2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik
Menurut Resnick, pembelajaran berbasis masalah penting untuk menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang terjadi di luar sekolah. Implikasi dari pandangan Resnick ini adalah:
a. Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas.
b. Mengandung elemen-elemen pembelajaran melalui magang, yang mendorong observasi dan dialog dengan orang lain, sehingga siswa dapat secara bertahap memahami peran orang yang mereka amati atau dialog dengan mereka (seperti ilmuwan, guru, dokter, dll.).
c. Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata serta membangun pemahaman mereka sendiri terhadap fenomena tersebut.
3. Menjadi pembelajar yang mandiri
Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom dalam pembelajaran. Melalui bimbingan yang terus-menerus dari guru, mereka didorong dan dibimbing untuk mengajukan pertanyaan dan mencari solusi terhadap masalah yang nyata. Siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas ini secara mandiri, mempersiapkan mereka untuk tantangan mandiri dalam kehidupan mereka nanti.
Pembelajaran dengan model masalah dimulai dengan identifikasi masalah yang dapat muncul baik oleh siswa maupun guru. Selanjutnya, siswa mendalami pengetahuannya tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memilih masalah yang menarik bagi mereka, siswa didorong untuk aktif dalam proses belajar.
Ngalimun (2014: 94) menyatakan bahwa masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat diselesaikan oleh siswa melalui kerja kelompok, memberikan pengalaman belajar yang beragam seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, serta pengalaman terkait pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengalaman belajar yang kaya kepada siswa. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah, diharapkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dapat ditingkatkan, memungkinkan mereka untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai pandangan tentang langkah-langkah dalam melakukan PBM, dapat disimpulkan bahwa tidak ada urutan langkah PBM yang tetap harus diikuti sesuai dengan urutan yang disarankan oleh para ahli pembelajaran. Yang terpenting adalah bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah harus disesuaikan oleh guru yang menerapkannya, terutama saat diterapkan dalam program pendidikan dasar dan menengah. Hal ini penting mengingat bahwa model pembelajaran ini awalnya dikembangkan dalam konteks program studi kedokteran, di mana mahasiswa dihadapkan pada berbagai kasus atau masalah.
- Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Â