- Sejarah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning (PBL) dimulai pada tahun 1920 ketika Celestine Freinet, seorang guru SD yang baru pulang dari Perang Dunia I, kembali ke desanya di Barsur-loup, Perancis bagian tenggara. Meskipun mengalami cedera serius yang membuatnya sulit bernafas lama, Freinet berkeinginan kuat untuk mengajar kembali. Menghadapi kendala ini, dia mengadopsi metode baru yang berbeda dari pendekatan tradisional pada saat itu. Freinet mendorong murid-muridnya untuk belajar mandiri sementara dia sendiri bertindak sebagai fasilitator. Inilah permulaan dari konsep awal Problem Based Learning (PBL).
Sejarah PBL sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan. Sebelumnya, beberapa ahli telah merancang metode yang akhirnya berkembang menjadi PBL. Sebagai contoh, John Dewey pada tahun 1916 dalam peran pengajarnya, memperkenalkan mahasiswanya dengan situasi kehidupan nyata dan membantu mereka memperoleh informasi untuk memecahkan masalah, yang kemudian menjadi inspirasi bagi perkembangan PBL.
PBL modern mulai berkembang pada awal tahun 1970 di Fakultas Ilmu Kesehatan McMaster University di Kanada. Awalnya diterapkan dalam pendidikan medis, McMaster menghadapi tantangan di mana siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktik klinis. Untuk mengatasi ini, McMaster mengembangkan program yang melibatkan siswa dalam interaksi langsung dengan simulasi pasien, menggunakan alat-alat seperti catatan medis dan wawancara untuk mencapai diagnosis yang tepat. Pada perkembangannya, PBL diadopsi oleh berbagai universitas dengan dukungan dari McMaster.
Secara kesimpulan, sejarah PBL dan teori-teori sebelumnya memiliki fokus yang sama pada proses pembelajaran. PBL pada dasarnya membantu siswa menerapkan pengetahuan dalam menghadapi masalah nyata dalam kehidupan, di mana guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing mereka mencari solusi yang tepat. Untuk memahami pentingnya PBL dalam konteks kelas kita, penting untuk memahami keterampilan yang akan diperlukan di masa depan. Dalam era perkembangan teknologi yang cepat, pendidikan harus mampu mengikuti perubahan tersebut. Namun, selain fokus pada teknologi, pendidikan juga harus menekankan pada keterampilan yang akan membawa kesuksesan bagi siswa di masa mendatang.
Thornburg (1997) menjelaskan bahwa keterampilan yang dapat diajarkan melalui PBL adalah keterampilan yang ambigu, pembelajaran sepanjang hayat, dan dinamis.
Â
- Pengertian dan Konsep Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL), yang juga dikenal sebagai Problem Based Learning dalam bahasa Inggris, adalah pendekatan pembelajaran di mana pembelajaran dimulai dengan memecahkan masalah konkret. Dalam proses ini, peserta didik harus memperoleh pengetahuan baru agar dapat menyelesaikan masalah tersebut. PBL dideskripsikan sebagai metode pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah nyata sebagai konteks untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, serta penerimaan pengetahuan baru (Duch, 1995).
Metode ini merupakan evolusi dalam pengembangan kurikulum dan pengajaran, yang menggabungkan strategi pemecahan masalah dengan pembelajaran dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik berperan aktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang kompleks dan tidak terstruktur dengan baik. PBL menciptakan lingkungan pembelajaran di mana peserta didik terlibat secara aktif dan kolaboratif, menempatkan mereka sebagai pemecah masalah yang harus menghadapi tantangan di dunia nyata.
Dengan demikian, Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan di mana pembelajaran dimulai dari suatu masalah konkret dalam kehidupan nyata, mendorong siswa untuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya untuk memahami dan menyelesaikan masalah tersebut, sehingga menghasilkan pengetahuan dan pengalaman baru.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dimulai dengan peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menyelidiki dan menemukan permasalahan yang kemudian mereka selesaikan dengan bimbingan dari fasilitator (guru). Metode ini mendorong peserta didik untuk mencari sumber pengetahuan yang relevan secara mandiri, menghadirkan tantangan bagi mereka untuk belajar sendiri. Berbeda dengan pendekatan pembelajaran tradisional yang menempatkan peserta didik sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh guru, Pembelajaran Berbasis Masalah lebih menekankan pada pembentukan pengetahuan dengan arahan minimal dari guru.