Mohon tunggu...
M Najwan Alifan
M Najwan Alifan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Desa Buahbatu dengan segala dinamika dan tantangannya.

18 Desember 2024   12:54 Diperbarui: 18 Desember 2024   12:54 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era milenial saat ini, kita dituntut untuk berpikir secara cepat dalam hal apapun tidak terlepas

dalam urusan politik. Politik merupakan sarana yang paling memungkinkan untuk menyelenggarakan

pemerintahan demokratis yang sesuai dengan regulasi. Kebijakan-kebijakan yang ada dalam suatu negara

merupakan produk politik yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi atau merubah suatu

tatanan kehidupan masyarakat. Di dalam negara demokrasi, rakyat mempunyai peran yang sangat penting

dalam suatu negara, tidak hanya menjadi objek kebijakan, namun menjadi penentu kebijakan. Di Indonesia

keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan negara salah satunya melalui pemilihan umum, di mana

masyarakat menentukan pilihanya memilih wakil rakyat dan kepala pemerintahan. Pendidikan politik dan

pendidikan pemilih menjadi salah satu hal yang penting dalam mengukur sukses tidaknya pemilihan umum.

Karena dengan kesadaran politik yang tinggi masyarakat dapat memberikan partisipasinya dalam pemilihan

umum. Memberikan pendidikan politik dan pemahaman politik pemilih menjadi kunci dalam kualitas

pemilihan di Indonesia, untuk itu diperlukan pendidikan pemilih kepada seluruh masyarakat sejak dini,

sehingga ketika saatnya turut serta pemilih yang baru akan memilih dan dapat menentukan pilihanya dengan

bijak 1

.

Pemilihan umum Presiden (Pilpres) 2024 merupakan momentum penting dalam demokrasi

Indonesia, di mana warganya akan memilih pemimpin nasional mereka. Di tahun 2024, generasi milenial

dan Gen Z di Indonesia akan memiliki kesempatan unik untuk berpartisipasi dalam menentukan arah masa

depan negara melalui hak pilih mereka. Generasi milenial, yang biasanya definisikan sebagai mereka yang

( lahir antara tahun 1981 dan 1996 ), dan Gen Z, yang biasanya definisikan sebagai mereka yang ( lahir

antara tahun 1997 dan 2012 ), dikenal memiliki akses yang luas terhadap informasi melalui internet dan

media sosial. Melansir melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan bahwa DPT Pemilu 2024

sebanyak 204.807.222 pemilih. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 66,8 juta pemilih dari generasi

milenial, Selain itu, pemilih dari gen Z juga mendominasi yaitu sebanyak 46,8 juta pemilih. Gabungan Gen

Z dan Milenial punya peranan yang penting dalam pelaksanaan atau hasil Pemilu 2024. Dengan begitu

Partisipasi politik generasi muda merupakan salah satu elemen penting dalam proses demokrasi. Adapun

Linlin Maria and Buku Pintar Pemilu dan Demokrasi Marendra, Dion, 2020, Buku Pintar Pemilu Dan Demokrasi,

Komisi Pemilihan Umum Kota Bogor, 2020.

 melansir Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok usia ini mendominasi populasi

pemilih pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, menjadikan mereka sebagai kelompok kunci yang dapat

mempengaruhi hasil pemilu dan arah kebijakan nasional di masa mendatang 2

.

 Keterlibatan mereka dalam proses politik, baik melalui hak suara, aktivitas politik di media sosial,

maupun dalam organisasi-organisasi masyarakat, menjadi indikator penting bagi keberlanjutan demokrasi

di Indonesia. Generasi milenial dan Gen Z bukan hanya sekadar pemilih pasif, tetapi juga aktor aktif dalam

membentuk lanskap politik. Peran mereka dalam proses ini tidak hanya sekadar memberikan suara pada

saat pemilu, tetapi juga turut aktif dalam mengawasi jalannya pemerintahan, menyuarakan aspirasi melalui

berbagai media, dan terlibat dalam diskusi serta advokasi kebijakan publik. Melibatkan anak muda

berpolitik adalah investasi jangka panjang, yang akan membentuk arah negara kita akan ke mana, dan untuk

memastikan partisipasi anak muda efektif. Perlu adanya pendidikan berpolitik untuk memperkuat

pemahaman mereka tentang sistem politik suatu bangsa. Ini merupakan tanggung jawab negara, serta semua

pihak yang terlibat, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, untuk dapat menciptakan

lingkungan yang mendukung partisipasi aktif anak muda

.

Pada era moderen ini, Generasi milenial dan Gen Z mereka tidak segan untuk mengkritik kebijakan

yang dianggap tidak adil atau tidak berpihak pada rakyat, mereka berani menuntut transparansi dan

akuntabilitas dari para pemimpin. Kehadiran generasi ini dalam percakapan politik, baik itu di ruang publik

maupun di dunia digital, memberikan warna baru dalam dinamika politik Indonesia. Dengan kemampuan

mereka memanfaatkan teknologi dan media sosial, generasi muda ini mampu mempengaruhi opini publik

dan mendorong perubahan yang signifikan dalam sistem politik. Mereka mampu mengorganisir gerakan

sosial, menyebarkan informasi, dan memobilisasi massa dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kemampuan mereka untuk memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk membangun komunitas,

menyebarkan informasi, serta mendorong aksi kolektif telah mengubah lanskap politik di Indonesia.

Mereka telah berhasil melampaui peran tradisional sebagai sekadar penerima informasi dan menjadi agen

perubahan yang aktif. Generasi milenial dan Gen Z telah menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekadar

penerus, tetapi juga pembangun masa depan demokrasi di Indonesia. Mereka telah membuktikan bahwa

"Dpt-Pemilu-2024-Nasional-2048-Juta-Pemilih @ Www.Kpu.Go.Id," n.d.,

https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih.

3 A Sefyanto et al., Eksistensi Anak Muda Dalam Dunia Politik (Indonesia Emas Group, 2024),

https://books.google.co.id/books?id=37YhEQAAQBAJ.

mereka mampu memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan partisipasi politik, mendorong

transparansi, dan menuntut akuntabilitas dari para pemimpin. Dengan memanfaatkan platform-platform

digital, mereka telah menciptakan ruang baru untuk dialog, debat, dan advokasi, yang memungkinkan

mereka untuk menyuarakan aspirasi dan nilai-nilai mereka dengan lebih efektif. Keberanian mereka untuk

menantang status quo dan memperjuangkan perubahan telah menginspirasi banyak orang dan menunjukkan

bahwa masa depan demokrasi Indonesia berada di tangan generasi yang berani, inovatif, dan penuh harapan

.

 Disisilain Generasi milenial dan Generasi Z ini memiliki karakteristik yang cukup berbeda dibandingkan

dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam era digital dengan akses luas terhadap

informasi melalui internet dan media sosial. Dalam teori William Strauss dan Neil Howe: Mereka dikenal

dengan Generational Theory yang mengklasifikasikan generasi ke dalam siklus-siklus tertentu, mulai dari

Silent Generation, Baby Boomers, Generation X, Millennials (Gen Y), hingga Generation Z. Mereka

berpendapat bahwa setiap generasi dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik di masa mereka tumbuh,

yang kemudian membentuk pola pikir dan nilai-nilai yang berbeda. Misalnya, milenial dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi dan internet, sementara Gen Z lahir di era digital sepenuhnya

. Hal ini membuat

mereka lebih kritis dalam menilai berbagai isu politik serta memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap

isu-isu global seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kebijakan ekonomi.

Teknologi digital telah membuat partisipasi politik lebih inklusif. Platform Informasi yang mereka terima

secara cepat melalui berbagai platform digital, seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube,

memungkinkan mereka untuk mengikuti perkembangan politik dalam dan luar negeri secara real-time.

Namun, peran penting mereka dalam politik tidak terlepas dari berbagai tantangan seperti tingginya

paparan informasi, khususnya di era digital, juga diiringi oleh risiko tersebarnya berita hoaks, disinformasi,

dan polarisasi pendapat yang dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap isu-isu politik. Algoritma

media sosial yang cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna dapat

memperkuat bias dan menghambat akses terhadap informasi yang objektif. Selain itu, rendahnya

kepercayaan terhadap partai politik dan elit pemerintahan sering menjadi penghambat bagi generasi ini

4 Arya Fernandes, Edbert Gani Suryahudaya, and Noory Okhtariza, "Pemilih Muda Dalam Pemilihan Umum 2024: 

Dinamis , Adaptif Dan Responsif," Centre Strategic and International Studies (CSIS), 2023, 1--14, https://s3-csisweb.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/doc/Pemilih_Muda_Dalam_Pemilihan_Umum_2024.pdf?download=1.

5 Neil Howe and Reena Nadler, "Why Generations Matter: Ten Findings from LifeCourse Research on the 

Workforce," Life Course Associates, 2012.

untuk terlibat lebih aktif dalam politik formal. Mereka cenderung menganggap bahwa politik hanya

menguntungkan segelintir pihak dan tidak benar-benar merepresentasikan kepentingan rakyat luas.

Kekecewaan terhadap korupsi, ketidaktransparanan, dan kurangnya akuntabilitas dalam sistem politik dapat

menyebabkan mereka merasa apatis dan enggan untuk berpartisipasi 6

.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi politik agar generasi muda dapat

memahami dinamika politik dengan lebih objektif dan rasional. Peningkatan akses terhadap informasi yang

kredibel dan edukasi tentang cara mengidentifikasi berita hoaks dan disinformasi menjadi penting 7

. Selain

itu, perlu dilakukan reformasi politik yang berfokus pada peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan

representasi rakyat dalam sistem politik. Dengan menciptakan lingkungan politik yang lebih adil,

transparan, dan responsif terhadap aspirasi generasi muda, diharapkan mereka dapat terlibat lebih aktif

dalam politik formal dan menjadi agen perubahan yang positif bagi Indonesia 8

.

 Pada sisi lain, potensi besar generasi milenial dan Gen Z dalam politik Indonesia juga terletak pada

kemampuan mereka untuk menggerakkan kampanye-kampanye sosial melalui media digital.Adapun

menurut teori Jean M Twenge: Seorang psikolog yang menulis buku "iGen" yang fokus pada Gen Z (juga

disebut sebagai). Twenge menjelaskan bagaimana Gen Z memiliki perbedaan signifikan dari generasi

sebelumnya, seperti tingkat kecemasan yang lebih tinggi, kecenderungan lebih individualis, dan

ketergantungan yang lebih besar pada teknologi digital dan media sosial 9

. Era digital telah melahirkan

platform-platform baru yang memungkinkan mereka untuk menjangkau audiens yang luas dan

menyebarkan pesan-pesan mereka dengan cepat dan efektif. Dalam beberapa tahun terakhir, kita dapat

melihat bagaimana isu-isu penting dapat viral dan mendapatkan dukungan besar dari kalangan muda

melalui media sosial. Gerakan-gerakan seperti demonstrasi menuntut keadilan sosial, isu lingkungan hidup,

dan advokasi terkait transparansi pemerintahan menunjukkan bahwa generasi ini memiliki kekuatan

mobilisasi yang sangat besar. Kemampuan mereka untuk mengorganisir, memobilisasi, dan

mengamplifikasi isu-isu melalui media sosial telah mengubah lanskap politik Indonesia. Mereka mampu

6 Aisah Putri Budiatri et al., Personalisasi Partai Politik Di Indonesia Era Reformasi (Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2018).

7 Gun Gun Heryanto, Literasi Politik (IRCiSoD, 2019).

S H Heru Riyadi, MENUJU DEMOKRASI YANG LEBIH BERKUALITAS (Media Pustaka Indo, 2024).

Jean Twenge, "Generations: The Real Differences between Gen Z, Millennials, Gen X, Boomers, and Silents---and

What They Mean for America's Future," Perspectives on Science and Christian Faith 75 (December 1, 2023): 212--

14, https://doi.org/10.56315/PSCF12-23Twenge.

memanfaatkan platform-platform digital untuk membangun komunitas, menyebarkan informasi, dan

mendorong aksi kolektif.

 Jika potensi ini dimanfaatkan secara positif dalam konteks Pilpres 2024, generasi muda dapat menjadi

kekuatan penggerak perubahan yang signifikan. Mereka dapat memainkan peran penting dalam mendorong

partisipasi politik, meningkatkan kesadaran publik, dan menuntut akuntabilitas dari para calon pemimpin.

Kemampuan mereka untuk menggerakkan kampanye-kampanye sosial melalui media digital dapat menjadi

aset berharga bagi partai politik dan calon presiden yang ingin meraih dukungan dari generasi muda 10

.

Namun, penting untuk diingat bahwa kekuatan mobilisasi generasi milenial dan Gen Z juga dapat menjadi

ancaman jika tidak diarahkan dengan baik. Penting bagi para pemimpin politik untuk memahami aspirasi

dan tuntutan generasi ini, serta untuk memanfaatkan potensi mereka secara bertanggung jawab 11

.

Milenial dan generasi Z sering dianggap apatis secara politik meskipun mereka memiliki banyak

potensi. Beberapa orang mungkin protes atau tidak percaya pada sistem politik sehingga mereka tidak

memberikan suara dalam pemilu. Fakta bahwa sebagian remaja lebih suka berpartisipasi dalam diskusi

online daripada aktivitas fisik dalam proses demokrasi mencerminkan fenomena ini. Namun, diharapkan

jumlah pemilih akan meningkat sebagai hasil dari upaya untuk menyelenggarakan pemilu yang lebih

moderen dan modern, seperti penggunaan pemungutan suara elektronik. Akses yang lebih mudah dan

proses pemungutan suara yang lebih efektif dapat mendorong generasi muda untuk menjadi lebih akrab

dengan teknologi digital. Selain itu, kampanye politik yang lebih kreatif dan terkait dengan masalah yang

dihadapi oleh generasi muda, seperti akses ekonomi, kesetaraan gender, dan perubahan iklim, kemungkinan

besar akan mendorong mereka untuk berpartisipasi 12

.

Pentingnya partisipasi politik generasi muda ini tidak hanya sebatas untuk memenangkan satu kandidat

tertentu, tetapi juga untuk membangun budaya politik yang sehat dan berkelanjutan. Pemilu bukanlah akhir

dari proses politik, tetapi justru menjadi titik awal bagi generasi muda untuk terus mengawasi, mengkritisi,

dan mendukung kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kepentingan masyarakat luas. Mereka dapat

10 Galih Prasetyo, Demokrasi Milenial (Ruas Media, 2019).

11 Sion Hutajulu and Stiven Ginting, "Digitalisasi Budaya Politik Melalui Peran Generasi Milenial Dan Gen Z Di 

Indonesia," no. 2 (2024).

12 Ari Wibowo, "Implementasi Penerapan E-Voting Dalam Rangka Transformasi Digital Pada Manajemen Pemilihan 

Umum Di Indonesia," in Prosiding Seminar Nasional Program Doktor Ilmu Hukum, 2023, 15--25.

menjadi agen perubahan yang aktif, mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, serta

menuntut pemimpin untuk memprioritaskan isu-isu yang relevan dengan masa depan bangsa.

Fenomena keterlibatan generasi milenial dan Gen Z dalam proses politik di Indonesia, termasuk dalam

Pilpres 2024, menunjukkan potensi yang sangat besar untuk menjadi motor perubahan sosial dan politik.

Generasi muda ini dikenal dengan minat yang tinggi terhadap isu-isu kebijakan publik, seperti lingkungan

hidup, pendidikan, dan keadilan sosial, yang sering kali menjadi pembahasan dalam ruang digital dan media

sosial 13. Namun, di Desa Buah Batu Kecamatan Bojongsoang, partisipasi politik generasi muda masih

menghadapi tantangan signifikan. Meskipun kesadaran akan pentingnya hak suara sudah mulai tumbuh,

banyak pemuda di desa ini yang merasa terasing dari proses politik formal, seperti pemilihan umum dan

musyawarah desa. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya edukasi politik yang

berkelanjutan hingga persepsi bahwa politik adalah ranah yang kompleks dan kurang relevan dengan

kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya, mereka cenderung lebih memilih terlibat dalam diskusi online

melalui platform media sosial, di mana mereka merasa lebih bebas mengekspresikan pendapat mereka.

Namun, keterlibatan ini sering kali tidak diikuti oleh partisipasi langsung dalam pemilu atau kegiatan politik

di tingkat lokal, menciptakan kesenjangan antara harapan generasi muda untuk perubahan dengan realitas

keterlibatan politik yang masih terbatas. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah setempat dan

komunitas untuk dapat mendekatkan kembali generasi muda dengan proses politik formal, agar mereka

dapat merasa lebih memiliki dan turut berperan dalam menentukan arah masa depan desanya 14

.

Struktur sosial di Desa Buahbatu menyerupai sebuah mozaik yang terjalin erat, dengan berbagai

nuansa yang dipengaruhi oleh letak geografis antar dusun. Dusun satu, yang terletak agak terpencil dari

dusun dua dan tiga, menghadirkan dinamika sosial yang berbeda dari dua dusun lainnya. Jarak geografis

ini menciptakan lingkungan dan kondisi hidup yang kontras, membentuk karakteristik interaksi sosial yang

berbeda-beda di tiap dusun. Dusun satu, dengan nuansa pedesaan yang lebih kental, mempertahankan

tradisi gotong royong yang kuat; di sini, hubungan antarwarga terasa lebih akrab, seperti keluarga besar

yang saling mengenal satu sama lain. Setiap kegiatan desa, mulai dari panen hingga acara keagamaan,

dilakukan secara bersama-sama, memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas. Sementara itu, di dusun

dua dan tiga, yang berada lebih dekat dengan kota dan menerima pengaruh urbanisasi yang lebih kuat,

13 Tengku Irmayani, Partisipasi Milenial Dalam Dinamika Politik (Jejak Pustaka, 2022).

14 Ellyzabeth Sukmawati et al., Digitalisasi Sebagai Pengembangan Model Pembelajaran (Cendikia Mulia Mandiri,

2022).

terlihat perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Kehidupan yang lebih modern di kedua dusun ini

membuat warga lebih individualistis.

Di tengah dinamika sosial yang beragam, Desa Buahbatu menghadapi berbagai tantangan, khususnya

dalam mendorong peran aktif remaja dalam kegiatan komunitas. Remaja di Desa Buahbatu, layaknya daun

yang terombang-ambing angin, sering kali masih memegang peran pasif dalam berbagai aktivitas sosial

dan kemasyarakatan. Kondisi lingkungan, keterbatasan ekonomi, dan rendahnya akses pendidikan menjadi

faktor utama yang mempengaruhi pola keterlibatan mereka. Organisasi Karang Taruna, yang diharapkan

bisa menjadi wadah bagi remaja untuk menyalurkan ide, kreativitas, dan bakat mereka, terkadang kesulitan

dalam merekrut anggota yang benar-benar aktif dan bersemangat. Kurangnya minat dan motivasi,

kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, serta keterbatasan sumber daya berupa dana dan fasilitas,

semakin memperberat upaya organisasi tersebut untuk memberdayakan para remaja. Padahal, jika potensi

mereka dapat terkelola dengan baik, para remaja ini bisa menjadi motor penggerak perubahan positif di

desa, berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat persatuan serta rasa

memiliki terhadap Desa Buahbatu. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat,

dan organisasi terkait untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung, memotivasi para remaja, dan

memberikan ruang bagi mereka untuk berperan aktif dalam pembangunan desa.

Peran pasif remaja di Desa Buahbatu, seperti bayangan yang mengikuti tanpa suara, menjadi sorotan

utama dalam dinamika sosial di desa tersebut. Meskipun perangkat desa telah berupaya keras untuk

meningkatkan keterlibatan remaja melalui berbagai program, hasilnya masih belum maksimal. Mereka

telah mengadakan pelatihan keterampilan, sosialisasi mengenai pentingnya partisipasi dalam komunitas,

dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diharapkan dapat menarik minat remaja. Sayangnya, upaya ini belum

sepenuhnya efektif. Salah satu hambatannya adalah kurangnya pemahaman di kalangan remaja tentang

pentingnya peran aktif mereka dalam masyarakat. Selain itu, akses terhadap informasi dan edukasi yang

terbatas turut menjadi penghalang. Hal ini mengakibatkan rendahnya kesadaran remaja terhadap peluangpeluang yang ada di desa, sehingga potensi besar yang dimiliki oleh para remaja ini belum sepenuhnya

tergali. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berdampak pada perkembangan sosial dan ekonomi desa,

mengingat peran vital remaja sebagai agen perubahan di masa depan.

Untuk mengatasi peran pasif remaja di Desa Buahbatu, dibutuhkan strategi yang lebih inovatif dan

integratif. Program-program edukatif yang fokus pada literasi politik dan kepemudaan menjadi salah satu

solusi yang efektif. Pendekatan ini dapat diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan seperti diskusi

kelompok, seminar, dan workshop yang mengedepankan literasi politik serta kesadaran kepemudaan.

Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang hak dan kewajiban mereka

sebagai warga negara, pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi, serta peran mereka dalam

membangun desa. Melalui kegiatan ini, remaja dapat lebih memahami bagaimana kontribusi mereka dapat

berdampak pada kemajuan desa dan menciptakan perubahan positif. Selain itu, program-program tersebut

juga dapat memperkuat keterampilan kepemimpinan dan kerja sama antar pemuda, yang akan membantu

mereka lebih percaya diri dalam mengambil peran aktif di masyarakat. Dengan demikian, remaja tidak

hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi agen perubahan yang siap menggerakkan desa ke arah yang

lebih baik.

Kerja sama dengan institusi pendidikan lokal, seperti membangun jembatan penghubung antara

sekolah dan masyarakat, dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui

kolaborasi ini, materi pelajaran yang relevan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat desa dapat

diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Hal ini tidak hanya membantu siswa memahami isu-isu praktis

yang dihadapi oleh komunitas mereka, tetapi juga menumbuhkan kesadaran politik dan sosial di kalangan

generasi muda. Dengan memahami realitas di sekitar mereka, para remaja dapat mengembangkan rasa

empati dan tanggung jawab sosial yang lebih mendalam. Selain itu, pemahaman tentang dinamika sosial

dan politik yang terjadi di lingkungan mereka akan memberikan landasan yang lebih kuat bagi mereka

untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya peningkatan kualitas hidup di masyarakat. Dengan demikian,

pembelajaran yang terintegrasi ini diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda menjadi agen

perubahan yang mampu memahami dan merespons berbagai tantangan sosial dan kultural di lingkungannya.

Desa Buahbatu menghadapi tantangan kompleks yang memerlukan solusi menyeluruh, salah satunya

adalah peran pasif remaja dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pemahaman politik generasi milenial

dan Gen Z menjadi isu penting, terutama dalam konteks persiapan Pilpres 2024. Generasi muda ini hidup

di era digital, di mana akses informasi dan komunikasi semakin mudah dan cepat. Namun, kemudahan ini

membawa tantangan baru, terutama dalam hal penyebaran informasi yang belum terverifikasi dan hoaks.

Informasi palsu dapat dengan cepat menyebar melalui media sosial dan aplikasi pesan instan,

mengakibatkan kebingungan, keraguan, dan bahkan ketidakpercayaan terhadap sistem politik dan

demokrasi. Kondisi ini menuntut adanya literasi digital yang lebih baik dan upaya untuk memperkuat

kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik, agar proses pemilu dapat berlangsung dengan adil dan

transparan. Hanya dengan meningkatkan pemahaman politik yang baik, generasi muda dapat memainkan

peran yang lebih aktif dan konstruktif dalam membangun masa depan desa mereka.

Analisis ini, layaknya cermin yang memantulkan realitas, menggambarkan betapa rumitnya

memahami dinamika politik di era digital dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi partisipasi sosialpolitik masyarakat. Meski kemajuan teknologi telah membuka akses informasi politik secara lebih luas dan 

cepat, tidak semua informasi tersebut dapat dicerna dan dipahami secara mendalam oleh generasi muda. Di

era digital ini, kemampuan untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan cepat menjadi penting.

Namun, yang lebih esensial adalah kemampuan untuk mengolah informasi secara kritis, memilah antara

fakta dan hoaks, serta mengembangkan sikap kritis terhadap isu-isu yang beredar. Kemampuan ini menjadi

kunci utama dalam membentuk pemahaman politik yang sehat dan mampu mengarahkan generasi muda

untuk berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam proses politik. Pemahaman yang dangkal atau keliru

dapat menyebabkan salah kaprah dalam menilai isu-isu politik, sehingga dibutuhkan upaya untuk

memperkuat literasi digital dan politik di kalangan masyarakat, khususnya kaum muda.

Desa Buahbatu, dengan segala dinamika dan tantangannya, menjadi contoh nyata tentang pentingnya

peran aktif masyarakat dalam membangun desa yang lebih maju dan sejahtera. Di tengah kompleksitas

perubahan sosial dan ekonomi, partisipasi aktif warga menjadi pondasi utama bagi terwujudnya kemajuan

yang berkelanjutan. Salah satu elemen penting dalam proses ini adalah keterlibatan remaja, khususnya

dalam konteks politik dan kepemimpinan. Peran aktif remaja tidak hanya berkontribusi dalam memperkuat

kesadaran politik di kalangan generasi muda, tetapi juga mendorong terbentuknya ruang-ruang diskusi yang

sehat dan konstruktif. Melalui program-program edukatif seperti diskusi politik, simulasi pemilu, dan

pengenalan nilai-nilai demokrasi, remaja Desa Buahbatu dapat membangun wawasan yang lebih luas

mengenai pentingnya partisipasi politik yang bertanggung jawab.

Desa Buahbatu memiliki potensi besar untuk berkembang jika dapat mengatasi permasalahan

partisipasi sosial remajanya. Dengan melibatkan pendekatan yang lebih terstruktur dan kolaboratif, peran

serta remaja dapat dioptimalkan melalui program-program pelatihan keterampilan, kegiatan sosial, dan

penguatan kapasitas kepemimpinan. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menjadi motor penggerak

dalam pembangunan sosial dan ekonomi di desa mereka. Partisipasi aktif remaja dalam kegiatan desa juga

dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap isu-isu lokal, termasuk kebijakan yang

berdampak langsung pada masyarakat. Selain itu, dengan adanya dukungan dari berbagai pihak seperti

pemerintah, tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan, remaja Desa Buahbatu diharapkan dapat berperan

lebih aktif dalam proses politik, terutama dalam konteks Pilpres 2024 dan masa mendatang. Hal ini akan

membuka peluang bagi mereka untuk menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada keberlanjutan

pembangunan desa dan turut serta dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kesejahteraan

masyarakat secara luas. Berdasarkan latar belakang dan fenomena fenomena yang telah dianalisis, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitan lebih jauh tentang pemahaman politik pada pilpres 2024 dengan judul

Pemangaman Politik Pada Pilpres 2024 : Studi kasus Di Desa Buahbatu.

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Dalam Penelitian ini, Peneliti bermaksud untuk menelisik seberapa jauh Generasi Milenial dan Gen

Z Desa Buahbatu dalam Pemahaman mereka terkait dengan politik terutama pada pilpres 2024, Atas dasar

tersebut, peneliti berusa meneliti Faktor serta bagaimana bentuk pemahaman politik pada generasi milenial

dan gen z yang berada di desa buahbatu pada pilpres 2024

1. Bagaimana pemahaman politik Generasi milenial di desa buahbatu pada pilpres 2024?

2. Faktor apa saja yang mendorong adanya bentuk pemahaman politik dalam membantu

menyukseskan pilpres 2024 di Desa Buahbatu?

3. Bagaimana pemahaman politik Gen Z di desa buahbatu pada pilpres 2024?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman politik para Generasi Milenial dalam pilres 2024 di

Desa Buahbatu.

2. Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman politik para Generasi Milenial dalam pilres 2024 di

Desa Buahbatu.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong adanya bentuk dari pemahaman politik

Generasi Milenial dan Gen z dalam membantu menyukseskan pilpres 2024 di Desa Buahbatu.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun kegunaannya, ialah

1. Kegunaan secara teoritis

Dengan penelitian ini, diharapkan studi ini bisa memperkuat teori mengenai kesadaran

politik dan pemahaman politik pada generasi milenial dan Gen Z di era digital. Ini penting dalam 

memahami bagaimana pemuda di desa berinteraksi dengan isu-isu politik yang lebih luas, seperti

Pilpres 2024, serta bagaimana media digital memengaruhi pemahaman politik di tingkat desa.

2. Kegunaan secara praktis

Adapun kegunaan secara praktis penelitian ini yaitu, dapat membantu pemerintah desa dan

komunitas lokal dalam menyusun program-program yang meningkatkan literasi politik generasi

muda, khususnya dalam menghadapi peristiwa politik nasional seperti Pilpres 2024. Ini dapat

membantu memperkuat partisipasi sosial-politik di tingkat desa dan meningkatkan kesadaran

politik generasi muda. Selanjutnya untuk dituangkan dalam sebuah skripsi dibidang Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Serta untuk dijadikan rujukan bagi para

stakeholders atau semua pihak dalam masyarakat, termasuk individu atau kelompok yang memiliki

kepentingan atau peran dalam suatu organisasi atau saling berhubungan dan terikat dalam

merumuskan, menetapkan dan menjalankan kebijakan tentang partisipasi serta pemahaman politik

pada generasi milenial dan gen z.

E. KERANGKA BERPIKIR

Ada beberapa poin utama yang perlu dijelaskan terkait gejala-gejala yang muncul dalam

permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti. Penjabaran ini meliputi pemahaman mengenai karakteristik

masalah, konteks munculnya gejala, serta faktor-faktor yang berkontribusi terhadap situasi tersebut. Selain

itu, penelitian ini juga membutuhkan landasan pemikiran dan teori yang relevan. Teori ini berguna untuk

memperjelas, memfokuskan, dan memberikan kerangka acuan yang kuat dalam memahami dan

menganalisis masalah serta topik yang hendak dikaji

Karena generasi milenial dan Gen Z membentuk mayoritas pemilih dalam jumlah besar,

keterlibatan mereka dalam pemilihan presiden 2024 akan sangat penting. Namun, ada tanda-tanda bahwa

Gen Z dan milenial memiliki pemahaman politik yang berbeda. Sebagian dari mereka tidak peduli dan tidak

memahami masalah politik, tetapi yang lain terlibat aktif dalam diskusi politik, terutama di media sosial.

Sangat penting untuk menyelidiki gejala ini untuk menentukan seberapa besar literasi politik mereka

dipengaruhi oleh variabel seperti media sosial, pendidikan, dan lingkungan keluarga. Di Desa Buah Batu,

fenomena tersebut terlihat jelas karena komunitasnya terdiri dari generasi muda dari berbagai latar belakang

sosio-ekonomi.

Pemahaman politik mencakup kesadaran dan pengetahuan individu mengenai sistem politik, peran

pemerintah, serta hak dan kewajiban warga negara. Landasan teoritis dalam penelitian ini didasarkan pada

beberapa teori utama. Menurut Teori partisipasi politik dari Verba dan Nie (1972) menunjukkan bahwa

partisipasi politik mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk mempengaruhi

kebijakan publik dan partisipasi politik sebagai cornerstone dan jantung demokrasi

. Adapun menurut

ilmuwan politik Robert Dahl (1998) mengatakan bahwa cita-cita demokrasi didasarkan pada dua prinsip:

partisipasi politik dan kontestasi politik. Partisipasi politik mengharuskan semua orang yang memenuhi

syarat untuk memilih dapat memilih. Artinya, semua warga negara yang sudah memenuhi syarat untuk

memilih berkewajiban untuk menyalurkan hak pilihnya untuk memilih calon yang akan menduduki posisi

pemerintahan

. Menurut teori dari penelitian Gil de Ziga et al. (2012) menggaris bawahi pentingnya

media sosial sebagai sumber informasi politik di kalangan generasi muda, namun di sisi lain media sosial

juga dapat menyebarkan disinformasi dan memengaruhi keterlibatan politik pada generasi muda. 

Selain itu, teori perbedaan generasi dari Inglehart (1997) Inglehart membahas perbedaan nilai-nilai antara generasi

dalam buku ini. Generasi muda, seperti milenial dan Gen Z, cenderung mendukung nilai-nilai progresif dan

postmaterialis, seperti keadilan sosial, kesetaraan gender, dan perlindungan lingkungan. Ini berbeda dengan

generasi sebelumnya, yang lebih terkonsentrasi pada stabilitas dan keamanan ekonomi

.

Generasi milenial dan Gen Z memiliki keadaan sosial dan teknologi yang berbeda dari generasi

sebelumnya. pola pikir dan sikap politik mereka dipengaruhi oleh pengalaman kolektif mereka, terutama

dengan munculnya media sosial dan teknologi digital 19. Milenial lahir di tengah transisi digital, sementara

Gen Z tumbuh dalam dunia yang terhubung secara digital. Hal ini mengubah cara mereka berpartisipasi

dalam proses politik, membentuk opini, dan mendapatkan informasi politik. Berbeda dengan generasi

sebelumnya yang lebih bergantung pada media tradisional, mereka lebih kritis dan responsif terhadap

15 S Verba and N H Nie, Participation in America: Political Democracy and Social Equality, Political Science

(University of Chicago Press, 1987), https://books.google.co.id/books?id=9K5fdvfmGREC.

16 M Sos R.H.S., S.S.M.S. Muhlin Lalongan., and M.P.M.S. Mashuri H. Tahili., Partisipasi Politik Masyarakat:Teori

Dan Praktik, 1 (SAH MEDIA, 2016), https://books.google.co.id/books?id=P15tDwAAQBAJ.

17 Homero Gil de Ziga, "Social Media Use for News and Individuals' Social Capital, Civic Engagement and Political

Participation," Journal of Computer-Mediated Communication 17, no. 3 (2012): 319--36,

https://doi.org/10.1111/j.1083-6101.2012.01574.x.

18 Ronald Inglehart, Modernization and Postmodernization: Cultural, Economic, and Political Change in 43 Societies

(Princeton university press, 2020).

19 Laurensius Laka et al., Pendidikan Karakter Gen Z Di Era Digital (PT. Sonpedia Publishing Indonesia, 2024).

masalah saat ini, dan mereka terbiasa memverifikasi informasi dari berbagai sumber. Pemahaman politik

yang baik adalah kunci untuk memastikan keterlibatan aktif dalam Pilpres. Partisipasi politik tidak hanya

dilihat dari tindakan memilih, tetapi juga dari keterlibatan dalam diskusi politik, aktivitas kampanye, dan

produksi konten politik di media sosial. Generasi milenial dan Gen Z diharapkan memiliki pemahaman

yang cukup untuk berpartisipasi secara efektif dalam proses demokrasi. Di era digital, literasi digital

menjadi aspek penting dalam membentuk pemahaman politik, di mana kemampuan untuk menilai validitas

informasi, mengenali hoaks, dan memahami narasi politik di media sosial menjadi krusial bagi keterlibatan

mereka.

Pemahaman politik yang baik adalah kunci untuk memastikan keterlibatan aktif dalam Pemilihan

Presiden (Pilpres) maupun dalam keseluruhan proses demokrasi. Keterlibatan politik masyarakat bukan

hanya dilihat dari tindakan memilih semata, tetapi juga mencakup berbagai bentuk partisipasi lain yang

menunjukkan minat dan pemahaman mereka terhadap isu-isu politik. Partisipasi ini bisa diwujudkan

melalui diskusi politik yang dilakukan dalam lingkup keluarga, teman, maupun komunitas; aktivitas

kampanye yang mendukung calon tertentu atau memperjuangkan isu-isu spesifik; serta produksi konten

politik di media sosial. Dengan berbagai sarana tersebut, generasi milenial dan Gen Z diharapkan memiliki

pemahaman yang cukup dan mampu berkontribusi secara efektif dalam mendorong proses demokrasi yang

sehat dan dinamis. Pemahaman politik yang kuat diharapkan mampu mendorong mereka untuk aktif

menyuarakan aspirasi dan turut serta dalam pengambilan keputusan politik yang akan memengaruhi masa

depan bangsa.

Di era digital, literasi digital memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman politik,

terutama di kalangan generasi muda yang akrab dengan teknologi. Kemampuan untuk mengakses dan

memproses informasi dari berbagai platform digital membuat literasi digital menjadi keterampilan krusial

bagi generasi milenial dan Gen Z. Di satu sisi, media sosial menyediakan ruang bagi mereka untuk

memperoleh informasi, berbagi pandangan, dan mengikuti perkembangan politik terkini. Namun, di sisi

lain, derasnya arus informasi di dunia maya juga membawa risiko yang besar terhadap penyebaran hoaks

dan manipulasi narasi politik. Oleh karena itu, kemampuan untuk menilai validitas informasi, mengenali

hoaks, serta memahami dan menyikapi narasi politik dengan kritis sangat diperlukan. Literasi digital yang

baik akan membantu generasi muda untuk terhindar dari disinformasi serta dapat mengambil sikap yang

lebih bijak dan berwawasan dalam keterlibatan politik mereka

Desa Buahbatu dipilih sebagai lokasi studi karena karakteristik demografis dan sosialnya yang sangat

beragam, menjadikannya representasi yang ideal dari masyarakat Indonesia secara umum. Keberagaman

ini terwujud dalam berbagai aspek, termasuk latar belakang usia, pendidikan, dan tingkat ekonomi

penduduknya. Di desa ini, terdapat populasi yang terdiri dari berbagai kelompok etnis dan budaya,

menciptakan dinamika sosial yang kaya. Hal ini mencerminkan keragaman yang ada dalam masyarakat

Indonesia dan memberikan wawasan mendalam tentang interaksi antar kelompok.

Salah satu keunggulan Desa Buahbatu adalah akses yang relatif luas terhadap teknologi informasi dan

media sosial. Kemudahan akses ini menjadi faktor penting dalam melakukan eksplorasi terkait pengaruh

literasi digital terhadap pemahaman politik, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Dengan

adanya koneksi internet yang baik dan penggunaan smartphone yang meluas, masyarakat desa dapat dengan

mudah mengakses berbagai informasi politik dari berbagai sumber. Ini membuka peluang untuk

mempelajari bagaimana mereka memproses, menyaring, dan merespons informasi tersebut dalam konteks

yang lebih luas.

Populasi Desa Buahbatu didominasi oleh generasi muda, dengan proporsi besar berasal dari kelompok

milenial dan Gen Z. Kondisi ini menjadikan desa tersebut sebagai konteks yang kaya untuk memahami

variasi dalam tingkat partisipasi politik, sikap terhadap isu-isu politik, serta sumber informasi yang mereka

gunakan. Generasi muda ini, yang sering kali lebih akrab dengan teknologi dan media digital, memiliki cara

berpikir dan berinteraksi yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, studi

di Desa Buahbatu diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana literasi digital

memengaruhi pandangan dan keterlibatan politik masyarakat muda di Indonesia.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terungkap berbagai faktor yang memengaruhi sikap politik

mereka, termasuk pengaruh media sosial, kepercayaan terhadap sumber informasi, serta peran komunitas

dalam membentuk pandangan politik. Dengan demikian, studi ini tidak hanya akan memberikan kontribusi

terhadap pemahaman akademis tentang literasi digital dan politik, tetapi juga dapat memberikan

rekomendasi praktis untuk meningkatkan keterlibatan politik generasi muda di masa depan.

 Berdasarkan kerangka teoritis yang dikembangkan, hipotesis utama penelitian ini adalah bahwa

tingkat literasi digital dan paparan media sosial memiliki korelasi positif dengan tingkat pemahaman politik

generasi milenial dan Gen Z di Desa Buahbatu. Selain itu, paparan pendidikan politik, baik formal maupun

informal, diperkirakan akan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan pemahaman politik mereka.

Faktor-faktor seperti lingkungan keluarga dan komunitas juga diperkirakan akan memainkan peran

moderasi dalam mempengaruhi cara generasi ini memandang dan memahami politik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun