BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era milenial saat ini, kita dituntut untuk berpikir secara cepat dalam hal apapun tidak terlepas
dalam urusan politik. Politik merupakan sarana yang paling memungkinkan untuk menyelenggarakan
pemerintahan demokratis yang sesuai dengan regulasi. Kebijakan-kebijakan yang ada dalam suatu negara
merupakan produk politik yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi atau merubah suatu
tatanan kehidupan masyarakat. Di dalam negara demokrasi, rakyat mempunyai peran yang sangat penting
dalam suatu negara, tidak hanya menjadi objek kebijakan, namun menjadi penentu kebijakan. Di Indonesia
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan negara salah satunya melalui pemilihan umum, di mana
masyarakat menentukan pilihanya memilih wakil rakyat dan kepala pemerintahan. Pendidikan politik dan
pendidikan pemilih menjadi salah satu hal yang penting dalam mengukur sukses tidaknya pemilihan umum.
Karena dengan kesadaran politik yang tinggi masyarakat dapat memberikan partisipasinya dalam pemilihan
umum. Memberikan pendidikan politik dan pemahaman politik pemilih menjadi kunci dalam kualitas
pemilihan di Indonesia, untuk itu diperlukan pendidikan pemilih kepada seluruh masyarakat sejak dini,
sehingga ketika saatnya turut serta pemilih yang baru akan memilih dan dapat menentukan pilihanya dengan
bijak 1
.
Pemilihan umum Presiden (Pilpres) 2024 merupakan momentum penting dalam demokrasi
Indonesia, di mana warganya akan memilih pemimpin nasional mereka. Di tahun 2024, generasi milenial
dan Gen Z di Indonesia akan memiliki kesempatan unik untuk berpartisipasi dalam menentukan arah masa
depan negara melalui hak pilih mereka. Generasi milenial, yang biasanya definisikan sebagai mereka yang
( lahir antara tahun 1981 dan 1996 ), dan Gen Z, yang biasanya definisikan sebagai mereka yang ( lahir
antara tahun 1997 dan 2012 ), dikenal memiliki akses yang luas terhadap informasi melalui internet dan
media sosial. Melansir melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan bahwa DPT Pemilu 2024
sebanyak 204.807.222 pemilih. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 66,8 juta pemilih dari generasi
milenial, Selain itu, pemilih dari gen Z juga mendominasi yaitu sebanyak 46,8 juta pemilih. Gabungan Gen
Z dan Milenial punya peranan yang penting dalam pelaksanaan atau hasil Pemilu 2024. Dengan begitu
Partisipasi politik generasi muda merupakan salah satu elemen penting dalam proses demokrasi. Adapun
Linlin Maria and Buku Pintar Pemilu dan Demokrasi Marendra, Dion, 2020, Buku Pintar Pemilu Dan Demokrasi,
Komisi Pemilihan Umum Kota Bogor, 2020.
 melansir Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok usia ini mendominasi populasi
pemilih pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, menjadikan mereka sebagai kelompok kunci yang dapat
mempengaruhi hasil pemilu dan arah kebijakan nasional di masa mendatang 2
.
 Keterlibatan mereka dalam proses politik, baik melalui hak suara, aktivitas politik di media sosial,
maupun dalam organisasi-organisasi masyarakat, menjadi indikator penting bagi keberlanjutan demokrasi
di Indonesia. Generasi milenial dan Gen Z bukan hanya sekadar pemilih pasif, tetapi juga aktor aktif dalam
membentuk lanskap politik. Peran mereka dalam proses ini tidak hanya sekadar memberikan suara pada
saat pemilu, tetapi juga turut aktif dalam mengawasi jalannya pemerintahan, menyuarakan aspirasi melalui
berbagai media, dan terlibat dalam diskusi serta advokasi kebijakan publik. Melibatkan anak muda
berpolitik adalah investasi jangka panjang, yang akan membentuk arah negara kita akan ke mana, dan untuk
memastikan partisipasi anak muda efektif. Perlu adanya pendidikan berpolitik untuk memperkuat
pemahaman mereka tentang sistem politik suatu bangsa. Ini merupakan tanggung jawab negara, serta semua
pihak yang terlibat, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, untuk dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung partisipasi aktif anak muda
.
Pada era moderen ini, Generasi milenial dan Gen Z mereka tidak segan untuk mengkritik kebijakan
yang dianggap tidak adil atau tidak berpihak pada rakyat, mereka berani menuntut transparansi dan
akuntabilitas dari para pemimpin. Kehadiran generasi ini dalam percakapan politik, baik itu di ruang publik
maupun di dunia digital, memberikan warna baru dalam dinamika politik Indonesia. Dengan kemampuan
mereka memanfaatkan teknologi dan media sosial, generasi muda ini mampu mempengaruhi opini publik
dan mendorong perubahan yang signifikan dalam sistem politik. Mereka mampu mengorganisir gerakan
sosial, menyebarkan informasi, dan memobilisasi massa dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kemampuan mereka untuk memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk membangun komunitas,
menyebarkan informasi, serta mendorong aksi kolektif telah mengubah lanskap politik di Indonesia.
Mereka telah berhasil melampaui peran tradisional sebagai sekadar penerima informasi dan menjadi agen
perubahan yang aktif. Generasi milenial dan Gen Z telah menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekadar
penerus, tetapi juga pembangun masa depan demokrasi di Indonesia. Mereka telah membuktikan bahwa
"Dpt-Pemilu-2024-Nasional-2048-Juta-Pemilih @ Www.Kpu.Go.Id," n.d.,
https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih.
3 A Sefyanto et al., Eksistensi Anak Muda Dalam Dunia Politik (Indonesia Emas Group, 2024),
https://books.google.co.id/books?id=37YhEQAAQBAJ.
mereka mampu memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan partisipasi politik, mendorong
transparansi, dan menuntut akuntabilitas dari para pemimpin. Dengan memanfaatkan platform-platform
digital, mereka telah menciptakan ruang baru untuk dialog, debat, dan advokasi, yang memungkinkan
mereka untuk menyuarakan aspirasi dan nilai-nilai mereka dengan lebih efektif. Keberanian mereka untuk
menantang status quo dan memperjuangkan perubahan telah menginspirasi banyak orang dan menunjukkan
bahwa masa depan demokrasi Indonesia berada di tangan generasi yang berani, inovatif, dan penuh harapan
.
 Disisilain Generasi milenial dan Generasi Z ini memiliki karakteristik yang cukup berbeda dibandingkan
dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam era digital dengan akses luas terhadap
informasi melalui internet dan media sosial. Dalam teori William Strauss dan Neil Howe: Mereka dikenal
dengan Generational Theory yang mengklasifikasikan generasi ke dalam siklus-siklus tertentu, mulai dari
Silent Generation, Baby Boomers, Generation X, Millennials (Gen Y), hingga Generation Z. Mereka
berpendapat bahwa setiap generasi dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik di masa mereka tumbuh,
yang kemudian membentuk pola pikir dan nilai-nilai yang berbeda. Misalnya, milenial dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi dan internet, sementara Gen Z lahir di era digital sepenuhnya
. Hal ini membuat
mereka lebih kritis dalam menilai berbagai isu politik serta memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap
isu-isu global seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kebijakan ekonomi.
Teknologi digital telah membuat partisipasi politik lebih inklusif. Platform Informasi yang mereka terima
secara cepat melalui berbagai platform digital, seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube,
memungkinkan mereka untuk mengikuti perkembangan politik dalam dan luar negeri secara real-time.
Namun, peran penting mereka dalam politik tidak terlepas dari berbagai tantangan seperti tingginya
paparan informasi, khususnya di era digital, juga diiringi oleh risiko tersebarnya berita hoaks, disinformasi,
dan polarisasi pendapat yang dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap isu-isu politik. Algoritma
media sosial yang cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna dapat
memperkuat bias dan menghambat akses terhadap informasi yang objektif. Selain itu, rendahnya
kepercayaan terhadap partai politik dan elit pemerintahan sering menjadi penghambat bagi generasi ini
4 Arya Fernandes, Edbert Gani Suryahudaya, and Noory Okhtariza, "Pemilih Muda Dalam Pemilihan Umum 2024:Â
Dinamis , Adaptif Dan Responsif," Centre Strategic and International Studies (CSIS), 2023, 1--14, https://s3-csisweb.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/doc/Pemilih_Muda_Dalam_Pemilihan_Umum_2024.pdf?download=1.
5 Neil Howe and Reena Nadler, "Why Generations Matter: Ten Findings from LifeCourse Research on theÂ
Workforce," Life Course Associates, 2012.
untuk terlibat lebih aktif dalam politik formal. Mereka cenderung menganggap bahwa politik hanya
menguntungkan segelintir pihak dan tidak benar-benar merepresentasikan kepentingan rakyat luas.
Kekecewaan terhadap korupsi, ketidaktransparanan, dan kurangnya akuntabilitas dalam sistem politik dapat
menyebabkan mereka merasa apatis dan enggan untuk berpartisipasi 6
.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi politik agar generasi muda dapat
memahami dinamika politik dengan lebih objektif dan rasional. Peningkatan akses terhadap informasi yang
kredibel dan edukasi tentang cara mengidentifikasi berita hoaks dan disinformasi menjadi penting 7
. Selain
itu, perlu dilakukan reformasi politik yang berfokus pada peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan
representasi rakyat dalam sistem politik. Dengan menciptakan lingkungan politik yang lebih adil,
transparan, dan responsif terhadap aspirasi generasi muda, diharapkan mereka dapat terlibat lebih aktif
dalam politik formal dan menjadi agen perubahan yang positif bagi Indonesia 8
.
