billa dan aku belum bertemu lagi karena kami masing-masing harus tinggal di tempat yang berbeda.

            "Wow, itu terdengarnya aneh! Apa yang nenek itu bilang?" tanya Billa penasaran kepada ceritaku.

            "Tidak ada yang aneh, hanya bilang bahwa kakek itulah yang membunuhnya. Bunda juga tidak mengerti apa maksudnya. Setelah kejadian nenek itu, tak lama bunda menabrak ibu-ibu hamil di koridor puskesmas, bunda langsung meminta maaf tapi tidak dijawab. Ternyata itu pun ibu hamil yang baru saja mengalami kecelakaan malamnya. Ini benar-benar kejadian baru untuk bunda. Apa yang harus bunda lakukan Billa? Bunda takut!" jawabku menanyakan perihal yang sama kepada cleaning service yang kemarin. Setidaknya Billa sudah berpengalaman dengan hal yang ghoib, sementara aku mungkin masih "FRESHMAN YEAR" kelas pemula. Aku tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya, sepertinya akan lebih menyeramkan lagi. Aura di puskesmas ini membuatku setiap menit merinding, apalagi jika ada suara bunyi pintu di buka, walaupun puskesmas ini terbilang masih baru karena baru di renovasi dan tempatnya pun bersih tidak seperti puskesmas di kampung. Jauh berbeda dengan puskesmas jaman dulu, jaman sekarang sudah ada sinyal wifi, kamar mandi nya pun bersih, hanya saja ruangannya masih tetap seukuran dulu.

            "Welcome to my life! Selamat datang di duniaku, bunda." Billa menjawab sambil tertawa kecil. Dia tidak kaget akan semua cerita aneh yang kualami, justru malah tertawa dan meledekku.

            "Hey, bunda serius. Ini serius loh bukan main-main. Kenapa ketawa coba?" tanyaku kenapa anakku, obrolan kami pun makin seru karena bayiku berhenti menangis.

            "Bun, biasanya mereka wujud kan, ada waktu tertentu mungkin mereka senang karena bisa komunikasi dengan manusia tapi juga ada waktu dimana mereka akan memberitahukan sesuatu yang akan kita hadapi. Yang perlu kita jaga adalah perasaan kita. Jangan sampai kita merasa takut, jangan pernah kita merasa sendirian, mereka akan lebih senang jika tau kita ketakutan. So Face it!" kata Billa menerangkan kepadaku. Sepertinya ini bukan hal pertama untuk Billa, ya anggap saja Billa mungkin lebih kecil usia nya dariku tapi pengalaman spiritualnya jauh lebih banyak daripada aku. Atau mungkin benar kata mbak cleaning service, aku hanya tidak mau perduli tentang mereka. "Ah entahlah!" pikirku dalam hati. Tiba-tiba HP ku bergetar, tanda ada pesan singkat yang masuk. "Watch Out!" Kata-kata "Hati-hati" dari nomor HP papa, aku sudah tidak aneh lagi akan menerima hal itu. Kenapa kata-kata "Hati-hati" yang digunakan disitu, ada apa sebenarnya yang sedang terjadi atau mungkin akan terjadi.

            "Bil, kakek mengirim pesan "Watch Out!" apa ini maksudnya? Kamu mengerti kah?" tanyaku kepada Billa

            "Yah, sudah ga aneh bun. Dari kemarin kan kita juga sudah di wanti-wanti untuk ber hati-hati, tapi apa masalahnya pun kita ga pernah dikasih tau. Ya sudahlah bun, jam 11.20 PM mungkin memang jam spiritual yang bisa digunakan kakek untuk mengirim pesan. Kenapa dia tidak memilih pesan, "Saya baik-baik saja!" kan lebih enak kita baca?" jawaban Billa selalu membuatku tertawa, mana ada kita bisa menyesuaikan keinginan kita dengan apa yang akan dikirimkan sesuatu yang sudah pasti itu energi. Karena HP papa sudah aku matikan sementara, tidak kubayarkan lagi tagihannya. Aku sudah meminta operator pun mematikannya, tapi tetap masih bisa digunakan oleh energi yang berbeda.

Bersambung Part 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun