Pada akhir semester, mahasiswa baru Universitas Airlangga yang mengambil mata kuliah Biologi dan Kimia Dasar ditugaskan untuk melakukan kunjungan ke sebuah lembaga yang berfokus pada isu-isu lingkungan. Sebagian besar kelompok, termasuk kelompok saya, memilih mengunjungi rumah kompos Universitas Airlangga yang terletak di belakang area parkir kantin GOR Kampus C.
Sebelum berkunjung, kami merencanakan berbagai hal yang dibutuhkan, seperti menentukan waktu kunjungan, membawa alat perekam untuk dokumentasi, serta menyusun beberapa pertanyaan untuk wawancara dengan penanggung jawab rumah kompos. Kami diminta melaporkan hasil kunjungan dalam bentuk presentasi dan video rekaman.
Namun, ketika video diputar di depan kelas, para mahasiswa dan dosen merasa bosan dengan apa yang mereka saksikan. Sebagian besar video berisi wawancara yang monoton dan tidak menarik. Hal serupa juga terjadi pada kelompok lain. Bahkan, narasumber terlihat bosan saat mahasiswa mengajukan pertanyaan.
Bukan hal yang mengejutkan jika narasumber merasa demikian. Setiap tahun, ia menerima pertanyaan yang sama berulang kali dan jarang mendapatkan pertanyaan yang berbeda dan menarik. Pertanyaan seperti "Sejak kapan rumah kompos ini berdiri?" atau tentang tujuan rumah kompos didirikan sudah terlalu sering ia dengar. Saya yakin narasumber sudah lelah menghadapi pertanyaan yang sama setiap tahunnya. Saya sangat menghargai kesabaran Pak Ilham, penanggung jawab rumah kompos, karena beliau tidak pernah sekalipun berkata "Tadi sudah saya jelaskan ke teman kalian, silakan tanya mereka."
Saya kira Pak Ilham akan lebih senang jika mahasiswa datang dengan satu atau dua pertanyaan mendalam, kemudian mampu merespons jawaban beliau dengan pertanyaan lanjutan. Dengan begitu, percakapan akan terasa lebih efektif, interaktif, dan mahasiswa bisa memperoleh banyak wawasan, tidak hanya tentang kompos, tetapi juga tentang isu lingkungan secara global.
Meskipun demikian, saya menyadari bahwa Pak Ilham pasti tetap merasa kewalahan menghadapi pertanyaan mahasiswa yang membosankan. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan, kelancaran rezeki, dan keberkahan dalam pekerjaannya. Aamiin.
3. Meluangkan Waktu untuk Melamun
Anda perlu meluangkan waktu untuk merenung atau melamun. Beberapa orang mungkin lebih suka menggunakan istilah "meditasi" agar terdengar lebih keren. Saya pribadi sering melakukan ini ketika merasa bosan dan tidak mengantuk. Biasanya, saya melamun sambil mendengarkan lagu-lagu favorit saya.
Mungkin tips ini kurang cocok bagi mereka yang sangat disiplin dan menghargai waktu. Kelompok ini cenderung memilih aktivitas yang dianggap lebih produktif, seperti menyelesaikan tugas kuliah, mengikuti organisasi, atau mencari peluang kerja. Namun, melamun juga merupakan cara efektif untuk berpikir lebih jernih, mengevaluasi diri, dan berkomitmen menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.
Menurut saya, setiap orang perlu menyisihkan sedikit waktu untuk melamun, apa pun topik yang dipikirkan --- entah itu soal asmara, perkuliahan, atau masalah finansial. Meski demikian, saya juga menyadari risiko melamun terlalu lama, yang dapat menyebabkan kehilangan waktu untuk aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
4. Tetap Skeptis, Pelajari Semua Pandangan, dan Jangan Terburu-buru Menyimpulkan