 Pada sisi lain, potensi besar generasi milenial dan Gen Z dalam politik Indonesia juga terletak pada
kemampuan mereka untuk menggerakkan kampanye-kampanye sosial melalui media digital.Adapun
menurut teori Jean M Twenge: Seorang psikolog yang menulis buku "iGen" yang fokus pada Gen Z (juga
disebut sebagai). Twenge menjelaskan bagaimana Gen Z memiliki perbedaan signifikan dari generasi
sebelumnya, seperti tingkat kecemasan yang lebih tinggi, kecenderungan lebih individualis, dan
ketergantungan yang lebih besar pada teknologi digital dan media sosial 9
. Era digital telah melahirkan
platform-platform baru yang memungkinkan mereka untuk menjangkau audiens yang luas dan
menyebarkan pesan-pesan mereka dengan cepat dan efektif. Dalam beberapa tahun terakhir, kita dapat
melihat bagaimana isu-isu penting dapat viral dan mendapatkan dukungan besar dari kalangan muda
melalui media sosial. Gerakan-gerakan seperti demonstrasi menuntut keadilan sosial, isu lingkungan hidup,
dan advokasi terkait transparansi pemerintahan menunjukkan bahwa generasi ini memiliki kekuatan
mobilisasi yang sangat besar. Kemampuan mereka untuk mengorganisir, memobilisasi, dan
mengamplifikasi isu-isu melalui media sosial telah mengubah lanskap politik Indonesia. Mereka mampu
6 Aisah Putri Budiatri et al., Personalisasi Partai Politik Di Indonesia Era Reformasi (Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2018).
7 Gun Gun Heryanto, Literasi Politik (IRCiSoD, 2019).
S H Heru Riyadi, MENUJU DEMOKRASI YANG LEBIH BERKUALITAS (Media Pustaka Indo, 2024).
Jean Twenge, "Generations: The Real Differences between Gen Z, Millennials, Gen X, Boomers, and Silents---and
What They Mean for America's Future," Perspectives on Science and Christian Faith 75 (December 1, 2023): 212--
14, https://doi.org/10.56315/PSCF12-23Twenge.
memanfaatkan platform-platform digital untuk membangun komunitas, menyebarkan informasi, dan
mendorong aksi kolektif.
 Jika potensi ini dimanfaatkan secara positif dalam konteks Pilpres 2024, generasi muda dapat menjadi
kekuatan penggerak perubahan yang signifikan. Mereka dapat memainkan peran penting dalam mendorong
partisipasi politik, meningkatkan kesadaran publik, dan menuntut akuntabilitas dari para calon pemimpin.
Kemampuan mereka untuk menggerakkan kampanye-kampanye sosial melalui media digital dapat menjadi
aset berharga bagi partai politik dan calon presiden yang ingin meraih dukungan dari generasi muda 10
.
Namun, penting untuk diingat bahwa kekuatan mobilisasi generasi milenial dan Gen Z juga dapat menjadi
ancaman jika tidak diarahkan dengan baik. Penting bagi para pemimpin politik untuk memahami aspirasi
dan tuntutan generasi ini, serta untuk memanfaatkan potensi mereka secara bertanggung jawab 11
.
Milenial dan generasi Z sering dianggap apatis secara politik meskipun mereka memiliki banyak
potensi. Beberapa orang mungkin protes atau tidak percaya pada sistem politik sehingga mereka tidak
memberikan suara dalam pemilu. Fakta bahwa sebagian remaja lebih suka berpartisipasi dalam diskusi
online daripada aktivitas fisik dalam proses demokrasi mencerminkan fenomena ini. Namun, diharapkan
jumlah pemilih akan meningkat sebagai hasil dari upaya untuk menyelenggarakan pemilu yang lebih
moderen dan modern, seperti penggunaan pemungutan suara elektronik. Akses yang lebih mudah dan
proses pemungutan suara yang lebih efektif dapat mendorong generasi muda untuk menjadi lebih akrab
dengan teknologi digital. Selain itu, kampanye politik yang lebih kreatif dan terkait dengan masalah yang
dihadapi oleh generasi muda, seperti akses ekonomi, kesetaraan gender, dan perubahan iklim, kemungkinan
besar akan mendorong mereka untuk berpartisipasi 12
.
Pentingnya partisipasi politik generasi muda ini tidak hanya sebatas untuk memenangkan satu kandidat
tertentu, tetapi juga untuk membangun budaya politik yang sehat dan berkelanjutan. Pemilu bukanlah akhir
dari proses politik, tetapi justru menjadi titik awal bagi generasi muda untuk terus mengawasi, mengkritisi,
dan mendukung kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kepentingan masyarakat luas. Mereka dapat
10 Galih Prasetyo, Demokrasi Milenial (Ruas Media, 2019).
11 Sion Hutajulu and Stiven Ginting, "Digitalisasi Budaya Politik Melalui Peran Generasi Milenial Dan Gen Z DiÂ
Indonesia," no. 2 (2024).
12 Ari Wibowo, "Implementasi Penerapan E-Voting Dalam Rangka Transformasi Digital Pada Manajemen PemilihanÂ
Umum Di Indonesia," in Prosiding Seminar Nasional Program Doktor Ilmu Hukum, 2023, 15--25.
menjadi agen perubahan yang aktif, mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, serta
menuntut pemimpin untuk memprioritaskan isu-isu yang relevan dengan masa depan bangsa.
Fenomena keterlibatan generasi milenial dan Gen Z dalam proses politik di Indonesia, termasuk dalam
Pilpres 2024, menunjukkan potensi yang sangat besar untuk menjadi motor perubahan sosial dan politik.
Generasi muda ini dikenal dengan minat yang tinggi terhadap isu-isu kebijakan publik, seperti lingkungan
hidup, pendidikan, dan keadilan sosial, yang sering kali menjadi pembahasan dalam ruang digital dan media
sosial 13. Namun, di Desa Buah Batu Kecamatan Bojongsoang, partisipasi politik generasi muda masih
menghadapi tantangan signifikan. Meskipun kesadaran akan pentingnya hak suara sudah mulai tumbuh,
banyak pemuda di desa ini yang merasa terasing dari proses politik formal, seperti pemilihan umum dan
musyawarah desa. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya edukasi politik yang
berkelanjutan hingga persepsi bahwa politik adalah ranah yang kompleks dan kurang relevan dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya, mereka cenderung lebih memilih terlibat dalam diskusi online
melalui platform media sosial, di mana mereka merasa lebih bebas mengekspresikan pendapat mereka.
Namun, keterlibatan ini sering kali tidak diikuti oleh partisipasi langsung dalam pemilu atau kegiatan politik
di tingkat lokal, menciptakan kesenjangan antara harapan generasi muda untuk perubahan dengan realitas
keterlibatan politik yang masih terbatas. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah setempat dan
komunitas untuk dapat mendekatkan kembali generasi muda dengan proses politik formal, agar mereka
dapat merasa lebih memiliki dan turut berperan dalam menentukan arah masa depan desanya 14
.
Struktur sosial di Desa Buahbatu menyerupai sebuah mozaik yang terjalin erat, dengan berbagai
nuansa yang dipengaruhi oleh letak geografis antar dusun. Dusun satu, yang terletak agak terpencil dari
dusun dua dan tiga, menghadirkan dinamika sosial yang berbeda dari dua dusun lainnya. Jarak geografis
ini menciptakan lingkungan dan kondisi hidup yang kontras, membentuk karakteristik interaksi sosial yang
berbeda-beda di tiap dusun. Dusun satu, dengan nuansa pedesaan yang lebih kental, mempertahankan
tradisi gotong royong yang kuat; di sini, hubungan antarwarga terasa lebih akrab, seperti keluarga besar
yang saling mengenal satu sama lain. Setiap kegiatan desa, mulai dari panen hingga acara keagamaan,
dilakukan secara bersama-sama, memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas. Sementara itu, di dusun
dua dan tiga, yang berada lebih dekat dengan kota dan menerima pengaruh urbanisasi yang lebih kuat,
13 Tengku Irmayani, Partisipasi Milenial Dalam Dinamika Politik (Jejak Pustaka, 2022).
14 Ellyzabeth Sukmawati et al., Digitalisasi Sebagai Pengembangan Model Pembelajaran (Cendikia Mulia Mandiri,
2022).
terlihat perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Kehidupan yang lebih modern di kedua dusun ini
membuat warga lebih individualistis.
Di tengah dinamika sosial yang beragam, Desa Buahbatu menghadapi berbagai tantangan, khususnya
dalam mendorong peran aktif remaja dalam kegiatan komunitas. Remaja di Desa Buahbatu, layaknya daun
yang terombang-ambing angin, sering kali masih memegang peran pasif dalam berbagai aktivitas sosial
dan kemasyarakatan. Kondisi lingkungan, keterbatasan ekonomi, dan rendahnya akses pendidikan menjadi
faktor utama yang mempengaruhi pola keterlibatan mereka. Organisasi Karang Taruna, yang diharapkan
bisa menjadi wadah bagi remaja untuk menyalurkan ide, kreativitas, dan bakat mereka, terkadang kesulitan
dalam merekrut anggota yang benar-benar aktif dan bersemangat. Kurangnya minat dan motivasi,
kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, serta keterbatasan sumber daya berupa dana dan fasilitas,
semakin memperberat upaya organisasi tersebut untuk memberdayakan para remaja. Padahal, jika potensi
mereka dapat terkelola dengan baik, para remaja ini bisa menjadi motor penggerak perubahan positif di
desa, berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat persatuan serta rasa
memiliki terhadap Desa Buahbatu. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat,
dan organisasi terkait untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung, memotivasi para remaja, dan
memberikan ruang bagi mereka untuk berperan aktif dalam pembangunan desa.
Peran pasif remaja di Desa Buahbatu, seperti bayangan yang mengikuti tanpa suara, menjadi sorotan
utama dalam dinamika sosial di desa tersebut. Meskipun perangkat desa telah berupaya keras untuk
meningkatkan keterlibatan remaja melalui berbagai program, hasilnya masih belum maksimal. Mereka
telah mengadakan pelatihan keterampilan, sosialisasi mengenai pentingnya partisipasi dalam komunitas,
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diharapkan dapat menarik minat remaja. Sayangnya, upaya ini belum
sepenuhnya efektif. Salah satu hambatannya adalah kurangnya pemahaman di kalangan remaja tentang
pentingnya peran aktif mereka dalam masyarakat. Selain itu, akses terhadap informasi dan edukasi yang
terbatas turut menjadi penghalang. Hal ini mengakibatkan rendahnya kesadaran remaja terhadap peluangpeluang yang ada di desa, sehingga potensi besar yang dimiliki oleh para remaja ini belum sepenuhnya
tergali. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berdampak pada perkembangan sosial dan ekonomi desa,
mengingat peran vital remaja sebagai agen perubahan di masa depan.
Untuk mengatasi peran pasif remaja di Desa Buahbatu, dibutuhkan strategi yang lebih inovatif dan
integratif. Program-program edukatif yang fokus pada literasi politik dan kepemudaan menjadi salah satu
solusi yang efektif. Pendekatan ini dapat diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan seperti diskusi
kelompok, seminar, dan workshop yang mengedepankan literasi politik serta kesadaran kepemudaan.
Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang hak dan kewajiban mereka
sebagai warga negara, pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi, serta peran mereka dalam
membangun desa. Melalui kegiatan ini, remaja dapat lebih memahami bagaimana kontribusi mereka dapat
berdampak pada kemajuan desa dan menciptakan perubahan positif. Selain itu, program-program tersebut
juga dapat memperkuat keterampilan kepemimpinan dan kerja sama antar pemuda, yang akan membantu
mereka lebih percaya diri dalam mengambil peran aktif di masyarakat. Dengan demikian, remaja tidak
hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi agen perubahan yang siap menggerakkan desa ke arah yang
lebih baik.
Kerja sama dengan institusi pendidikan lokal, seperti membangun jembatan penghubung antara
sekolah dan masyarakat, dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui
kolaborasi ini, materi pelajaran yang relevan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat desa dapat
diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Hal ini tidak hanya membantu siswa memahami isu-isu praktis
yang dihadapi oleh komunitas mereka, tetapi juga menumbuhkan kesadaran politik dan sosial di kalangan
generasi muda. Dengan memahami realitas di sekitar mereka, para remaja dapat mengembangkan rasa
empati dan tanggung jawab sosial yang lebih mendalam. Selain itu, pemahaman tentang dinamika sosial
dan politik yang terjadi di lingkungan mereka akan memberikan landasan yang lebih kuat bagi mereka
untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya peningkatan kualitas hidup di masyarakat. Dengan demikian,
pembelajaran yang terintegrasi ini diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda menjadi agen
perubahan yang mampu memahami dan merespons berbagai tantangan sosial dan kultural di lingkungannya.
Desa Buahbatu menghadapi tantangan kompleks yang memerlukan solusi menyeluruh, salah satunya
adalah peran pasif remaja dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pemahaman politik generasi milenial
dan Gen Z menjadi isu penting, terutama dalam konteks persiapan Pilpres 2024. Generasi muda ini hidup
di era digital, di mana akses informasi dan komunikasi semakin mudah dan cepat. Namun, kemudahan ini
membawa tantangan baru, terutama dalam hal penyebaran informasi yang belum terverifikasi dan hoaks.
Informasi palsu dapat dengan cepat menyebar melalui media sosial dan aplikasi pesan instan,
mengakibatkan kebingungan, keraguan, dan bahkan ketidakpercayaan terhadap sistem politik dan
demokrasi. Kondisi ini menuntut adanya literasi digital yang lebih baik dan upaya untuk memperkuat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik, agar proses pemilu dapat berlangsung dengan adil dan
transparan. Hanya dengan meningkatkan pemahaman politik yang baik, generasi muda dapat memainkan
peran yang lebih aktif dan konstruktif dalam membangun masa depan desa mereka.
Analisis ini, layaknya cermin yang memantulkan realitas, menggambarkan betapa rumitnya
memahami dinamika politik di era digital dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi partisipasi sosialpolitik masyarakat. Meski kemajuan teknologi telah membuka akses informasi politik secara lebih luas danÂ
cepat, tidak semua informasi tersebut dapat dicerna dan dipahami secara mendalam oleh generasi muda. Di
era digital ini, kemampuan untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan cepat menjadi penting.
Namun, yang lebih esensial adalah kemampuan untuk mengolah informasi secara kritis, memilah antara
fakta dan hoaks, serta mengembangkan sikap kritis terhadap isu-isu yang beredar. Kemampuan ini menjadi
kunci utama dalam membentuk pemahaman politik yang sehat dan mampu mengarahkan generasi muda
untuk berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam proses politik. Pemahaman yang dangkal atau keliru
dapat menyebabkan salah kaprah dalam menilai isu-isu politik, sehingga dibutuhkan upaya untuk
memperkuat literasi digital dan politik di kalangan masyarakat, khususnya kaum muda.
Desa Buahbatu, dengan segala dinamika dan tantangannya, menjadi contoh nyata tentang pentingnya
peran aktif masyarakat dalam membangun desa yang lebih maju dan sejahtera. Di tengah kompleksitas
perubahan sosial dan ekonomi, partisipasi aktif warga menjadi pondasi utama bagi terwujudnya kemajuan
yang berkelanjutan. Salah satu elemen penting dalam proses ini adalah keterlibatan remaja, khususnya
dalam konteks politik dan kepemimpinan. Peran aktif remaja tidak hanya berkontribusi dalam memperkuat
kesadaran politik di kalangan generasi muda, tetapi juga mendorong terbentuknya ruang-ruang diskusi yang
sehat dan konstruktif. Melalui program-program edukatif seperti diskusi politik, simulasi pemilu, dan
pengenalan nilai-nilai demokrasi, remaja Desa Buahbatu dapat membangun wawasan yang lebih luas
mengenai pentingnya partisipasi politik yang bertanggung jawab.
Desa Buahbatu memiliki potensi besar untuk berkembang jika dapat mengatasi permasalahan
partisipasi sosial remajanya. Dengan melibatkan pendekatan yang lebih terstruktur dan kolaboratif, peran
serta remaja dapat dioptimalkan melalui program-program pelatihan keterampilan, kegiatan sosial, dan
penguatan kapasitas kepemimpinan. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menjadi motor penggerak
dalam pembangunan sosial dan ekonomi di desa mereka. Partisipasi aktif remaja dalam kegiatan desa juga
dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap isu-isu lokal, termasuk kebijakan yang
berdampak langsung pada masyarakat. Selain itu, dengan adanya dukungan dari berbagai pihak seperti
pemerintah, tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan, remaja Desa Buahbatu diharapkan dapat berperan
lebih aktif dalam proses politik, terutama dalam konteks Pilpres 2024 dan masa mendatang. Hal ini akan
membuka peluang bagi mereka untuk menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada keberlanjutan
pembangunan desa dan turut serta dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat secara luas. Berdasarkan latar belakang dan fenomena fenomena yang telah dianalisis, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitan lebih jauh tentang pemahaman politik pada pilpres 2024 dengan judul
Pemangaman Politik Pada Pilpres 2024 : Studi kasus Di Desa Buahbatu.
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Dalam Penelitian ini, Peneliti bermaksud untuk menelisik seberapa jauh Generasi Milenial dan Gen
Z Desa Buahbatu dalam Pemahaman mereka terkait dengan politik terutama pada pilpres 2024, Atas dasar
tersebut, peneliti berusa meneliti Faktor serta bagaimana bentuk pemahaman politik pada generasi milenial
dan gen z yang berada di desa buahbatu pada pilpres 2024
1. Bagaimana pemahaman politik Generasi milenial di desa buahbatu pada pilpres 2024?
2. Faktor apa saja yang mendorong adanya bentuk pemahaman politik dalam membantu
menyukseskan pilpres 2024 di Desa Buahbatu?
3. Bagaimana pemahaman politik Gen Z di desa buahbatu pada pilpres 2024?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman politik para Generasi Milenial dalam pilres 2024 di
Desa Buahbatu.
2. Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman politik para Generasi Milenial dalam pilres 2024 di
Desa Buahbatu.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong adanya bentuk dari pemahaman politik
Generasi Milenial dan Gen z dalam membantu menyukseskan pilpres 2024 di Desa Buahbatu.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaannya, ialah
1. Kegunaan secara teoritis
Dengan penelitian ini, diharapkan studi ini bisa memperkuat teori mengenai kesadaran
politik dan pemahaman politik pada generasi milenial dan Gen Z di era digital. Ini penting dalamÂ
memahami bagaimana pemuda di desa berinteraksi dengan isu-isu politik yang lebih luas, seperti
Pilpres 2024, serta bagaimana media digital memengaruhi pemahaman politik di tingkat desa.
2. Kegunaan secara praktis
Adapun kegunaan secara praktis penelitian ini yaitu, dapat membantu pemerintah desa dan
komunitas lokal dalam menyusun program-program yang meningkatkan literasi politik generasi
muda, khususnya dalam menghadapi peristiwa politik nasional seperti Pilpres 2024. Ini dapat
membantu memperkuat partisipasi sosial-politik di tingkat desa dan meningkatkan kesadaran
politik generasi muda. Selanjutnya untuk dituangkan dalam sebuah skripsi dibidang Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Serta untuk dijadikan rujukan bagi para
stakeholders atau semua pihak dalam masyarakat, termasuk individu atau kelompok yang memiliki
kepentingan atau peran dalam suatu organisasi atau saling berhubungan dan terikat dalam
merumuskan, menetapkan dan menjalankan kebijakan tentang partisipasi serta pemahaman politik
pada generasi milenial dan gen z.
E. KERANGKA BERPIKIR
Ada beberapa poin utama yang perlu dijelaskan terkait gejala-gejala yang muncul dalam
permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti. Penjabaran ini meliputi pemahaman mengenai karakteristik
masalah, konteks munculnya gejala, serta faktor-faktor yang berkontribusi terhadap situasi tersebut. Selain
itu, penelitian ini juga membutuhkan landasan pemikiran dan teori yang relevan. Teori ini berguna untuk
memperjelas, memfokuskan, dan memberikan kerangka acuan yang kuat dalam memahami dan
menganalisis masalah serta topik yang hendak dikaji
Karena generasi milenial dan Gen Z membentuk mayoritas pemilih dalam jumlah besar,
keterlibatan mereka dalam pemilihan presiden 2024 akan sangat penting. Namun, ada tanda-tanda bahwa
Gen Z dan milenial memiliki pemahaman politik yang berbeda. Sebagian dari mereka tidak peduli dan tidak
memahami masalah politik, tetapi yang lain terlibat aktif dalam diskusi politik, terutama di media sosial.
Sangat penting untuk menyelidiki gejala ini untuk menentukan seberapa besar literasi politik mereka
dipengaruhi oleh variabel seperti media sosial, pendidikan, dan lingkungan keluarga. Di Desa Buah Batu,
fenomena tersebut terlihat jelas karena komunitasnya terdiri dari generasi muda dari berbagai latar belakang
sosio-ekonomi.
Pemahaman politik mencakup kesadaran dan pengetahuan individu mengenai sistem politik, peran
pemerintah, serta hak dan kewajiban warga negara. Landasan teoritis dalam penelitian ini didasarkan pada
beberapa teori utama. Menurut Teori partisipasi politik dari Verba dan Nie (1972) menunjukkan bahwa
partisipasi politik mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk mempengaruhi
kebijakan publik dan partisipasi politik sebagai cornerstone dan jantung demokrasi
. Adapun menurut
ilmuwan politik Robert Dahl (1998) mengatakan bahwa cita-cita demokrasi didasarkan pada dua prinsip:
partisipasi politik dan kontestasi politik. Partisipasi politik mengharuskan semua orang yang memenuhi
syarat untuk memilih dapat memilih. Artinya, semua warga negara yang sudah memenuhi syarat untuk
memilih berkewajiban untuk menyalurkan hak pilihnya untuk memilih calon yang akan menduduki posisi
pemerintahan
. Menurut teori dari penelitian Gil de Ziga et al. (2012) menggaris bawahi pentingnya
media sosial sebagai sumber informasi politik di kalangan generasi muda, namun di sisi lain media sosial
juga dapat menyebarkan disinformasi dan memengaruhi keterlibatan politik pada generasi muda.Â
Selain itu, teori perbedaan generasi dari Inglehart (1997) Inglehart membahas perbedaan nilai-nilai antara generasi
dalam buku ini. Generasi muda, seperti milenial dan Gen Z, cenderung mendukung nilai-nilai progresif dan
postmaterialis, seperti keadilan sosial, kesetaraan gender, dan perlindungan lingkungan. Ini berbeda dengan
generasi sebelumnya, yang lebih terkonsentrasi pada stabilitas dan keamanan ekonomi
.
Generasi milenial dan Gen Z memiliki keadaan sosial dan teknologi yang berbeda dari generasi
sebelumnya. pola pikir dan sikap politik mereka dipengaruhi oleh pengalaman kolektif mereka, terutama
dengan munculnya media sosial dan teknologi digital 19. Milenial lahir di tengah transisi digital, sementara
Gen Z tumbuh dalam dunia yang terhubung secara digital. Hal ini mengubah cara mereka berpartisipasi
dalam proses politik, membentuk opini, dan mendapatkan informasi politik. Berbeda dengan generasi
sebelumnya yang lebih bergantung pada media tradisional, mereka lebih kritis dan responsif terhadap
15 S Verba and N H Nie, Participation in America: Political Democracy and Social Equality, Political Science
(University of Chicago Press, 1987), https://books.google.co.id/books?id=9K5fdvfmGREC.
16 M Sos R.H.S., S.S.M.S. Muhlin Lalongan., and M.P.M.S. Mashuri H. Tahili., Partisipasi Politik Masyarakat:Teori
Dan Praktik, 1 (SAH MEDIA, 2016), https://books.google.co.id/books?id=P15tDwAAQBAJ.
17 Homero Gil de Ziga, "Social Media Use for News and Individuals' Social Capital, Civic Engagement and Political
Participation," Journal of Computer-Mediated Communication 17, no. 3 (2012): 319--36,
https://doi.org/10.1111/j.1083-6101.2012.01574.x.
18 Ronald Inglehart, Modernization and Postmodernization: Cultural, Economic, and Political Change in 43 Societies
(Princeton university press, 2020).
19 Laurensius Laka et al., Pendidikan Karakter Gen Z Di Era Digital (PT. Sonpedia Publishing Indonesia, 2024).
masalah saat ini, dan mereka terbiasa memverifikasi informasi dari berbagai sumber. Pemahaman politik
yang baik adalah kunci untuk memastikan keterlibatan aktif dalam Pilpres. Partisipasi politik tidak hanya
dilihat dari tindakan memilih, tetapi juga dari keterlibatan dalam diskusi politik, aktivitas kampanye, dan
produksi konten politik di media sosial. Generasi milenial dan Gen Z diharapkan memiliki pemahaman
yang cukup untuk berpartisipasi secara efektif dalam proses demokrasi. Di era digital, literasi digital
menjadi aspek penting dalam membentuk pemahaman politik, di mana kemampuan untuk menilai validitas
informasi, mengenali hoaks, dan memahami narasi politik di media sosial menjadi krusial bagi keterlibatan
mereka.
Pemahaman politik yang baik adalah kunci untuk memastikan keterlibatan aktif dalam Pemilihan
Presiden (Pilpres) maupun dalam keseluruhan proses demokrasi. Keterlibatan politik masyarakat bukan
hanya dilihat dari tindakan memilih semata, tetapi juga mencakup berbagai bentuk partisipasi lain yang
menunjukkan minat dan pemahaman mereka terhadap isu-isu politik. Partisipasi ini bisa diwujudkan
melalui diskusi politik yang dilakukan dalam lingkup keluarga, teman, maupun komunitas; aktivitas
kampanye yang mendukung calon tertentu atau memperjuangkan isu-isu spesifik; serta produksi konten
politik di media sosial. Dengan berbagai sarana tersebut, generasi milenial dan Gen Z diharapkan memiliki
pemahaman yang cukup dan mampu berkontribusi secara efektif dalam mendorong proses demokrasi yang
sehat dan dinamis. Pemahaman politik yang kuat diharapkan mampu mendorong mereka untuk aktif
menyuarakan aspirasi dan turut serta dalam pengambilan keputusan politik yang akan memengaruhi masa
depan bangsa.
Di era digital, literasi digital memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman politik,
terutama di kalangan generasi muda yang akrab dengan teknologi. Kemampuan untuk mengakses dan
memproses informasi dari berbagai platform digital membuat literasi digital menjadi keterampilan krusial
bagi generasi milenial dan Gen Z. Di satu sisi, media sosial menyediakan ruang bagi mereka untuk
memperoleh informasi, berbagi pandangan, dan mengikuti perkembangan politik terkini. Namun, di sisi
lain, derasnya arus informasi di dunia maya juga membawa risiko yang besar terhadap penyebaran hoaks
dan manipulasi narasi politik. Oleh karena itu, kemampuan untuk menilai validitas informasi, mengenali
hoaks, serta memahami dan menyikapi narasi politik dengan kritis sangat diperlukan. Literasi digital yang
baik akan membantu generasi muda untuk terhindar dari disinformasi serta dapat mengambil sikap yang
lebih bijak dan berwawasan dalam keterlibatan politik mereka
Desa Buahbatu dipilih sebagai lokasi studi karena karakteristik demografis dan sosialnya yang sangat
beragam, menjadikannya representasi yang ideal dari masyarakat Indonesia secara umum. Keberagaman
ini terwujud dalam berbagai aspek, termasuk latar belakang usia, pendidikan, dan tingkat ekonomi
penduduknya. Di desa ini, terdapat populasi yang terdiri dari berbagai kelompok etnis dan budaya,
menciptakan dinamika sosial yang kaya. Hal ini mencerminkan keragaman yang ada dalam masyarakat
Indonesia dan memberikan wawasan mendalam tentang interaksi antar kelompok.
Salah satu keunggulan Desa Buahbatu adalah akses yang relatif luas terhadap teknologi informasi dan
media sosial. Kemudahan akses ini menjadi faktor penting dalam melakukan eksplorasi terkait pengaruh
literasi digital terhadap pemahaman politik, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Dengan
adanya koneksi internet yang baik dan penggunaan smartphone yang meluas, masyarakat desa dapat dengan
mudah mengakses berbagai informasi politik dari berbagai sumber. Ini membuka peluang untuk
mempelajari bagaimana mereka memproses, menyaring, dan merespons informasi tersebut dalam konteks
yang lebih luas.
Populasi Desa Buahbatu didominasi oleh generasi muda, dengan proporsi besar berasal dari kelompok
milenial dan Gen Z. Kondisi ini menjadikan desa tersebut sebagai konteks yang kaya untuk memahami
variasi dalam tingkat partisipasi politik, sikap terhadap isu-isu politik, serta sumber informasi yang mereka
gunakan. Generasi muda ini, yang sering kali lebih akrab dengan teknologi dan media digital, memiliki cara
berpikir dan berinteraksi yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, studi
di Desa Buahbatu diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana literasi digital
memengaruhi pandangan dan keterlibatan politik masyarakat muda di Indonesia.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terungkap berbagai faktor yang memengaruhi sikap politik
mereka, termasuk pengaruh media sosial, kepercayaan terhadap sumber informasi, serta peran komunitas
dalam membentuk pandangan politik. Dengan demikian, studi ini tidak hanya akan memberikan kontribusi
terhadap pemahaman akademis tentang literasi digital dan politik, tetapi juga dapat memberikan
rekomendasi praktis untuk meningkatkan keterlibatan politik generasi muda di masa depan.
 Berdasarkan kerangka teoritis yang dikembangkan, hipotesis utama penelitian ini adalah bahwa
tingkat literasi digital dan paparan media sosial memiliki korelasi positif dengan tingkat pemahaman politik
generasi milenial dan Gen Z di Desa Buahbatu. Selain itu, paparan pendidikan politik, baik formal maupun
informal, diperkirakan akan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan pemahaman politik mereka.
Faktor-faktor seperti lingkungan keluarga dan komunitas juga diperkirakan akan memainkan peran
moderasi dalam mempengaruhi cara generasi ini memandang dan memahami politik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H