Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 3

29 Mei 2023   21:34 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:38 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Aku sedang sibuk dengan membaca salah satu artikel online, menjawab beberapa pertanyaan pesan singkat dari teman-teman yang mengucapkan "Selamat atas kelahiran putera" ku dan aku sibuk dengan merangkai kata-kata "Selamat Datang!" untuk bayi kecilku. Tiba-tiba bayiku menangis keras, aku melihat box tempat tidurnya, lalu mengangkatnya, suamiku Andri sedang berada di luar kamar puskesmas, dia izin untuk merokok di luar  bersama security. Kulihat bayiku di wajahnya terdapat merah-merah seperti alergi, tapi aku tidak tau pasti. Dia masih tetap menangis keras walaupun sudah kugendong. "Bip Bip" bunyi dari HP ku, kulirik ada pesan singkat whatsapp dari Billa. Aku segera mengambilnya, kulihat jam di HP sudah menunjukkan 11.20 PM.

            "Bunda, telfon aku sekarang. Kakek mengirimkan pesan di whatsapp ku." Begitu kubaca isi pesan singkat dari Billa. Aku langsung menelfonnya.

            "Billa, kenapa?" tanyaku dengan nada panik

            "Kakek mengirimkan pesan ke HP ku baru saja. Tidak ada kalimat apa-apa, hanya tulisan nama ku Billa. Apa bunda baik-baik saja di puskesmas?" tanya Billa pun seperti nada yang panik.

            "Banyak kejadian aneh disini Billa, bunda tidak bisa bicara di telfon. Besok bunda usahakan pulang kerumah, bunda tertahan disini sampai lusa karena hasil lab bunda tidak baik katanya."

            "Ada sesuatu yang sudah terjadi disana? Adik bayi tidak apa-apa? Kenapa suara tangisannya keras sekali?" tanya Billa yang mendengar suara adiknya menangis.

            "Ntahlah, ini juga baru saja menangis, persis jam 11.20 tadi pas kamu mengirim pesan ke bunda. Apa adik sudah tidur?" tanyaku pada Billa mengingat dia menjaga adiknya berdua dengan ibu Andri. Ibu dari suamiku Andri datang jauh sebelum aku melahirkan, aku memintanya untuk menemani Billa dan adiknya.

            "Eyang sudah tidur. Adik masih bangun disampingku. Billa melihat kakek di jendela tadi, hanya lewat saja. Billa memanggilnya tapi tidak berhenti." Jawabnya sedikit gemeteran

            "HP kakek masih di laci kamar bunda, sepertinya sudah mati sekarang. Coba kamu ambil dan lihat!" kataku menyuruhnya mengambil HP kakek nya.

            "Sudah sama Billa sekarang, dalam keadaan hidup. Tidak ada apa-apa, hanya pesan di grup saja. Tidak ada yang penting." Katanya menjawab pertanyaanku.

            "Tadi bunda mendengar ada suara dari balik pintu keluar memanggil nama bunda, tapi tidak bunda lihat lagi dan suara nya sangat jelas. Kemarin bunda bisa melihat nenek-nenek baru meninggal, suaminya datang untuk mengambil surat keterangan kematian, bunda tidak tau bahwa ternyata nenek itu sudah meninggal. Bunda duduk persis di sebelah nenek itu, bunda juga sudah curiga kenapa nenek itu tidak mau menatap bunda, tidak mau berkomunikasi dengan bunda. Ternyata kakek itu baru bilang kalau nenek itu sudah meninggal dan dia sedang mengurus surat keterangan kematiannya. Ini aneh sekali Billa, bunda belum pernah dapat melihat dengan jelas sosok ghoib, ntah lah ini baik atau buruk. Bunda sepertinya harus mencari jawaban ini nanti." Aku sedikit menceritakan tentang kejadian apa yang baru saja aku alami di puskesmas ini. Semenjak kelahiran bayiku, Billa dan aku belum bertemu lagi karena kami masing-masing harus tinggal di tempat yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun