Mohon tunggu...
reeh_haan
reeh_haan Mohon Tunggu... Mahasiswa - MahaSigma

Yang pintar akan semakin pintar, yang bodoh akan semakin bodoh

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kecerdasan Buatan Diklaim Membuat Manusia Semakin Bodoh: Cara untuk Tetap Cerdas dan Meningkatkan Kecerdasan Anda

8 Januari 2025   10:43 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Namun, bisa jadi kalimat ini hanya bualan untuk menutupi kekerasan dalam pola asuh mereka. Hal-hal seperti ini menanamkan ketakutan pada anak. Mereka menjadi takut terhadap kesalahan kecil, bahkan hingga dewasa, dan terus teringat bentakan orang tua di masa lalu.

2. Sekolah

Di sekolah, kepercayaan diri kita sering kali dirusak oleh sistem yang sangat familiar: sistem pemeringkatan. Meskipun saya sering mendapatkan nilai tinggi dan dianggap sebagai siswa pintar, saya tidak setuju dengan sistem pemeringkatan dalam institusi pendidikan.

Sistem ini cenderung menciptakan kelompok-kelompok yang dikotomis --- memisahkan siswa berdasarkan perolehan nilai, bukan kemampuan berpikir; memisahkan mana perguruan tinggi favorit dan mana yang bukan. Akibatnya, siswa dengan nilai rendah sering kali mengalami penghinaan dan stigmatisasi sebagai "bodoh." Masalah seperti bullying, segregasi, dan intoleransi kerap kali berakar dari pengelompokan semacam ini.

Pemeringkatan juga memicu perbandingan sosial, seperti yang terjadi dalam pola asuh di rumah. Guru dan orang tua sering kali terlibat dalam membandingkan siswa satu sama lain. Padahal, seharusnya sistem pendidikan menghargai siswa berdasarkan kompetensinya, memberikan apresiasi dan dukungan untuk mengembangkan potensi mereka. Fokusnya seharusnya adalah membina siswa agar mampu bersaing di tingkat yang lebih tinggi, baik nasional maupun internasional, bukan hanya menjadikan mereka alat promosi sekolah untuk menarik siswa baru.

Sekolah juga sering menyampaikan pengetahuan yang tidak berangkat dari pertanyaan. Saya merasa lebih memahami sesuatu dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri saya, dibandingkan pelajaran yang diberikan tanpa dorongan keingintahuan. Sejak kecil, saya sangat pandai dalam matematika, sehingga saya dan orang tua mengira bahwa saya memiliki bakat di bidang sains dan komputer.

Ketika mengikuti tes minat dan bakat, hasilnya menunjukkan bahwa program studi yang cocok untuk saya adalah arsitektur. Namun, saya merasa kurang setuju dengan hasil tes tersebut, meskipun tes tersebut juga merekomendasikan program studi seni pertunjukan karena bakat saya dalam musik.

Ketertarikan saya berubah drastis saat SMA, meskipun kemampuan saya di bidang sains tetap tinggi. Menurut saya, ada dua faktor yang mempengaruhi perubahan ini. Yang pertama adalah kualitas pembelajaran sains yang buruk. Ketika saya SMA, guru-guru sains terlalu memanjakan siswanya dengan alasan bahwa sains itu sulit. Hal ini membuat ketertarikan saya terhadap sains menurun. Yang kedua adalah karena saya memiliki teman dekat yang sangat tertarik pada ilmu sosial, khususnya hukum dan politik. Tumbuh di era konflik politik, saya banyak bertanya dan berdiskusi dengannya tentang dinamika kehidupan di Indonesia. Hal ini membuat ketertarikan saya terhadap ilmu sosial meningkat.

Meskipun begitu, saya tidak berhenti mempelajari sains. Namun, ketertarikan saya terhadap sains menjadi berkurang dan saya merasa kurang kreatif dalam mengajukan pertanyaan di bidang tersebut.

Saya mengkritik metode-metode pembelajaran dan kurikulum di sekolah, tetapi saya tidak memiliki rekomendasi konkret tentang metode apa yang terbaik. Saya percaya bahwa setiap siswa memiliki cara belajar yang unik, dan tanggung jawab untuk menemukan metode yang tepat ada pada diri mereka sendiri, bukan sepenuhnya tanggungan sekolah atau pihak lain.

Selain itu, mencatat adalah metode yang tidak berguna. Saya mungkin menjadi salah satu siswa yang kurang disukai guru di sekolah karena dianggap tidak sopan. Salah satu alasannya adalah karena saya hampir tidak pernah mencatat pelajaran. Saya memilih untuk tidak mencatat karena saya percaya bahwa pelajaran dari guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan. Saya lebih memilih menggunakan waktu di kelas untuk mendengarkan, bertanya, dan berdiskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun